Chereads / Dr. Rama The Bacterial Hero / Chapter 24 - Berita Tentang Jakarta

Chapter 24 - Berita Tentang Jakarta

Keesokan harinya, pagi di desa yang damai terasa kontras dengan berita yang Rama lihat di ponselnya. Berita utama menayangkan kehancuran besar di Jakarta akibat serangan robot laser beberapa waktu lalu. Rekaman drone menunjukkan kota-kota besar yang berubah menjadi puing-puing dengan beberapa gedung tinggi runtuh dan jalanan yang retak.

Namun, yang lebih menarik perhatian adalah berita tentang kehadiran robot-robot kristal besar yang melawan robot-robot laser tersebut. Masyarakat yang menyaksikan keajaiban itu terlihat bingung dan kagum, beberapa bahkan menyebut robot kristal sebagai "dewa pelindung."

Berita kemudian berlanjut dengan kabar tentang Hermawan, yang terlihat dalam kondisi yang sangat mengenaskan. Di layar terlihat dia digiring ke sel penjara oleh polisi. Namun, ada yang aneh: Hermawan terus berbicara tidak jelas, kadang tertawa, kadang menangis. Trauma akibat perlakuan robot kristal telah membuatnya kehilangan akal. Wartawan yang mewawancarainya hanya mendapat jawaban tidak masuk akal seperti: "Tidak.. Tolong..! Bakso.. Sate.. Tolong..! Daging Cincang.."

Rama menghela napas panjang. Ia merasa bersalah, meskipun Hermawan adalah dalang di balik semua kekacauan itu.

Salah satu segmen berita menampilkan wawancara dengan warga sekitar yang menjadi saksi serangan robot laser dan perlawanan robot kristal. Beberapa warga memberikan jawaban yang polos namun menggelitik.

"Ya gimana yak, kan aye lagi di belakang nih, lagi ngumpet ama ni bocah," sambil menunjuk anaknya, "Aye kirain ntu lagi syuting pilem bule, eh kagak tau nye beneran! Gile aje, robot segede gaban begitu, ya Allah, Aye langsung sujud syukur, kagak ngerti lagi dah..! orang, disini udah pada takut semua!" kata seorang ibu-ibu dengan penuh ekspresi.

Seorang bapak tua dengan nada serius berkata, "Menurut penerawangan saya, kemungkinan itu khodam seseorang yang habis minum air kembang 10 rupa, atau utusan Nyi Roro Kidul, makanya kuat lawan yang jahat. Masnya mau saya terawang juga nggak, biar sekalian, atau mbak mau juga?"

Berita tersebut membuat Rama sedikit tersenyum. Siska yang datang dari belakang tiba-tiba memeluknya erat.

"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?" tanya Siska sambil melirik layar ponsel.

"Warga itu lucu sekali, polosnya bikin ketawa," jawab Rama sambil menunjukkan video wawancara tadi.

Mereka berdua tertawa bersama, menikmati momen ringan di tengah situasi yang sebenarnya penuh tekanan.

Ketika suasana mulai menjadi lebih tenang, Siska tetap memeluk Rama dari belakang. Ia berbisik pelan, "Kamu tahu, Rama? Aku bersyukur kita masih di sini, bersama."

Rama mengangguk sambil menggenggam tangan Siska yang melingkar di dadanya. "Aku juga. Aku akan melakukan apa saja untuk melindungi kamu dan keluargamu."

Momen itu terasa begitu hangat. Mereka berdua duduk bersebelahan di kursi, saling menggenggam tangan.

Tapi, tiba-tiba terdengar bunyi "Brak!" di depan pintu.

Seekor ninja kristal bakteri terlihat jatuh terkapar di sana. Robot kecil itu buru-buru bangkit, menegakkan badan, dan memasang ekspresi seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Ia kemudian melangkah mundur perlahan, tetapi tidak mampu menyembunyikan kegugupannya.

Rama langsung menyadari apa yang terjadi. "Hei, kalian ngintip, ya?" katanya dengan nada setengah bercanda, setengah mengancam.

Dari balik pintu, terdengar suara ribut. Beberapa ninja kristal yang ternyata sedang bersembunyi di sana langsung berlari berhamburan. Mereka berusaha menghilang, tetapi suara gaduh mereka malah membuat Siska tertawa kecil.

"Mereka benar-benar seperti anak-anak," kata Siska sambil menggeleng-geleng kepala.

Rama ikut tertawa, meskipun ia mencoba menjaga wajah serius. "Aku harus memberi mereka pelajaran suatu hari nanti."

Setelah kekacauan kecil itu, Rama dan Siska kembali fokus menonton berita. Gambar kehancuran di Jakarta terus terputar di layar, mengingatkan mereka betapa banyak orang yang kehilangan rumah dan keluarga.

Siska memandang Rama dengan mata penuh harapan. "Rama, aku tahu kita baru saja melewati banyak hal. Tapi, kamu punya kekuatan besar. Mungkin ada sesuatu yang bisa kamu lakukan untuk membantu mereka?"

Rama terdiam sejenak. Ia tahu Siska benar, tetapi tanggung jawab besar itu juga berarti mengorbankan lebih banyak waktu dan energi. "Aku akan memikirkannya, Siska. Tapi untuk saat ini, aku ingin kita fokus memulihkan desa ini dan memastikan semuanya aman."

Siska mengangguk, memahami keputusan Rama. Ia menggenggam tangan Rama lebih erat. "Apa pun yang kamu pilih, aku akan selalu mendukungmu."

Rama tersenyum kecil. "Terima kasih. Itu berarti banyak untukku."

Setelah selesai menonton berita, mereka memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar di sekitar desa. Udara pagi yang segar dan pemandangan hijau memberikan ketenangan yang sangat dibutuhkan setelah semua peristiwa berat yang mereka alami.

Warga desa menyapa mereka dengan hangat, bahkan beberapa anak kecil mendekati Siska untuk memintanya bermain bersama.

"Sepertinya kamu jadi idola di sini," goda Rama.

Siska tertawa kecil. "Mungkin karena aku membawa kamu ke desa ini. Mereka lebih suka kamu daripada aku." Ucap Rama.

Mereka berdua tertawa bersama, menikmati momen kebahagiaan sederhana di tengah semua tekanan dan tanggung jawab.

Hari itu berakhir dengan damai. Rama duduk di depan rumah, menatap bintang-bintang yang bersinar di langit malam. Siska duduk di sampingnya, kepalanya bersandar di bahu Rama.

Dalam hati, Rama tahu perjalanannya belum selesai. Masih ada banyak yang harus dilakukan untuk memperbaiki dunia yang rusak akibat ulah Hermawan dan robot-robot lasernya. Tapi untuk saat ini, ia memilih untuk menikmati kedamaian yang singkat ini bersama orang-orang yang ia cintai.

Paginya, Rama mulai merencanakan langkah selanjutnya. Ia memanggil ninja kristal bakteri untuk berkumpul. Meskipun mereka sering bertingkah usil, Rama tahu bahwa mereka adalah sekutu yang bisa diandalkan.

"Semuanya Berkumpul..! Kita akan pergi ke Jakarta untuk membantu pemulihan bangun-bangunan yang ada di sana, Tapi kalian harus menjaga disiplin kalian di sana. Jangan ada yang bertingkah aneh lagi" kata Rama dengan nada tegas.

Para ninja kristal langsung berdiri tegak dan memberikan hormat. Salah satu dari mereka, yang sering menjadi pemimpin kelompok kecil itu, berkata, "Siap, tuan! Kami akan menjadi yang terbaik untuk tuan dan tuan putri!" timpalnya dengan ekspresi yang serius.

Siska, yang mendengar percakapan itu jadi malu seketika, mukanya memerah, namun hanya bisa tersenyum kecil. karena Ia tahu bahwa para ninja kristal bakteri itu masih polos dan masih banyak belajar tentang sebuah pengalaman untuk menjadi dewasa.

dan perjalanan ini juga tidak akan mudah tanpa adanya kehadiran mereka bersama Rama selama ini, ia yakin bahwa Rama dan timnya akan berhasil mengatasi semua rintangan-rintangan yang akan datang.

Dan Rama pun juga sudah memaklumi akan tingkah lucu mereka.

Dengan semangat baru, Rama dan para ninja kristal bersiap untuk menghadapi tantangan berikutnya. Mereka tahu bahwa perjalanan ini bukan hanya tentang membantu kota yang hancur, tetapi juga tentang membangun kembali harapan bagi semua orang.