Chereads / Dr. Rama The Bacterial Hero / Chapter 25 - Sebuah Ruangan Rahasia Dan Musuh Baru

Chapter 25 - Sebuah Ruangan Rahasia Dan Musuh Baru

Beberapa hari setelah kehidupan di desa kembali tenang, waktu untuk berpisah dengan Siska dan keluarganya akhirnya tiba. Rama merasa berat hati, namun ia tahu ini adalah langkah yang harus mereka ambil untuk melanjutkan hidup. Di halaman rumah sederhana itu, suasana perpisahan terasa begitu mengharukan.

Siska sekeluarga mengucapkan terima kasih banyak, kepada ke warga yang ada di desa, karena sudah menyambut baik kehadiran mereka saat insiden di Jakarta.

Bapak kepala desa menghampiri Siska dan mengatakan, kalau ini sudah kewajibannya untuk menolong sesama di saat ada musibah yang menimpa seseorang, mereka dengan senang hati jika suatu saat nanti Siska dan keluarga nya mampir ke desa lagi.

Setelah itu Siska memeluk Rama erat sambil berbisik, "Terima kasih untuk segalanya, Rama. Tanpa kamu, aku dan keluargaku mungkin sudah kehilangan segalanya."

"Aku hanya melakukan apa yang seharusnya. Kamu dan keluargamu adalah bagian penting dalam hidupku. Jangan pernah ragu untuk memanggilku jika kalian butuh bantuan," balas Rama dengan suara bergetar.

Namun, momen haru itu sedikit terganggu oleh tingkah ninja kristal yang mencoba menirukan adegan melodrama. Mereka berbaris sambil berpura-pura menangis dengan berlebihan. Salah satu bahkan berguling-guling di tanah sambil berteriak, "Tuan Rama, jangan tinggalkan kami!"

Siska dan keluarganya tertawa kecil, sementara Rama hanya bisa memijat keningnya, setengah jengkel, setengah terhibur. "Kalian benar-benar tahu cara merusak suasana," gumamnya.

Setelah perpisahan itu, Rama memerintahkan pasukannya untuk bersiap menuju Jakarta. Namun, untuk menjaga identitasnya tetap rahasia, ia memutuskan menyamar sebagai salah satu ninja kristal.

Sesampainya di Jakarta, Rama mengantar Siska dan keluarganya lebih dulu ke rumah mereka. "Kalian selamat sampai di sini. Jangan khawatir, aku akan sering mengunjungi kalian," kata Rama sebelum pamit.

Ia kemudian memberi perintah kepada pasukan kristalnya untuk bersembunyi di atas awan. "Jangan ada yang turun tanpa perintahku. Kita harus menjaga agar keberadaan kita tetap rahasia," tegasnya.

Rama, dalam wujud ninja kristal, berdiri di tengah reruntuhan kota. Ia mengamati kehancuran yang tampak begitu masif. Gedung-gedung runtuh, jalanan hancur, dan sisa-sisa kehidupan yang tertinggal tampak begitu pilu.

"Kita harus membangun kembali kota ini," ujarnya kepada pasukan kristal melalui komunikasi telepati. "Gunakan semua energi yang kita miliki. Ini akan menjadi pengorbanan besar, tapi ini adalah hal yang benar untuk dilakukan."

Pasukan ninja kristal segera bergerak. Mereka mulai bekerja membangun ulang gedung-gedung yang hancur. Setiap struktur dibentuk dengan presisi menggunakan unsur bakteri mereka untuk mengumpulkan material-material kecil yang ada di sana. Namun, proses ini memakan banyak energi. Rama menyadari bahwa ia harus mengorbankan sebagian besar bakterinya untuk menyelesaikan tugas ini.

Salah satu gedung yang mereka bangun ulang adalah Menara Saidah, yang terkenal dengan sejarah miringnya. Setelah selesai dibangun, salah satu robot kristal raksasa secara tidak sengaja menyenggol bangunan itu, dan membuatnya kembali miring.

"Hei! Apa yang kamu lakukan?!" teriak Rama.

Robot besar itu terlihat panik, menggaruk-garuk kepalanya sambil berkata, "Maaf, Tuan. Saya tidak sengaja."

Rama menghela napas panjang. "Luruskan lagi sekarang!"

Dengan hati-hati, robot itu meluruskan kembali Menara Saidah hingga berdiri tegak sempurna. Melihat itu, Rama hanya bisa geleng-geleng kepala sambil tersenyum kecil.

Setelah semua selesai, Rama memerintahkan pasukannya untuk kembali menghilang di atas awan. "Tugas kita di sini selesai. Sekarang saatnya kita kembali menjadi bayangan," ucapnya.

Ia kemudian melepaskan kostum ninja kristalnya, kembali menjadi dirinya yang biasa. Namun, sebelum ia sempat pergi dari lokasi tersebut untuk beristirahat, tiba-tiba suara sirene polisi terdengar mendekat.

Beberapa aparat mendekati Rama dengan senjata terangkat. Rama yang selama ini sempat menjadi buronan, di karenakan telah menghancurkan lapas dan kabur sebagai tahanan saat itupun pasrah.

"Anda ditahan atas dugaan keterlibatan dalam insiden robot yang menghancurkan kota ini. Mohon ikut kami," ujar salah satu petugas dengan nada tegas.

Rama tahu ia mungkin bisa melawan. Tapi Ia mengangkat tangannya dan mematuhi perintah mereka. Dalam hati, ia berharap semua ini akan segera selesai.

Di dalam penjara, Rama menjalani hari-hari penuh introspeksi. Namun, ia tetap tenang, yakin bahwa kebenaran akan terungkap pada waktunya.

Beberapa minggu kemudian, seorang petinggi militer datang mengunjunginya. Pria itu membawa kabar baik. "Kami tahu siapa Anda sebenarnya, Dr. Rama. Saya melihat sendiri bagaimana Anda membantu bertempur dengan robot-robot laser itu dan membangun kembali kota ini. Anda bukan penjahat. Sebaliknya, Anda adalah pahlawan."

Rama terkejut, namun ia tetap tenang. "Jika Anda tahu siapa saya, saya mohon, jangan ungkapkan identitas saya kepada siapa pun. Saya hanya ingin menjalani hidup seperti orang biasa."

Petinggi itu mengangguk. "Kami menghormati permintaan Anda. Nama Anda akan dibersihkan, tapi identitas Anda akan tetap dirahasiakan. Anda bebas."

Rama merasa lega. Setelah keluar dari penjara, ia kembali ke kehidupannya yang sederhana, menjaga agar identitasnya tetap tersembunyi.

Hari-hari Rama kembali damai. Ia menjalani kehidupan seperti orang biasa, menikmati kebersamaan dengan Siska dan keluarganya. Meski begitu, ia tahu bahwa ia selalu siap untuk bertindak jika dunia membutuhkan bantuannya lagi.

Rama kembali ke Kalimantan dengan hati yang penuh kerinduan. Bersama pasukannya, ia bergegas menuju desa tempat keluarganya tinggal. Sepanjang perjalanan, pikirannya dipenuhi bayangan wajah kakaknya Widya, adiknya sepupunya Cindy, dan Bu Dewi yang merupakan ibu dari Cindy, ia sangat khawatir setelah mendengar kabar dirinya sempat dipenjara.

Ketika ia tiba di depan rumah sederhana mereka, Widya dan Cindy berlari menyambutnya. "Rama!" seru Widya dengan mata berkaca-kaca, memeluk erat adiknya. "Kami sangat khawatir! Berita tentangmu... semua itu membuat kami takut."

Bu Dewi berdiri di ambang pintu, wajahnya yang penuh kelegaan tersenyum lembut. "Anakku, kami tahu kau bukan orang jahat. Kau selalu melakukan hal yang benar, meskipun dunia tidak memahaminya."

Rama tersenyum dan memeluk tantenya erat. "Maaf membuat kalian khawatir. Aku baik-baik saja sekarang, dan semuanya sudah selesai. Saatnya kita melanjutkan hidup."

Setelah beberapa hari menghabiskan waktu bersama keluarga, Rama mengungkapkan keinginannya untuk kembali ke Jakarta. "Kita sudah terlalu lama meninggalkan rumah di Jakarta. Sudah waktunya kita kembali ke sana dan menjalani kehidupan seperti dulu," katanya.

Widya dan Cindy sempat ragu, namun Bu Dewi mendukung keputusan Rama. "Apa pun yang kamu pilih, kami akan mengikutimu, Nak. Rumah adalah di mana kita bersama."

Sebelum berangkat, Rama dan keluarganya berpamitan kepada kepala desa, Pak Surya, dan warga desa yang sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka selama ini.

Pak Surya menjabat tangan Rama dengan erat. "Terima kasih atas segalanya, Rama. Desa ini tidak akan pernah melupakan kebaikanmu."

Warga desa lainnya turut mengantar mereka dengan penuh haru. Bahkan, ninja kristal bakteri yang masih tersisa menampilkan sebuah tarian perpisahan yang kocak, membuat suasana penuh tawa di tengah momen yang mengharukan.

"Kalian benar-benar tahu cara membuat perpisahan tidak terasa terlalu sedih," kata Rama sambil tersenyum kecil.

Di sisi lain, tanpa diketahui oleh Rama dan pasukannya, Menara Saidah yang sempat diluruskan oleh robot kristal raksasa ternyata kembali miring.

Beberapa warga yang tinggal di sekitar menara itu mulai berkomentar. "Aneh sekali. Sudah diluruskan, tapi kenapa miring lagi?"

Seorang insinyur yang mengamati bangunan tersebut berkata, "Struktur tanah di sini mungkin tidak stabil. Tapi jujur saja, sepertinya menara ini memiliki keinginannya sendiri."

Berita tentang Menara Saidah yang kembali miring menjadi viral di media sosial, dengan banyak teori konspirasi bermunculan. Ada yang mengatakan itu kutukan, ada pula yang menganggap bahwa menara itu dirancang untuk tidak pernah berdiri lurus. Namun, bagi Rama, semua ini tetap tidak diketahui, karena ia telah melangkah menjauh dari semua hiruk-pikuk itu.

Ketika akhirnya tiba di Jakarta, Rama dan keluarganya merasa asing dengan kota yang dulu mereka tinggali. Kerena saat di Kalimantan, mereka merasakan hawa sejuk dari alam yang masih asri dari pepohonan yang rimbun.

"Polusi udara di Jakarta sudah sangat mengkhawatirkan ya?" ujar Widya sambil memandang keluar jendela mobil yang membawa mereka ke rumah lama mereka.

Rumah itu masih berdiri kokoh, meskipun Banyak debu-debu yang menghiasi dinding-dindingnya. Rama segera mengerahkan ninja kristalnya untuk membersihkan rumah tersebut. dan dalam hitungan jam, rumah itu kembali terlihat seperti baru.

Cindy berlari-lari kecil ke dalam rumah sambil tertawa. "Akhirnya kita pulang! Aku tidak sabar untuk tidur di kamar lamaku lagi!"

Bu Dewi mengangguk dengan mata berkaca-kaca. "Terima kasih, Rama. Kamu membuat semua ini menjadi mungkin."

Meski Rama ingin menjalani kehidupan normal, ia tahu bahwa perannya sebagai pelindung tidak akan pernah benar-benar berakhir.

Di malam harinya, ninja kristal bakteri memberinya laporan tentang potensi ancaman baru di luar sana. Meski kecil, informasi itu menunjukkan bahwa ada kelompok yang tertarik dengan teknologi kristal miliknya.

"Sepertinya aku tidak akan bisa beristirahat terlalu lama," pikir Rama sambil menatap langit malam dari balkon rumahnya.

Namun untuk saat ini, ia memutuskan untuk menikmati momen damai bersama keluarganya.

Di suatu tempat, seorang pria bernama Arga yang dulu sempat memata-matai Dr. Rama, terlihat memasuki sebuah bangunan tua yang sangat di jaga ketat oleh beberapa para penjaga bersenjata lengkap, akan tetapi Arga memiliki izin untuk memasuki ruangan tersebut.

Di alam ruangan itu ada sebuah bangunan bawah tanah yang rahasia.

Saat dia akan memasuki ruangan bawah tanah, dia melihat ke sekitarnya untuk memastikan bahwa tidak ada seorangpun yang mengikutinya.

Ia masuk ke sebuah lift di sana, dan menekan tombol nomor 12 ke bawah tanah, setibanya di bawah, ia melihat banyaknya kesibukan orang-orang organisasi bawah tanah di dalam bangunan yang sangat luas itu, semuanya terlihat sibuk melakukan eksperimen-eksperimen aneh, dan terdapat banyak perakitan robot-robot besar di dalam sana.

Dan dia pun berjalan menuju ke depan sambil melihat-lihat semua keadaan disana, ketika dia memasuki satu pintu, terdapat ruangan yang sangat besar, dan di ujung ruangan terdapat seseorang tersenyum kecil menyeringai ke arah Arga dan menyapanya, "Selamat datang anak buah kesanyanganku!"

Bersambung...