Malam di Jakarta semakin mencekam.
Langit gelap diterangi oleh kilatan laser dari robot-robot raksasa yang terus bergerak menghancurkan sisa-sisa kota.
Rama berdiri di atas gedung yang hampir runtuh, menatap robot-robot itu yang kini memiliki lapisan bola laser sebagai pelindung tubuh mereka. "Mereka tahu aku akan menyerang titik vital mereka," gumamnya, sambil menggenggam tombak kristalnya dengan erat.
Bola laser pelindung itu membuat serangan Rama yang sebelumnya menjadi tidak berguna. Tidak ada celah, dan tidak ada titik lemah yang bisa ia manfaatkan. "Mereka kuat, ini sangat buruk," pikirnya.
Rama memanggil semua kloningan ninja kristal bakterinya. Dan Merekapun berkumpul disekelilingnya, menatapnya dengan tatapan penuh keyakinan.
Namun, kali ini, Rama merasa harus membuat keputusan berat.
"Dengar," kata Rama dengan tegas.
"Aku ingin kalian semua kembali ke Kalimantan. Lindungi keluargaku dan juga warga desa apapun yang terjadi,
Kali ini aku memiliki firasat yang buruk. Jika sesuatu terjadi padaku, setidaknya kalian ada di sana untuk menjaga mereka."
Kloningan-kloningannya terkejut dan enggan meninggalkan Rama. Salah satu dari mereka berbicara, " Kami tidak bisa meninggalkanmu sendirian. Tugas kami adalah melindungimu."
Namun, Rama menggeleng. "Ini perintah. Jangan khawatirkan aku. Aku memiliki kekuatan alam di tempat ini. Aku akan memanfaatkan bakteri yang ada disekitar sini untuk melawan mereka. Pergilah sekarang."
Setelah beberapa saat, kloningan-kloningannya akhirnya patuh.
Mereka membentuk formasi, kemudian terbang ke arah kalimantan untuk melindungi desa dan keluarga Rama disana. Rama menatap kepergian mereka dengan perasaan campur aduk.
"Maafkan aku, tapi aku harus melawan mereka tanpa harus mengorbankan kalian"
Rama mulai mengumpulkan kekuatannya. Ia memanfaatkan bakteri-bakteri yang ada di udara dan tanah di sekitarnya untuk membentuk pasukan kloningan ninja kristal yang baru dan senjata baru.
Sebuah tombak kristal yang lebih besar dan kuat dari sebelumnya terbentuk di tangannya dan juga di tangan kloningannya. Ia juga memberi perintah untuk menciptakan perisai energi yang melapisi tubuhnya dan pasukan kloningan ninja kristalnya, mencoba meniru bola laser pelindung robot-robot itu.
"Kita hanya punya satu peluang, jika kita gagal, maka semuanya akan berakhir."
Rama melompat dari gedung bersama dengan pasukannya, langsung menuju ke arah robot-robot itu.
Pertarungan merekapun berlangsung sengit, Rama dan pasukannya berusaha menembus pelindung laser robot-robot tersebut, Robot-robot itu merespon dengan menembakkan laser-laser besar ke arahnya dan pasukan kloningan ninja kristalnya, seketika Rama terkejut dan mencoba menghindar, akan tetapi perlahan pasukannya terkena dan hilang satu-persatu, melihat itu Rama pun bergerak cepat untuk menghindari serangan-serangan laser itu.
"Sial, ini benar-benar sulit!" Pikir Rama, yang mulai merasa kelelahan.
Di tengah pertarungan, Rama mendengar suara tawa yang familiar. Ia berbalik, dan disana, di atas sebuah robot besar, berdiri Hermawan yang terlihat sedang menyandera Siska dan keluarganya dengan tubuh terikat sehingga membuat mereka tak berdaya.
"Hermawan!" Teriak Rama dengan nada marah dan cemas.
Hermawan tersenyum sini, "lama tidak bertemu, Rama. Aku tahu kau akan datang kesini. Jadi, aku mempersiapkan sesuatu untukmu."
Rama mencoba mendekati mereka, tapi Hermawan mengangkat tangannya, dan memberikan perintah pada robot-robotnya. "Serang dia!"
Robot-robot itu langsung menyerang Rama dengan serangan gabungan. Laser-laser besar pun di tembakkan secara bersamaan, hingga menciptakan sebuah ledakan dahsyat yang mengguncang seluruh area. Rama berusaha menghindar, tetapi jumlah mereka terlalu banyak. Perisai energi yang sudah di pertebal berlapis-lapis pun mulai retak dan akhirnya hancur.
Siska berteriak dari kejauhan. "Rama! Hati-hati!" Tetapi tubuhnya terikat tidak bisa bergerak untuk membantu.
Rama mencoba melawan, tetapi serangan laser yang terus-menerus membuatnya kehabisan energi. Tubuhnya terluka parah, darah mengalir dari sudut bibirnya, dengan sisa kekuatannya, ia mencoba meraih Siska dari kejauhan. "Siska..." Panggilnya lemah, tapi ia terlalu jauh.
Hermawan tertawa puas melihat Rama yang tak berdaya. "Lihatlah dirimu sekarang. Pahlawan besar, jatuh di kakiku, ini adalah akhir bagimu, Rama."
Rama akhirnya jatuh ke tanah, tubuhnya lemah dan tak bisa bergerak.
Pandangannya mulai kabur, tetapi ia masih bisa melihat Hermawan membawa Siska dan keluarganya pergi,
Air mata mengalir dari sudut matanya.
"Aku... Gagal..." Gumamnya sebelum akhirnya pingsan.
Hermawan meninggalkan tempat itu dengan tawa kemenangan. Robot-robotnya mengikuti dari belakang, meninggalkan kehancuran dimana-mana. Rama tergeletak di tengah reruntuhan, tubuhnya di kelilingi oleh bakteri yang perlahan memcoba menyembuhkannya.
Di tempat lain, kloningan-kloningan Rama yang berada di Kalimantan merasakan sesuatu yang aneh. Mereka merasakan koneksi mereka dengan Rama semakin melemah. Salah satu dari mereka berkata, Tuan dalam bahaya. Kita harus kembali."
Namun pemimpin kloningan itu menghentikan mereka, " Tidak. Kita harus menjalankan perintahnya untuk melindungi keluarganya dan desa ini.
Kita percaya bahwa dia akan bangkit kembali."
Meski jauh di lubuk hati mereka merasakan khawatir, mereka harus tetap mematuhi perintah Rama.
Di jakarta, Rama yang sekarat perlahan mulai sadar. Dengan suara lemah, ia berbisik, "Aku tidak akan menyerah... Siska, Aku akan menyelamatkan mu apapun yang terjadi..."
Rama membuka matanya perlahan. Tubuhnya terasa berat, napasnya masih tersengal-sengal, tetapi pikirannya hanya tertuju pada satu hal: menyelamatkan Siska dan keluarganya. Dia berjuang untuk bangkit, meski luka-luka di tubuhnya semakin menyiksa.
Sambil menggenggam sisa tombak kristal yang patah, Rama memusatkan pikirannya pada bakteri yang selama ini setia menemaninya. "Apakah ada dari kalian yang mengikuti Hermawan?" bisiknya lirih.
Salah satu bakteri di udara segera merespons, memperlihatkan pemandangan dari kejauhan. Ternyata, beberapa bakteri telah mengikuti Hermawan tanpa disadari, mencatat jejak langkah mereka. Rama tersenyum lemah. "Bagus. Ayo kita pergi."
Dengan kekuatan yang tersisa, Rama memanggil bakteri-bakteri di sekitarnya untuk membantunya berdiri dan memperbaiki sebagian tubuhnya yang terluka. Sekalipun energinya belum sepenuhnya pulih, ia bertekad untuk menghadapi Hermawan sekali lagi.
Menyusuri puing-puing kota yang hancur, Rama bergerak menuju tempat persembunyian Hermawan. Setiap langkah terasa berat, tetapi di dalam hatinya ada dorongan kuat untuk terus maju. Pikiran tentang Siska dan keluarganya terus menghantui. "Aku tidak akan membiarkan mereka menderita. Tidak kali ini," tekadnya.
Saat akhirnya tiba di lokasi Hermawan, ia mendapati sebuah fasilitas bawah tanah yang penuh dengan robot-robot raksasa yang sedang diisi ulang energinya. Di tengah fasilitas itu, Hermawan berdiri dengan Siska dan keluarganya yang masih terikat.
Hermawan menatap Rama dari kejauhan, lalu tersenyum sinis. "Kau masih hidup,? Kau benar-benar keras kepala, Rama. Bahkan setelah kekalahanmu, kau masih berani datang ke sini."
Rama tidak membalas. Matanya hanya tertuju pada Siska. Ia ingin memastikan bahwa perempuan yang ia cintai itu baik-baik saja.
Tanpa peringatan, Hermawan memerintahkan robot-robotnya untuk menyerang. Rama berusaha menghindar, tetapi gerakannya terbatas karena harus memastikan Siska dan keluarganya tidak terkena dampak serangan. Setiap langkah yang ia ambil terasa semakin berat, dan luka-luka di tubuhnya kembali terbuka.
Di tengah kekacauan, Hermawan tertawa puas. "Apa yang kau tunggu, Rama? Kau tidak bisa menyerangku tanpa membahayakan mereka. Akui saja kekalahanmu!"
Namun, Rama tidak menyerah. Dengan sisa-sisa tenaganya, ia mengumpulkan bakteri-bakteri di sekitarnya untuk melancarkan serangan kecil, berharap dapat membuka celah untuk menyelamatkan Siska. Sayangnya, serangan itu tidak cukup kuat.
Siska, yang melihat Rama semakin lemah, berteriak sambil menangis. "Rama, hentikan! Jangan paksa dirimu!"
Mendengar itu, Rama memandang Siska dengan penuh emosi. Dalam momen itu, ia tidak bisa lagi menahan perasaannya. Dengan suara yang bergetar, ia berteriak, "Siska! Aku mencintaimu! Selama ini aku menahan perasaan ini, tapi sekarang aku ingin kau tahu!"
Siska terdiam sesaat, lalu menangis lebih keras. "Rama! Aku sudah tahu! Dan aku juga mencintaimu! Selalu!"
Hermawan dengan angkuhnya berkata, "Kekuatan cinta kalian, tidak akan membawa perubahan disini, sungguh memalukan," Ucapnya.
Mendengar balasan itu, hati Rama seolah mendapatkan kekuatan baru. Namun, di tengah momen emosional itu, bakteri-bakteri yang selalu usil justru menciptakan visualisasi berbentuk hati di udara. Rama, meski dalam keadaan kritis, hanya bisa menatap dengan ekspresi bingung.
"Seriuslah sedikit, kalian!" bentaknya.
Bakteri-bakteri itu segera mengubah visualisasi menjadi barisan tentara yang memberi hormat, seolah berjanji untuk mendukung Rama sepenuhnya. Rama tersenyum kecil. "Baiklah, ayo kita lanjutkan."
Pertarungan semakin sengit. Rama terus mencoba menyerang Hermawan, tetapi tubuhnya mulai melemah. Saat ia hampir kehabisan tenaga, tiba-tiba udara di sekitarnya menjadi dingin. Angin kencang berhembus, membawa kabut air tipis yang perlahan mengisi ruangan.
Rama yang bingung mencoba mencari sumber perubahan itu. Dari kejauhan, sebuah siluet besar mulai terlihat. Mata Rama membelalak saat menyadari apa yang muncul di hadapannya. Sebuah robot besar dengan tubuh yang sepenuhnya terbuat dari kristal bakteri berdiri kokoh, memancarkan cahaya biru kehijauan yang mengintimidasi.
"Apa... ini?" tanya Rama dengan nada lemah.
Dari belakang robot besar itu, muncul beberapa kloningan ninja kristal Rama yang basah kuyup, seolah baru saja melewati perjalanan berat. Salah satu dari mereka berbicara, "Kami mendengar panggilanmu, Tuan. Kami datang untuk membantumu."
Rama terkejut. "Kalian... seharusnya ada di Kalimantan! Bagaimana kalian bisa ada di sini? Dan ini... robot kristal bakteri ini?"
Salah satu kloningan tersenyum. "Kami bergabung menjadi satu, menggunakan kekuatan alam yang ada di Kalimantan. Ini adalah bentuk terakhir kami, untuk melindungi Tuan dan menyelesaikan misi ini."
Rama merasa air mata mengalir di wajahnya. "Kalian..."
Hermawan, yang awalnya merasa di atas angin, kini mulai terlihat khawatir. "Apa-apaan ini? Bagaimana mungkin mereka bisa menciptakan sesuatu sebesar itu?"
Robot kristal bakteri itu mulai bergerak, mengeluarkan suara mekanis yang menggema di seluruh ruangan. Dengan satu pukulan, robot itu menghancurkan salah satu robot besar milik Hermawan, membuat seluruh fasilitas bergetar.
Rama, yang kini mendapatkan kembali harapannya, berdiri dengan sisa kekuatannya. "Hermawan! Ini belum berakhir. Aku akan menghentikanmu, apa pun yang terjadi."
Hermawan hanya bisa menggeram marah. "Kita lihat saja, Rama. Ini belum selesai!"