Sebelum penyerangan di markas organisasi Genesis Syndicate,
Dr. Rama berdiri di depan layar hologram di laboratoriumnya. Matanya tajam menatap denah markas organisasi Genesis Syndicate, sebuah organisasi kriminal yang telah lama menjadi ancaman besar bagi keamanan nasional. Ia baru saja selesai memberi pengarahan terakhir kepada Pak Jayadi, Pak Hartono, dan Arman, tiga tokoh militer yang dipercaya untuk membantu misinya.
"Jika ada hal yang tidak terduga dari pasukan saya, saya harap kalian bisa memaklumi mereka," ujar Dr. Rama serius.
Pak Jayadi, dengan raut wajah penasaran, bertanya, "Maksud Anda?"
Dr. Rama menghela napas. "Pasukan saya memang terlihat mengerikan dan penuh aura misteri. Tapi... mereka punya kebiasaan yang sering kali tidak bisa ditebak. Sifat mereka, meskipun loyal, Tapi bisa membuat kalian terkejut nantinya."
Pak Jayadi tertawa kecil. "Baiklah, Dr. Rama. Kami akan siap menghadapi apa pun."
Besoknya setelah itu, ketiganya kembali ke markas sementara yang terletak di sebuah mal yang belum selesai dibangun. Bangunan itu, yang berjarak lima gedung dari markas Genesis Syndicate, telah disiapkan khusus dengan teknologi kamuflase canggih milik pemerintah, memungkinkan mereka mengamati situasi tanpa menimbulkan kecurigaan sama sekali.
Sementara itu, di dalam markas bawah tanah Genesis Syndicate, Dr. Rama tengah bersiap menghadapi dua musuh utamanya, Wijaya dan Arga. Wijaya, adalah seorang ilmuwan gila yang memimpin organisasi tersebut, Dan kini telah mengoperasikan sebuah robot raksasa setinggi 80 meter bersamanya. Robot itu dilapisi logam hitam mengkilap dengan senjata peluru energi yang mampu menghancurkan gedung dalam sekali tembak.
Di sampingnya, Arga, tangan kanan Wijaya, mengendalikan robot setinggi 20 meter. Robot ini mungkin lebih kecil, tetapi kecepatannya luar biasa, dilengkapi dengan lapisan listrik yang membungkus tubuhnya, membuatnya nyaris mustahil didekati.
Dr. Rama tahu, melawan dua robot itu sendirian adalah misi bunuh diri. Oleh karena itu, ia segera menghubungi pasukan robot ninja kristal bakterinya yang masih berada di luar markas.
"Kalian harus segera bergabung menjadi dua robot raksasa. Saya butuh kalian di sini secepatnya!" perintah Dr. Rama melalui komunikasi bakteri telepati yang hanya ia dan pasukannya pahami.
Di luar markas, lebih dari seribu kloningan Dr. Rama yang mengenakan kostum ninja kristal bakteri menerima perintah tersebut. Mereka segera bergerak, bergabung menjadi dua robot raksasa. Salah satunya memiliki tinggi 200 meter, dua kali lipat dari ukuran biasanya, dan satu lagi setinggi 100 meter.
Namun, kecepatan mereka untuk mencapai lokasi malah membawa masalah. Robot raksasa setinggi 200 meter itu menghancurkan jalanan dan tanah di atas markas bawah tanah, menciptakan getaran dahsyat yang membuat seluruh area bergetar.
Dr. Rama, yang merasakan getaran itu di dalam markas, Sambil memegangi dahinya. "Kalian terlalu pamer! Ini pasti akan menarik perhatian warga!" keluhnya.
Sementara itu, Pak Jayadi, Pak Hartono, dan Arman yang berada di markas sementara di seberang jalan melihat kehadiran dua robot raksasa itu. Mereka terperangah melihat robot setinggi 200 meter sedang menghancurkan tanah, seakan-akan ingin melubangi jalan untuk masuk ke markas bawah tanah.
Pak Jayadi, yang mengingat peringatan Dr. Rama sebelumnya, tertawa kecil. "Jadi ini yang dimaksud Dr. Rama kemarin. Mereka memang di luar dugaan."
Namun, kehebohan itu tidak hanya menarik perhatian militer. Warga Jakarta yang berada di sekitar area pun mulai berkumpul, ingin melihat apa yang sedang terjadi. Dengan rasa ingin tahu yang besar, mereka mendekat ke lokasi, tak peduli bahaya yang mengintai.
Pak Jayadi langsung menghubungi pasukan kepolisian melalui radio. "Kita butuh pengamanan tambahan. Warga mulai mendekat, dan ini bisa membahayakan mereka."
Namun, meski polisi mencoba menghalau, banyak warga yang tetap bersikeras mendekat untuk menyaksikan aksi dua robot raksasa yang mengagumkan sekaligus menakutkan itu.
Di atas tanah, robot setinggi 200 meter itu tampak seperti anak kecil yang dimarahi. Ia menggaruk kepalanya dengan gerakan canggung, seolah-olah sadar telah membuat kesalahan.
"Maaf, Tuan," suara berat robot itu terdengar melalui gelombang komunikasi.
Dr. Rama hanya bisa menghela napas panjang sambil menepuk keningnya. Dalam hati, ia mengingat masa kecilnya, saat ia menonton film ninja dan robot dari tayangan TV. Dia terlihat kagum, karena film robot dan ninja yang ia saksikan di TV tersebut terlihat menakutkan dan dingin, Tapi tidak dengan pasukannya.
Kenapa pasukan saya malah bertingkah seperti ini ya,? Sungguh sangat beda dengan yang saya bayangkan saat itu," gumamnya.
Namun, meskipun sering bertingkah konyol, Dr. Rama tahu bahwa pasukannya selalu menyelesaikan misi dengan sempurna.
Setelah mencapai lokasi, kedua robot raksasa itu akhirnya berhenti membuat kekacauan di permukaan. Mereka perlahan membuka jalan menuju markas bawah tanah dengan hati-hati, tidak ingin merusak lebih banyak lagi.
Sementara itu, di dalam markas yang memiliki luas 2 kilometer dan tinggi ruangan 500 meter itu, Wijaya dan Arga sudah bersiap untuk melancarkan serangan. Wijaya memimpin dari robot raksasanya, memerintahkan pasukan Genesis Syndicate untuk mempertahankan markas mereka dengan segala cara.
Namun, Dr. Rama tidak gentar. Dengan ketenangan yang luar biasa, ia mengarahkan pasukannya untuk mengambil posisi strategis. Pasukan ninja kristal bakterinya yang lebih kecil mulai menyusup ke berbagai sudut markas, melumpuhkan penjaga dengan cepat dan efisien.
"Pak Jayadi, kita hampir mencapai target. Siapkan tim Anda untuk menyegel area jika ada yang mencoba kabur," kata Dr. Rama melalui radio.
"Siap, Saya mengerti!" jawab Pak Jayadi.
Di tengah situasi yang semakin tegang, Dr. Rama menyadari bahwa ini baru awal dari pertempuran besar. Dengan dua robot raksasa miliknya yang sudah siap di medan perang, ia yakin bahwa kemenangan ada di pihak mereka.
Namun, jauh di dalam hatinya, Dr. Rama tidak bisa menghilangkan perasaan khawatir. Genesis Syndicate bukanlah musuh yang bisa diremehkan. Apa pun yang terjadi selanjutnya, ia tahu bahwa perjuangan ini adalah ujian terbesar dalam hidupnya.
Suasana di markas Genesis Syndicate berubah mencekam. Gema langkah berat dari dua robot kristal raksasa milik Dr. Rama mengguncang tanah. Dengan tinggi 200 meter dan 100 meter, kehadiran mereka tampak seperti raksasa mitologi yang turun ke bumi.
Di dalam markas bawah tanah, Wijaya tersenyum penuh kepuasan. Dari tempat pengendaliannya di dalam robot raksasa miliknya, ia mengamati melalui layar hologram. "Akhirnya kau datang, Rama," gumamnya.
Di sisi lain, Arga, dengan robot berukuran 20 meter yang dilengkapi kecepatan luar biasa, berdiri tenang seperti harimau yang bersiap menerkam.
Saat Dr. Rama mengarahkan pasukan ninja kristal bakterinya untuk menyerang, pasukan Wijaya yang telah dipersiapkan dengan matang mulai bergerak. Mereka menyerang dari segala arah. Jumlahnya sangat banyak, terdiri dari pasukan yang memiliki kemampuan hampir setara dengan pasukan kristal bakteri milik Dr. Rama.
Pak Wijaya tidak main-main. Ia sudah mempelajari semua pola serangan Dr. Rama dari pertarungan sebelumnya melawan Hermawan, berkat informasi yang dikumpulkan oleh Arga saat memata-matai Dr. Rama. Dengan taktik yang telah dirancang, serangan pasukan Wijaya berjalan sistematis dan terkoordinasi dengan baik.
Dr. Rama, dari pusat komandonya, memantau dengan serius. Ia tahu ini bukan pertarungan yang mudah. "Pasukan maju! Jangan biarkan mereka memecah formasi!" serunya.
Pasukan ninja kristal bakteri melompat ke medan pertempuran. Dengan kecepatan tinggi dan tubuh kristal yang keras, mereka menghancurkan pasukan Wijaya yang mencoba menerobos. Namun, pasukan musuh terus berdatangan, seakan tidak ada habisnya.
Saat Dr. Rama mulai menyiapkan serangan besar dengan robot raksasa setinggi 200 meter, tiba-tiba ia dikejutkan oleh serangan mendadak. Arga, dengan robot kecilnya, melesat secepat kilat. Kecepatannya mencapai 0,5 detik per kilometer, membuatnya nyaris tak terlihat oleh mata biasa.
Dalam sekejap, Arga menyerang tangan kanan robot raksasa setinggi 200 meter milik Dr. Rama. Tebasan angin bercahaya putih mengelilingi tubuh robot Arga, menciptakan pusaran energi yang memutus lengan kanan robot kristal tersebut.
Dr. Rama terkejut. "Tidak mungkin... regenerasi kristal tidak bisa mengimbangi kecepatannya!"
Arga tidak berhenti di situ. Dengan serangan bertubi-tubi, ia memanfaatkan kelemahan regenerasi kristal yang lambat. Bagian-bagian tubuh robot raksasa mulai terputus satu per satu. Arga terus menyerang dengan tebasan angin yang tajam, meninggalkan jejak cahaya putih di udara.
Dr. Rama mencoba memikirkan cara untuk mengatasi serangan ini, tetapi situasinya semakin sulit. Di layar hologramnya, ia bisa melihat Wijaya yang duduk tenang di dalam robotnya sambil tertawa puas.
"Kau terlalu percaya diri, Rama. Pasukanmu hebat, tapi aku sudah mempersiapkan segalanya," ejek Wijaya melalui komunikasi.
Sementara itu, di medan pertempuran, pasukan ninja kristal bakteri mulai kewalahan menghadapi pasukan Wijaya. Meskipun jumlah mereka seimbang, taktik dan senjata pasukan musuh yang dirancang untuk melawan kristal membuat pertempuran semakin sulit.
Pak Wijaya, dari tempatnya, terus mengawasi setiap gerakan Dr. Rama. Ia tahu betul bahwa kelemahan regenerasi kristal adalah kunci untuk mengalahkan pasukannya. Dengan Arga sebagai ujung tombaknya, Wijaya yakin bisa memenangkan pertempuran ini.
Namun, Dr. Rama tidak menyerah. "Kita harus mengubah strategi," gumamnya sambil memikirkan langkah berikutnya.
Di luar markas, situasi juga tidak kalah kacau. Warga yang sebelumnya penasaran kini mulai panik melihat ledakan dan getaran dari bawah tanah. Pasukan polisi yang dipimpin oleh Pak Jayadi berusaha keras untuk menenangkan situasi dan menjaga warga tetap aman.
"Semua mundur! Jangan dekati area ini!" teriak Pak Jayadi melalui pengeras suara.
Namun, banyak warga yang tetap bersikeras ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi. Sebagian merekam kejadian itu dengan ponsel mereka, membuat situasi semakin tidak terkendali.
Pak Jayadi hanya bisa menghela napas. "Semoga Rama tahu apa yang dia lakukan..."
Kembali ke dalam markas, Dr. Rama mulai menyusun strategi baru. Ia tahu bahwa dia tidak bisa mengandalkan kekuatan pasukan kristalnya saja. Melihat ke layar hologram, ia memanggil salah satu pasukan ninja kristal bakterinya.
"Gabungkan energi inti kalian dengan robot raksasa kedua," perintahnya.
Pasukan ninja kristal segera melompat ke robot setinggi 100 meter. Dalam waktu singkat, energi kristal mereka bergabung, menciptakan perisai pelindung yang memancarkan cahaya biru terang. Robot raksasa yang lebih kecil itu sekarang memiliki perlindungan ekstra untuk melawan serangan cepat Arga.
Namun, Dr. Rama tahu bahwa ini hanya langkah awal. Untuk menghadapi Arga dan Wijaya, ia membutuhkan lebih dari sekadar perisai. Ia harus menemukan cara untuk menghentikan kecepatan luar biasa Arga dan taktik cerdas Wijaya.
Dengan tangan terkepal, ia bersumpah dalam hati. "Pertarungan ini belum berakhir. Aku akan membuktikan bahwa kebenaran selalu menang."