Chereads / Dr. Rama The Bacterial Hero / Chapter 31 - Ledakan Besar!!!

Chapter 31 - Ledakan Besar!!!

Tubuh pak wijaya kini berubah menjadi sesuatu yang luar biasa menakutkan.

Tubuh cyborg barunya tampak seperti karya seni mekanik yang menggabungkan kekuatan, teknologi dan ancaman.

Robot merah menyala yang ia ciptakan menghasilkan listrik merah berkilauan di seluruh tubuhnya, mencapai panas ekstrem yang dapat melelehkan logam dalam hitungan detik. Core Abadi versi sempurna yang terpasang di dadanya memancarkan cahaya memukau, seperti jantung yang mengalirkan energi tak terbatas.

Dengan satu langkah, lantai di ruang bawah tanah retak, dan atmosfer di sekitarnya terasa menegang akibat panas dari tubuh pak wijaya. Ia menatap Dr. Rama dengan tatapan tajam, seperti predator yang siap menerkam mangsanya.

"Rama, kau pikir kekuatan barumu bisa menandingi kejeniusanku? Aku adalah puncak evolusi manusia mesin, aku yang sekarang takkan terkalahkan."

Tanpa menunggu jawaban, pak Wijaya melesat dengan kecepatan yang mustahil, tinjunya langsung meluncur ke arah Dr. Rama. Booooom!

Pukulan itu mengenai dada Dr. Rama dengan kekuatan yang luar biasa, Tubuh Dr. Rama terpental seperti peluru, menembus dinding ruang bawah tanah,

Lalu terus terlempar hingga menciptakan lubang sedalam puluham meter. Suara dentuman keras menggema, dan getarannya terasa hingga ke permukaan.

Dr. Rama tersungkur di dasar lubang, tubuhnya terasa berat, ia mengerang kesakitan, namun berkat regenerasi tingkat tinggi yang dimiliki kostum barunya, luka-luka yang ada di tubuhnya mulai sembuh dalam hitungan detik. Sambil bangkit, ia terkejut dengan besarnya kekuatan pak wijaya. "Pukulan itu... Rasanya seperti ledakan besar. Jika bukan karena regenerasi kostum ini, aku pasti sudah mati," gumamnya dengan napas berat.

Namun, sebelum ia bisa menyusun strategi, 3 pasukan kloningan dirinya bergerak menyerang pak wijaya dari tiga arah, dengan kecepatan yang mengesankan, mereka melancarkan serangan bertubi-tubi.

Namun, semua itu sia-sia, Pak Wijaya tidak bergeming sedikitpun. Ia berdiri tegak, tubuhnya di penuhi memancarkan aura panas yang membakar udara di sekitarnya. Dengan satu serangan cepat, ia memukul sebuah salah satu kloningan hingga terpental, menciptakan ledakan di dinding. Dua kloningan lainnya bernasib sama, tubuh mereka terlempar seperti boneka, mengahntam dinding dan langit-langit.

Pak Wijaya tertawa puas, "Kalian Semua Lemah, regenerasi kalian hanya memperpanjang penderitaan saja, kalian tidak akan pernah menang!"

Dr. Rama yang melihat ketiga kloningannya terpental jauh menyadari situasi genting ini, ia harus bertindak cepat. Dengan pikirannya yang tajam, ia mengingat kemampuan barunya. Kekuatan regenerasi, kecepatan dan kekuatan pukulan yang terus meningkat bergantunga pada jumlah serangan yang ia lancarkan. Jika ia ingin mengimbangi kekuatan pak Wijaya, ia harus memperbanyak pukulan dalam waktu singkat.

Sambil menenangkan pikirannya, Dr. Rama memberi perintah pada kloningannya. "Serang bersamaan tanpa henti! Jangan beri dia waktu untuk menyerang balik!"

Dr. Rama dan kloningannya melesat ke arah pak Wijaya, masing-masing melancarkan serangan bertubi-tubi.

Tinju demi tinju menghujani tubuh cyborg pak Wijaya, menghasilkan dentuman keras yang mengguncang seluruh ruangan.

Namun, pak Wijaya tetap tak tergoyahkan. Setiap pukulan hanya sedikit membuatnya mundur, tapi tidak cukup untuk menjatuhkannya. Ia kemudian balas menyerang, dan dalam satu gerakann brutal, ia memukul Dr. Rama dan kloningannya dengan kekuatan besar. DUUUUUM!

Dr. Rama dan kloningannya terpental ke atas, menembus langit-langit ruang bawah tanah hingga mencapai permukaan. Namun, kekuatan pukulan itu tidak berhenti di sana. Tubuh mereka terus melesat hingga mencapai atmosfer, tergantung di ketinggian luar biasa.

Dr. Rama yang terhempas ke angkasa berusaha mengendalikan tubuhnya. Ia melayang di ketinggian, memandangi pak Wijaya yang mengejarnya dengan kecepatan tinggi. Listrik merah mengelilingi tubuh pak wijaya, menciptakan efek mengerikan dilangit malam.

Dr. Rama mengambil napas dalam-dalam. "Kekuatan ini... Dia bukan lawan yang biasa. Tapi aku tidak boleh menyerah. Semakin banyak aku menyerang. Maka semakin kuat pula kekuatanku secara menyeluruh. Ini satu-satunya cara. Aku harus memanfaatkannya dengan baik."

Ia memberi sinyal pada kloningannya, yang kini kembali bersiap di sekitarnya.

Bersama-sama, mereka menuju pak Wijaya dengan kecepatan penuh, dan menyerang tanpa henti. Kali ini, pukulan-pukulan Dr. Rama mulai menunjukkan efeknya, Setiap tinju yang ia lontarkan menghasilkan getaran-getaran besar di tubuh pak Wijaya, dan perlahan, Kekuatan Dr. Rama Mulai meningkat.

Kecepatan serangannya bertambah, regenerasinya menjadi lebih cepat, dan pukulannya semakin berat. Pak Wijaya yang awalnya mendominasi sekarang mulai merasakan dampaknya. "Hmmm... Jadi ini kekuatan sebenarnya dari kostum barumu, tapi itu saja belum cukup, Rama!"

Pak Wijaya membalas dengan serangan yang mematikan. Pukulan-pukulannya menciptakan gelombang kejut yang merusak Atmosfer di sekitar mereka.

Pertarungan ini tidak lagi terlihat seperti manusia melawan manusia, ini adalah pertempuran antara entitas super.

Dengan setiap pukulan yang dilontarkan Dr. Rama semakin kuat, kini ia mulai merasakan bahwa dirinya mampu mengimbangi kekuatan pak Wijaya.

Kloningannya memainkan peran penting,

Menyerang dari berbagai arah untuk mengalihkan perhatian pak Wijaya, sementata Dr. Rama melancarkan serangan kritis.

Pada satu momen, Dr. Rama berhasil memukul pak Wijaya tepat di Core abadi versi sempurna di dadanya. Pukulan itu menghasilkan ledakan besar, membuat pak Wijaya terhempas beberapa meter kebelakang. Namun, ia segera bangkit, tertawa dengan nada mengerikan.

"Kau hampir membuatku terkesan Rama. Tapi kau harus tahu, Core abadi ini bukan sekedar sumber energi. Ini adalah inti dari kekuatan yang tak terkalahkan. Kau tidak akan pernah bisa menghancurkannya!"

Dr. Rama tidak gentar. Ia tahu, pertarungan ini belum selesai. Dengan tubuhnya yang kini hampir mencapai potensi penuh. Ia siap untuk menghadapi serangan berikutnya.

Langit Jakarta malam itu bukan lagi sekadar pemandangan biasa. Ledakan besar yang berkilauan, gelombang energi, dan kilatan merah yang membakar udara membuat semua orang terpukau sekaligus ketakutan. Mereka hanya bisa menatap ke atas, menyaksikan apa yang tampak seperti pertarungan dewa-dewa yang melibatkan kekuatan di luar nalar manusia.

"Apa itu? Apakah itu… alien?" bisik seorang anak kecil yang berdiri di samping ibunya.

"Bukan, itu pasti pahlawan bakteri," jawab seorang pria dengan penuh harap, meski ekspresinya tetap dipenuhi rasa cemas.

Namun di antara mereka yang menyaksikan, ada yang mulai menghubungkan kejadian ini dengan pertarungan sebelumnya. "Pak Wijaya… bukankah dia adalah salah satu peneliti yang hilang bertahun-tahun lalu?" gumam seorang pejabat yang menyaksikan dari layar TV.

Sementara itu, di atas awan, Dr. Rama dan Pak Wijaya terus bertarung tanpa henti. Rama tahu, jika mereka bertempur di daratan, Jakarta, atau bahkan bumi, bisa saja hancur oleh kekuatan mereka. Ia melayangkan pandangan ke kota di bawahnya yang tampak kecil seperti miniatur.

"Setidaknya, kami terpental ke langit," pikirnya. "Kalau tidak, kerusakan ini bisa menjadi bencana besar bagi semua orang."

Namun, ia tidak bisa melonggarkan serangannya. Pukulan-pukulan bertubi-tubi dari Dr. Rama terus mengarah ke tubuh cyborg Pak Wijaya. Ia tahu, semakin banyak ia menyerang, semakin besar pula kekuatannya. Dan ia membutuhkan kekuatan itu untuk menghancurkan Core Abadi Versi Sempurna yang ada di tubuh lawannya.

Pak Wijaya, dengan tubuh robotiknya yang besar, memanfaatkan kekuatan mentah dari Core Abadi-nya. Ia hanya butuh satu pukulan untuk menghancurkan apa pun. "Kau ini seperti lalat yang terus berputar, Rama! Berhenti dan terimalah takdirmu!"

Pak Wijaya melayangkan tinju besar yang dipenuhi listrik merah ke arah Dr. Rama. Dengan kecepatan luar biasa, Rama berhasil menghindar. Namun, pukulan itu meleset ke arah ruang angkasa, menghantam sebuah Asteroid kecil yang jauh di belakangnya.

"BOOOOOOOM!!!"

Sebuah ledakan besar terjadi di langit malam, jauh di belakang Dr. Rama. Cahaya dari ledakan Asteroid kecil itu memancar, menciptakan pemandangan indah sekaligus mengerikan. Rama terkejut, matanya membelalak melihat dampak dari satu pukulan Pak Wijaya.

"Apa ini? Dia menghancurkan Asteroid kecil dengan satu serangan, tapi itu hampir sebesar Bulan... Sungguh kekuatan yang mengerikan?!"

Namun, ia tak punya waktu untuk merenung lebih lama. Pak Wijaya sudah kembali melayangkan serangan berikutnya. Dr. Rama menghindar lagi, tapi kali ini pandangannya tertuju ke kloningannya yang bertiga.

Ketiga kloningannya tampak gugup. Tubuh mereka sedikit gemetar, meski mereka adalah manifestasi dari kekuatan Rama sendiri. Mereka memandang ke arah ledakan Asteroid kecil itu dengan tatapan penuh rasa takut.

Salah satu kloningan menggaruk kepalanya. "Uh, Setelah kupikir-pikir tadi aku hanya memijat pak tua itu," lalu dia menunjuk ke arah kloningan yang lain, "dari tadi kulihat, kau terus memukuli pak tua itu dengan serius kan?"

Klonigan yang di tunjuk membela diri, "Tidak.. aku dari tadi hanya menepuk lalat saja, dan itu pun tidak ada yang kena," lalu menunjuk kloningan yang satunya lagi. "Dia tuh... yang memukul pak tua tadi dengan kuat,"

Kloningan yang di tuduh juga membela diri, " Kalian yang memukul terus-terusan, hingga aku datang untuk menepis tangan kalian, Benar kan pak tua?" Ujarnya ke pak Wijaya yang terlihat bingung.

Lalu mereka berkumpul seperti orang yang berdiskusi sambil berbisik-bisik, lalu setelah itu menunjuk Dr. Rama secara bersamaan. "Tuan, kali ini andalah yang jadi tersangknya, ayo mengaku saja!" Ucap mereka bertiga.

Dr. Rama hampir tertawa melihat tingkah mereka. Namun, di balik rasa lucu itu, ia merasakan sesuatu yang lain: deja vu. Tingkah konyol mereka mengingatkannya pada pasukan Ninja Kristal Bakterinya di Kalimantan. Saat itu, mereka juga menunjukkan kekonyolan yang serupa.

"Hei! Bangun!" seru Dr. Rama kepada kloningannya. Ia melayang mendekat, wajahnya serius. "Ingat, kita tidak di sini untuk menyerah. Kalian adalah bagian dari diriku. Jika aku bisa melawan, kalian juga bisa. Kita tidak akan kalah, tidak malam ini, tidak dengan semua yang dipertaruhkan!"

Kloningan pertama mengangguk, meski wajahnya tetap gugup. "Baiklah, baiklah tuan, Aku akan mencobanya."

Yang kedua tersenyum kecil. "Tuan... Yang meledak tadi Asteroid ya? Untung bukan kita yang jadi Asteroid, ya sudah.. mari kita lanjut." ucapnya.

Dan yang ketiga pun tiba-tiba dengan sombongnya menantang pak Wijaya.

"Huh.. Baru Asteroid saja sudah bangga, minimal matahari tuh ledakin sekalian!"

Dengan semangat mereka yang kembali, Dr. Rama menyusun strategi baru. Ia tahu, kekuatan Pak Wijaya yang berasal dari Core Abadi harus dihancurkan. Tapi untuk melakukannya, ia harus menciptakan celah dalam pertahanan lawannya yang hampir sempurna.

"Kloninganku, dengar! Kita akan menyerang dari semua arah, tanpa henti. Aku butuh waktu untuk menemukan kelemahannya. Jadi, buat dia sibuk!"

Ketiga kloningan mengangguk. Mereka melesat ke arah Pak Wijaya, melancarkan serangan bertubi-tubi dari berbagai arah. Tinju mereka menghantam tubuh cyborg Pak Wijaya, menciptakan percikan listrik di setiap serangan.

Dr. Rama, sementara itu, memperhatikan dengan saksama. Matanya tertuju pada Core Abadi di dada Pak Wijaya. Ia mencoba memahami pola energinya, mencari celah yang bisa ia manfaatkan.

Pak Wijaya, meskipun tampak tak tergoyahkan, mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Serangan yang terus-menerus dari kloningan Dr. Rama memaksanya untuk bertahan, meskipun ia berhasil memukul balik beberapa dari mereka.

"Cukup! Kalian semua hanya serangga di hadapanku!" teriak Pak Wijaya, listrik merah menyala-nyala di sekitar tubuhnya.

Namun, Rama tersenyum tipis. "Kau yang harus berhenti, Wijaya. Ini akan segera berakhir."

Setelah mengamati selama beberapa saat, Dr. Rama akhirnya menemukan sesuatu. Setiap kali Core Abadi di tubuh Pak Wijaya memancarkan energi besar, ada jeda singkat hanya sepersekian detik sebelum energi itu kembali terisi. Itu adalah celah yang ia butuhkan.

Ia memberi sinyal kepada kloningannya. "Fokuskan serangan kalian di dadanya, saat energinya melemah!"

Kloningan Dr. Rama mengikuti instruksi dengan sempurna. Mereka melancarkan pukulan demi pukulan ke Core Abadi, mencoba mengeksploitasi jeda kecil itu. Rama bergabung dengan mereka, meningkatkan kecepatan dan kekuatannya dengan setiap serangan.

Semakin banyak ia menyerang, semakin besar kekuatannya. Pukulannya kini cukup kuat untuk membuat Pak Wijaya mundur beberapa langkah.

"Ini tidak mungkin!" teriak Pak Wijaya, terlihat mulai kehilangan keseimbangan.

Namun, ia tidak menyerah. Dengan sisa energinya, ia melancarkan serangan balik yang luar biasa, menciptakan gelombang listrik besar yang menyapu semua kloningan Dr. Rama.

"BOOOOOM!!!"

Dr. Rama terpental, tapi ia tidak jatuh. Dengan kekuatan regenerasi yang terus meningkat, ia segera bangkit.

"Pak Wijaya, aku tahu kau menginginkan kekuasaan. Tapi apa yang kau lakukan hanya akan membawa kehancuran. Dunia tidak membutuhkan raja, dunia membutuhkan harapan!"

Pak Wijaya tertawa dingin. "Harapan? Harapan adalah untuk yang lemah. Aku adalah kekuatan!"

Namun, Dr. Rama dengan kekuatan barunya yang terus meningkat, ia bersiap untuk memberikan serangan terakhir.