Kekacauan di luar markas Genesis Syndicate mulai terkendali. Warga yang sebelumnya berkumpul karena penasaran telah diarahkan menjauh oleh pasukan militer yang dikirim oleh Pak Jayadi dan Pak Hartono. Dengan pengeras suara dan barikade yang didirikan di sekitar area, situasi akhirnya menjadi lebih tenang.
Pak Jayadi menatap jalan yang kini mulai lengang, lalu menghela napas lega. "Akhirnya... warga mulai sadar juga."
Pak Hartono, yang berdiri di sampingnya, menambahkan, "Semoga Rama bisa menyelesaikan ini dengan cepat. Kita harus siaga untuk segala kemungkinan."
Namun, meskipun keadaan di luar mulai terkendali, di dalam markas Genesis Syndicate, pertarungan yang sengit terus berlangsung.
Di markas yang sangat besar dan luas itu kini bergemuruh akibat pertempuran besar-besaran. Pasukan ninja kristal bakteri Dr. Rama terus bertarung melawan pasukan Wijaya. Meskipun mereka sempat unggul di awal, kecepatan luar biasa dari robot Arga perlahan mulai membalikkan keadaan.
Arga dengan robotnya yang sangat kuat dan sangat cepat itu terus menghancurkan satu per satu pasukan kristal. Dalam hitungan detik, tubuh kristal pasukan itu terpecah menjadi bakteri kecil, lalu mencoba bergabung kembali untuk membentuk tubuh baru. Namun, setiap kali mereka kembali membentuk pasukan, Arga datang lagi dengan serangan yang sangat mematikan.
Di layar hologram Dr. Rama, ia melihat keadaan pasukannya semakin terdesak. Jumlah mereka terus berkurang, regenerasi kristal menjadi semakin lambat, dan formasi mereka mulai kacau. Dr. Rama mengepalkan tangannya. Ia tahu bahwa situasi saat sekarang ini sangat kritis dan tidak ada harapan untuk menang.
Ia sangat khawatir dan hampir putus asa melihat pasukannya tidak berkutik melawan robot arga, di benaknya sendainya dia kalah, Jakarta atau bahkan dunia akan menghadapi bahaya yang sangat besar.
Di tengah pertarungan, pemimpin robot ninja kristal bakteri milik Dr. Rama, yang memiliki tubuh paling besar dan cahaya kristal yang lebih terang, menghampiri Dr. Rama. Suaranya berat namun penuh ketegasan.
"Tuan Rama," katanya. "Ini darurat. Jika kita terus bertahan seperti ini, pasukan kita tidak akan cukup kuat melawan Arga dan pasukan Wijaya. Kami punya solusi, tapi..."
Dr. Rama memotongnya. "Apa pun itu, katakan!"
Pemimpin itu menatap Dr. Rama dengan mata kristal yang berkilauan. "Tuan harus mengizinkan kami... semuanya... bergabung menjadi satu. Tidak ada cara lain. Kami harus melebur menjadi energi kristal murni untuk melindungi Anda dan semua orang yang Anda sayangi."
Kata-kata itu membuat Dr. Rama terdiam. Ia tahu apa yang dimaksud oleh pemimpin pasukannya. Jika mereka bergabung menjadi satu, itu berarti mereka akan kehilangan wujudnya selamanya. Mereka tidak akan lagi bisa menjadi pasukan atau kembali seperti semula.
"Tidak!" kata Dr. Rama dengan suara tegas. "Kalian adalah bagian dari hidupku. Aku tidak bisa kehilangan kalian!"
Namun, pemimpin robot itu memaksa. "Tuan, ini adalah satu-satunya cara. Jika kami tidak melakukannya, nyawa Anda, keluarga Anda, dan warga di luar sana akan dalam bahaya. Kami adalah pasukan Anda, tapi lebih dari itu, kami adalah keluarga Anda. Dan keluarga akan melakukan apa saja untuk melindungi satu sama lain."
Dr. Rama masih ragu. Hatinya berkecamuk antara keinginan untuk melindungi orang-orang yang ia sayangi dan keengganan untuk kehilangan pasukan yang telah bersamanya selama ini.
Pemimpin robot itu mendekatkan tubuhnya ke Dr. Rama. Dengan nada penuh emosi, ia berkata, "Tuan, sebelum kami melebur, kami ingin menitipkan salam kepada mereka yang penting bagi Anda, yang juga penting bagi kami. Tolong sampaikan salam kami kepada Widya, Cindy, Bu Dewi, Pak Rido, Bu Sari, dan adik kecil Siska yang selalu ceria. Dan... tolong sampaikan salam kami kepada Tuan Putri kesayangan kami, Siska."
Dr. Rama menggigit bibirnya, menahan air mata. Pemimpin robot itu melanjutkan, "Dan terakhir, untuk Anda, Tuan Rama. Terima kasih... karena telah memberi kami tujuan hidup. Karena telah memperlakukan kami seperti keluarga, walaupun kami selalu bertindak di luar dugaan, tapi anda hanya memarahi kami dengan sabar dan tidak pernah menghukum kami, bukan hanya sebagai pasukan. Kami bangga menjadi bagian dari hidup Anda."
Pasukan ninja kristal bakteri yang tersisa, meskipun mereka berada di tengah pertempuran, serempak menghentikan gerakan mereka dan berseru, "Kami keren, kan, Tuan?"
Dr. Rama tidak bisa menahan tangisnya. Ia mengangguk dengan berat. "Iya... kalian luar biasa. Kalian lebih dari sekedar keren. Kalian adalah keluargaku yang hebat, terima kasih telah menjadi bagian penting dari orang-orang yang penting juga bagiku termasuk aku sendiri."
Dengan hati yang hancur, Dr. Rama akhirnya mengangguk. "Baiklah... jika ini yang kalian inginkan, aku akan menghormati keputusan kalian. Tapi aku janji, pengorbanan kalian tidak akan sia-sia. Aku akan melindungi semuanya, apa pun yang terjadi."
Pemimpin robot itu tersenyum. "Kami percaya pada Anda, Tuan."
Pasukan ninja kristal bakteri yang tersisa segera berkumpul. Tubuh mereka mulai bersinar dengan cahaya biru yang semakin terang. Mereka saling bergandengan tangan, menciptakan lingkaran besar.
Dr. Rama melihat mereka untuk terakhir kalinya dalam wujud seperti itu. Ia menutup matanya sejenak, mengingat setiap momen bersama pasukan setianya, lalu membuka matanya dengan tekad yang kuat.
Cahaya bakteri dari lingkaran pasukan kristal semakin terang hingga memenuhi seluruh ruangan. Perlahan, tubuh mereka mulai melebur menjadi satu. Suara mereka bergema di udara, mengucapkan kata-kata terakhir:
"Selamat tinggal, Tuan. Kami akan selalu bersama Anda."
Ketika proses penggabungan selesai, energi besar muncul di tempat pasukan ninja kristal bakteri sebelumnya berdiri. Energi itu bersinar seperti bintang yang baru lahir, memancarkan kekuatan yang luar biasa.
Dr. Rama merasakan kekuatan itu mengalir ke tubuhnya. Ia tahu bahwa ini adalah wujud terakhir dari pasukannya, kekuatan yang mereka berikan untuk melindungi dirinya dan semua orang yang ia cintai.
Di layar hologram, Wijaya yang masih mengamati dari kejauhan mulai merasa tidak nyaman. "Apa itu? Apa yang sedang kau rencanakan, Rama?"
Dr. Rama berdiri dengan kepala tegak. Matanya bersinar dengan cahaya biru, memantulkan kekuatan pasukan kristal yang kini perlahan menjadi satu dengan dirinya. Dengan suara penuh keyakinan, ia berkata, "Ini untuk kalian semua... Aku tidak akan mengecewakan kalian."
Setelah penggabungan yang mengorbankan seluruh pasukan ninja kristal bakteri, tubuh Dr. Rama mulai berubah satu persatu. Energi besar yang dihasilkan dari proses itu menyelimuti tubuhnya, membentuk sesuatu yang luar biasa. Cahaya biru terang memancar, menggetarkan seluruh ruangan dalam markas besar Genesis Syndicate.
Arga yang berada di kejauhan, dengan kecepatan supernya, berhenti sejenak, terpukau oleh perubahan yang terjadi pada lawannya. Bahkan Pak Wijaya, yang selalu penuh percaya diri, terdiam di layar hologramnya, wajahnya menunjukkan ketakutan bercampur kekaguman, seketika dia merasakan hal yang buruk akan terjadi pada pasukannya, lalu dia keluar dari ruang monitor robot yang ia kendalikan dan berlari menuju suatu ruangan dengan ketakutan.
Dr. Rama kini berdiri dalam wujud baru. Tubuhnya berwarna metalik yang memantulkan kilauan cahaya biru, memberikan kesan futuristik. Bentuknya atletis dengan otot yang terukir sempurna, namun tetap elegan. Di dada hingga ke pusarnya, ada cahaya berbentuk lampu memanjang yang bersinar lembut, menunjukkan inti energi kristal murni yang kini menjadi sumber kekuatannya. Matanya bercahaya biru cerah, memancarkan keberanian dan keteguhan.
Dr. Rama memandangi tangannya yang kini berkilauan dengan energi kristal. Tubuh barunya terasa ringan namun penuh dengan kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Di kepalanya, suara-suara lembut pasukan kristalnya masih terdengar samar, memberikan dorongan semangat.
"Lihatlah tubuh ini… ini bukan hanya kekuatanku. Ini adalah bukti cinta dan pengorbanan kalian," gumam Dr. Rama dalam hati.
Tidak butuh waktu lama bagi Dr. Rama untuk memahami potensi tubuh barunya. Sistem kostum robot modern yang terbentuk memiliki regenerasi tingkat tinggi, memungkinkan segala kerusakan di tubuhnya pulih dalam hitungan detik. Kecepatannya sekarang hampir menyamai Arga, bahkan mungkin lebih cepat jika digunakan dengan baik. Pukulannya memiliki kekuatan yang cukup besar untuk menghancurkan logam terkuat sekalipun, dan tubuhnya yang kokoh mampu menahan serangan dari berbagai senjata.
Selain itu, ia juga menyadari kemampuan barunya, yaitu menciptakan tiga kloningan dirinya. Kloningan tersebut memiliki kekuatan yang hampir setara dengannya, meskipun tidak sekuat tubuh aslinya.
Pak Wijaya yang menyaksikan transformasi ini melalui layar merasa sedikit cemas. "Jadi, ini rencana terakhirnya... Tubuh murni itu bisa menjadi ancaman serius," katanya pada dirinya sendiri. Namun, dengan senyum sinis, ia menambahkan, "Tapi kita masih punya Arga. Lihat saja bagaimana cara robot itu menghancurkannya."
Arga, dengan kecepatannya yang luar biasa, langsung melesat ke arah Dr. Rama, berusaha menyerang saat Rama belum sepenuhnya memahami kekuatannya. Serangan Arga begitu cepat, menciptakan angin yang berputar tajam di sekeliling tubuhnya. Dalam waktu kurang dari sepersekian detik, ia sudah berada di depan Dr. Rama, siap melayangkan pukulan mematikan.
Namun, kali ini Dr. Rama sudah siap. Dengan gerakan yang hampir tak terlihat oleh mata biasa, Rama menghindari serangan Arga. Kecepatan baru yang dimilikinya memungkinkan ia bergerak dengan mudah, bahkan mengungguli Arga.
"Kecepatanmu luar biasa," kata Dr. Rama sambil menghindari serangan berikutnya. "Tapi aku tidak lagi sama seperti sebelumnya, Arga."
Dengan satu gerakan cepat, Dr. Rama mengepalkan tangannya dan memukul Arga dengan kekuatan penuh. Pukulan itu menciptakan gelombang energi yang menghancurkan lantai di sekitar mereka, membuat tubuh Arga terlempar jauh hingga menabrak dinding markas.
Dan semua pasukan Wijaya yang sangat banyak itu perlahan lenyap satu persatu,
Pak Wijaya yang menyaksikan melalui monitor di ruangan rahasianya saat itu terkejut. "Mustahil… Bagaimana mungkin dia bisa mengalahkan Arga dalam kecepatan dan kekuatan?"
Tak berapa lama setelah itu, semua pasukan Wijaya hancur tak bersisa oleh kekuatan baru Dr. Rama.
Saat melihat Arga bangkit kembali dengan perbaikan otomatis, Dr. Rama tahu bahwa ini bukan lawan yang bisa dikalahkan dengan mudah. Ia memutuskan untuk menguji kemampuan kloningannya. Dengan konsentrasi penuh, ia menciptakan tiga kloningan dari tubuhnya.
Kloningan tersebut muncul satu per satu, dengan tubuh yang mirip dengannya. Mereka bergerak dengan sinkronisasi yang sempurna, seolah-olah saling membaca pikiran.
"Bantu aku mengalahkan dia," perintah Dr. Rama kepada kloningannya.
Kloningan itu segera melesat, mengepung Arga dari berbagai arah. Arga yang terkenal dengan kecepatannya kini harus menghadapi empat musuh sekaligus, yang membuatnya sangat kewalahan.
"Hebat," gumam Dr. Rama sambil melihat kerja sama kloningannya. "Kita punya peluang untuk menang."
Di sisi lain, Pak Wijaya yang merasa situasi mulai tidak menguntungkan baginya, memutuskan untuk mengambil langkah drastis. Ia mengaktifkan sistem pertahanan otomatis di markas, yang terdiri dari robot-robot raksasa yang sudah ia persiapkan sejak lama. Robot-robot ini tidak sekuat Arga, tetapi jumlahnya sangat banyak, cukup untuk mengalihkan perhatian Dr. Rama.
"Biarkan dia sibuk melawan robot-robot ini. Sementara itu, aku akan mengaktifkan senjata terakhirku," pikir Pak Wijaya.
Dengan senyum penuh kejahatan, ia menekan tombol merah di konsolnya, dan memulai proses aktivasi pintu rahasia yang telah ia sembunyikan selama bertahun-tahun.
Ketika robot-robot raksasa mulai menyerbu ke area pertarungan, Dr. Rama dan kloningannya harus menghadapi serangan dari berbagai arah. Meskipun tubuhnya kini lebih kuat, jumlah musuh yang begitu banyak mulai memberikan tekanan.
Namun, Dr. Rama tidak menyerah. Dengan pukulan-pukulan yang menghancurkan, ia mulai menghancurkan robot-robot tersebut satu per satu. Kloningannya juga berjuang dengan gigih, bekerja sama untuk melindungi Dr. Rama dari serangan mendadak.
Di tengah kekacauan itu, suara-suara pasukan kristalnya kembali terdengar di kepala Dr. Rama. "Kita ada di sini, Tuan. Jangan pernah menyerah. Kami percaya pada Anda."
Suara-suara itu memberikan semangat baru bagi Dr. Rama. Dengan teriakan penuh tekad, ia melancarkan serangan besar-besaran, menghancurkan hampir setengah dari robot-robot raksasa yang dikirim oleh Pak Wijaya.
Namun, di tengah perjuangannya, ia merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Energi besar yang berasal dari arah pusat markas terasa sangat menakutkan dan sangat panas.
"Ini tidak baik..." gumam Dr. Rama. "Apa lagi yang sedang direncanakan Pak Wijaya?"