Chereads / Dr. Rama The Bacterial Hero / Chapter 22 - Kekuatan Intimidasi

Chapter 22 - Kekuatan Intimidasi

Rama berdiri terpaku di depan robot besar setinggi 100 meter yang diciptakan dari kloningan kristal bakterinya. Tubuh robot itu yang basah berkilauan dalam cahaya redup ruangan. Tapi yang membuatnya heran, bukan hanya ukurannya yang mengagumkan, melainkan sikap usil yang tidak pernah hilang dari para kloningannya.

"Apa kalian serius? Pose seperti itu di saat seperti ini?" tanya Rama sambil mengangkat alis, mencoba menahan tawa.

Robot besar itu kembali memamerkan dua jari telunjuk dan tengahnya, membentuk simbol kemenangan, lalu berseru dengan suara gabungan para kloningan, "Kami keren kan, Tuan?"

Rama hanya bisa menghela napas panjang sambil mengusap wajahnya. "Kalian benar-benar…."

Sambil menatap robot besar itu, Rama mencoba mencari tahu asal-usul kekuatan yang tiba-tiba mereka miliki. "Oke, sekarang jawab pertanyaanku. Dari mana kalian mendapatkan kekuatan ini? Dan siapa yang memerintahkan kalian untuk melakukan hal ini?"

Robot besar itu menolehkan kepala, suaranya bergema saat menjawab, "Itu Cindy, Tuan. Saat di Kalimantan, dia menyuruh kami menonton YouTube sebelum berubah. Katanya kami harus belajar banyak dari situ."

Rama nyaris tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "YouTube?! Apa yang kalian pelajari dari YouTube?"

Robot itu melanjutkan dengan antusias, "Cindy mengajarkan kami cara menghadapi laser dengan memanfaatkan kelembapan udara dan tubuh yang basah. Dia juga bilang, air dengan tekanan tinggi bisa menembus lapisan pelindung laser. Jadi kami mencoba menciptakan sistem yang memungkinkan kami menembakkan air tekanan tinggi seperti itu. Dan ternyata berhasil!"

Mendengar penjelasan itu, Rama tidak tahu harus tertawa atau kagum. "Jadi semua ini… berkat Cindy dan YouTube?" gumamnya sambil tersenyum kecil.

Melihat robot besar yang tampak begitu percaya diri dan bangga dengan penemuannya, Rama tidak bisa menahan dirinya untuk menggoda mereka. Dengan nada bercanda, ia berkata, "Tapi setelah semua ini selesai, aku akan memberi kalian pelajaran karena sudah terlalu jahil dan sering membuatku kesal."

Robot besar itu langsung menggigil, meskipun tubuhnya yang besar membuat pemandangan itu terlihat konyol. "T-tidak, Tuan! Jangan hukum kami! Kami hanya ingin membantu!" jawabnya dengan nada penuh kepanikan.

Rama tertawa terbahak-bahak melihat reaksi mereka. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia merasa benar-benar rileks di tengah situasi yang menegangkan ini. Tapi ia tahu, waktunya untuk bercanda sudah cukup.

Rama mengubah ekspresi wajahnya menjadi serius. "Baiklah, sudah cukup bercanda. Sekarang saatnya kita melanjutkan pertempuran yang sebenarnya. Kita harus mengalahkan Hermawan dan menyelamatkan Siska serta keluarganya."

Robot besar itu segera berdiri tegak, memberi hormat kepada Rama. "Siap, Tuan! Kami akan melindungi Anda dan orang-orang yang Anda cintai."

Rama merasa lega melihat kesungguhan mereka. Dengan isyarat tangan, ia memberi perintah untuk maju. "Mari kita mulai."

Hermawan yang berada di ruang kendalinya menyaksikan semua itu melalui layar besar. Matanya membelalak melihat robot kristal bakteri yang tiba-tiba muncul di hadapan pasukannya. "Apa-apaan itu? Bagaimana mungkin dia bisa menciptakan sesuatu seperti itu?"

Salah satu asistennya mencoba menjelaskan, "Pak, tampaknya itu adalah kombinasi dari bakteri dan teknologi kristal. Energi mereka tidak biasa."

Hermawan menggeram marah. "Hancurkan mereka sekarang juga!"

Robot-robot milik Hermawan segera maju, menembakkan laser ke arah robot kristal bakteri. Tapi seperti yang telah direncanakan, tubuh robot besar itu yang basah mampu menyerap dan menahan sebagian besar energi laser tersebut.

Robot kristal bakteri segera membalas serangan dengan menembakkan air bertekanan tinggi. Air itu meluncur dengan kekuatan dahsyat, menembus pelindung laser pada tubuh robot-robot Hermawan. Dalam hitungan detik, satu per satu robot lawan hancur berkeping-keping.

Rama, yang berdiri di depan robot besar itu, mengarahkan strateginya dengan hati-hati. "Fokuskan serangan ke robot-robot besar! Jangan biarkan mereka mendekati tempat Siska!"

Robot besar itu mengangguk, lalu mengubah arah tembakannya. Sementara itu, Rama bergerak cepat menuju tempat Siska ditahan.

Hermawan, yang menyadari niat Rama, segera memerintahkan anak buahnya untuk memperkuat penjagaan di sekitar Siska dan keluarganya. Tetapi Rama sudah mempersiapkan segalanya. Dengan bantuan bakteri di udara, ia menciptakan lapisan pelindung untuk melindungi dirinya dari serangan musuh.

Setelah melewati beberapa penjaga, Rama akhirnya sampai di ruangan tempat Siska berada. Melihat Rama, Siska langsung menangis lega. "Rama! Aku tahu kau akan datang!"

Rama tersenyum lemah. "Maaf membuatmu menunggu, Siska. Sekarang ayo kita keluar dari sini."

Namun, sebelum mereka sempat melarikan diri, Hermawan muncul dengan membawa senjata besar di tangannya. "Kau pikir akan semudah itu, Rama? Aku tidak akan membiarkanmu pergi!"

Hermawan menembakkan senjatanya, menciptakan ledakan besar yang membuat Rama terpental. Siska berteriak ketakutan, tetapi Rama segera bangkit meski tubuhnya mulai melemah lagi.

Dari kejauhan, robot kristal bakteri yang sedang bertarung melawan robot-robot Hermawan berbalik dan melihat situasi Rama. Mereka segera berlari menuju lokasi Rama, membawa harapan baru di tengah kegelapan situasi.

"Kalian tidak akan pernah menang, Hermawan!" seru Rama dengan sisa kekuatannya.

Rama terbaring lemah di tanah.

Nafasnya tersengal, tubuhnya penuh luka, dan kekuatannya hampir habis.

Sementara itu, Hermawan mendekatinya perlahan, dengan senyuman kemenangan yang mengerikan. "Kau sudah selesai, Rama," ucapnya sambil mengangkat kakinya, yang bersiap untuk menendang Rama.

Di tengah situasi yang genting, Siska, yang berhasil melepaskan diri dari ikatan, berlari ke arah Rama. Ia memungut tongkat besi yang tergeletak di dekatnya dan tanpa ragu memukul Hermawan tepat di punggungnya.

"Berhenti menyakitinya!" Teriak Siska dengan penuh keberanian.

Hermawan terhuyung ke depan, wajahnya meringis kesakitan.

Namun, amarahnya segera membuncah. Ia berbalik dan menampar Siska dengan keras hingga tubuhnya terjatuh ke tanah, "Berani sekali kau melawannku!" Bentaknya.

Rama yang menyaksikan itu merasa dadanya sesak. Tubuhnya yang melemah bergetar karena amarah, tetapi ia tidak mampu untuk bangkit lagi.

Saat Hermawan hendak menendang Rama lagi, terdengar suara gemuruh di belakangnya.

Suara itu terdengar semakin dekat, di sertai dengan getaran di tanah. Hermawan pun berhenti, tubuhnya menegang. Perlahan ia menoleh ke belakang, dan apa yang ia lihat membuatnya terkejut hingga wajahnya pusat pasi.

Disana sudah berdiri robot kristal raksasa setinggi 100 meter, tubuhnya masih berkilauan karena basah. Mata robot itu memancarkan sinar yang tajam, dan tubuhnya yang masif tampak mengintimidasi.

Robot besar itu menundukkan kepalanya sedikit kebawah, menatap Hermawan dengan tajam. "Beraninya kau menyentuh kekasih tuanku," ucapnya dengan suara yang berat dan bergema, seolah menggetarkan seluruh ruangan.

Hermawan yang menggigil ketakutan, langkahnya mundur perlahan. "Tunggu.. kita bisa bicarakan dengan baik-baik," katanya dengan suara gemetar.

Robot besar itu tidak peduli dengan permohonan Hermawan. Dengan satu gerakan cepat, ia menjulurkan tangannya dan mencengkeram tubuh Hermawan.

Lalu, dengan santai, robot itu mengangkat Hermawan tinggi-tinggi.

Hingga pria itu tergantung sepeti semut yang kecil.

"Sekarang kau harus memilih," kata robot itu dengan nada mengancam. "Kau mau jadi Daging cincang, Sate tusuk, atau Bakso?"

Hermawan yang tergantung di udara tampak bingung dan ketakutan. "A..apa maksud kalian?" Tanyanya dengan suara bergetar.

Robot itu melanjutkan dengan suara penuh wibawa dan mengintimidasi. Saat di Kalimantan, Cindy menyuguhi kami makanan-makanan itu. Kami sangat menyukainya. Jadi sekarang, kau akan kami jadikan salah satu makanan tersebut, pilihlah!"

Hermawan mulai menangis dan memohon ampun. "T..tolong jangan! A..aku tidak mau dijadikan makanan, Aku berjanji tidak akan melakukannya lagi, Aku menyerah!"

Namun, Tampaknya robot itu tidak puas hanya dengan kata-kata, kemudian ia mengambil 2 mobil yang terparkir di dekatnya dengan tangan satunya lagi, lalu mulai melempar-lempar Hermawan dan mobil-mobil itu layaknya bola, seperti atraksi jugling yang terlihat menakutkan.

Hermawan menjerit ketakutan. "Hentikan! Kumohon! Aku menyerah!

Aku bersedia untuk masuk penjara lagi!

Aku akan menghentikan semua bisnis kotorku! Tolong hentikan ini!

Robot itu berhenti sejenak, lalu menatap Rama yang masih terbaring lemah di tanah. "Tuanku, apakah dia pantas diberi kesempatan?" Tanya robot itu sambil menggantung Hermawan seperti semut yang kecil.

Rama yang mulai sadar sepenuhnya melihat seperti itu dengan ekspresi yang sangat lelah. Ia mengangguk perlahan.

"Jika dia benar-benar menyesal, lepaskan saja, dan biarkan hukum yang mengurusnya setelah ini."

Kemudian, robot besar itu menurunkan Hermawan ke tanah dengan kasar, membuat pria itu terduduk lemas.

Hermawan tidak berani bergerak sedikitpun, karena trauma, kini tubuhnya tidak berhenti bergetar ketakutan.

Siska yang bangkit segera berlari menghampiri Dr. Rama, untuk membantu tubuhnya yang masih lemah untuk duduk. "Rama, kau tidak apa-apa?" Tanyanya khawatir.

Rama tersenyum kecil meskipun wajahnya penuh luka. " Aku baik-baik saja, asalkan kau juga selamat,"

Hermawan yang masih duduk di tanah, mematung melihat keatas, tatapan matanya kini mulai kosong, seperti orang trauma berat dan tubuhnya tidak berhenti bergetar layaknya orang yang sangat kedinginan.

Setelah melihat Hermawan dan memastikannya untuk tidak berbuat hal buruk lagi, Rama, Siska sekeluarga, dan robot besar kristal bakteri itu memutuskan untuk segera pergi, robot besar itu kembali berpose dengan 2 jari yaitu telunjuk dan tengahnya, menciptakan momen konyol di tengah ketegangan yang barusan terjadi.

"Kami keren kan, Tuan?" Tanyanya lagi.

Rama hanya bisa tertawa kecil sambil menggelengkan kepala. "Kalian memang tidak pernah berubah."

Siska juga tersenyum, meskipun masih sedikit trauma dengan apa yang barusan terjadi. "Terima kasih, sudah menyelamatkan kami semua," katanya kepada robot besar itu.

Tapi robot kristal raksasa tersebut malah jadi seperti anak kecil yang malu-malu,

"Baik tuan putri, Kami hanya menjalankan tugas kami untuk melindungi kalian," Jawabnya.

Dan semua yang ada disana pun tertawa melihat tingkah laku sang robot besar itu.

Kemudian Yoga dan Yogi adik siska, matanya berbinar-binar melihat robot besar dan pasukan Dr. Rama yang lain di sekitarnya, "Mama..papa.. kami mau naik itu!" Tunjuk mereka ke salah satu robot besar.

Setelah semua selesai, Hermawan pun dibawa ke pihak berwajib, masih dengan tatapan kosong, kini mulutnya mulai berbicara ngelantur tiada berhenti.

Organisasi gelap yang ia bangun semua selama ini sudah disita dan disegel oleh kepolisian, dan masyarakat sekitar pun mulai merasakan dampak positifnya.

Sementara itu Rama dan Siska memutuskan untuk pergi ke Kalimantan bersama sekeluarga, kloningan ninja dan robot kristal bakteri raksasa Rama, ikut mengikuti mereka dari belakang dengan penuh semangat, yang membawa cerita baru tentang kemenangan mereka, kepada orang-orang yang ada di desa nantinya.