Dr. Rama merangkak masuk ke sebuah bangunan kosong yang telah lama ditinggalkan, dengan napas yang masih berat akibat gas beracun yang ia hindari. Bakterinya dengan setia membentuk lapisan perlindungan di sekitarnya, memastikan tidak ada racun yang masuk lebih jauh ke tubuhnya.
Di dalam bangunan itu, debu tebal menyelimuti setiap sudut. Dinding-dindingnya dipenuhi coretan graffiti yang sebagian besar sudah pudar. Namun, tempat itu cukup tersembunyi untuk menjadi lokasi sementara baginya memulihkan kekuatan dan menyusun strategi.
Rama duduk bersila di lantai yang dingin, mengamati bakteri thermobactera yang berkumpul di sekelilingnya. Dalam pikirannya, ia hanya punya satu tujuan: mengalahkan Hermawan dan antek-anteknya. Tapi ia tahu, untuk mencapai itu, ia perlu lebih dari sekadar amarah.
"Kita harus menjadi lebih kuat. Racun yang digunakan Hermawan terlalu mematikan. Kita butuh solusi," gumamnya.
Bakteri thermobactera mulai bergerak, berputar-putar di sekelilingnya seolah memahami maksud tuannya. Mereka memvisualisasikan lapisan pelindung yang lebih tebal dan kuat, menutup tubuh Rama sepenuhnya.
Rama memiringkan kepalanya, mencoba mencerna ide itu. "Kalian ingin aku menciptakan sesuatu seperti kostum pelindung? Itu ide yang bagus."
Di tengah percakapan ini, salah satu bakteri mendekat ke tumpukan barang usang di pojok ruangan. Dengan gesit, ia menunjuk ke sebuah buku komik tua yang tertutupi debu. Rama mengerutkan kening dan berjalan menghampiri benda itu.
Ia memungut buku tersebut, membersihkan debunya, dan mulai membukanya. Halaman demi halaman memperlihatkan gambar seorang pahlawan berbaju seperti ninja futuristik, lengkap dengan lapisan pelindung yang tampak seperti kristal.
"Ini... ide yang menarik," kata Rama sambil tersenyum kecil. Ia memandang bakterinya, yang tampak antusias. Beberapa dari mereka bahkan memvisualisasikan tangan kecil yang saling bertepuk, memberi semangat kepada Rama.
"Baiklah. Kita buat kostum ini. Tapi kita harus menambahkan sesuatu yang lebih dari sekadar gaya."
Rama segera memulai pekerjaannya, menggunakan bakteri thermobactera sebagai bahan utama. Ia menginstruksikan mereka untuk menyerap dan memodifikasi elemen-elemen di sekitarnya. Debu, partikel logam, bahkan sisa-sisa racun yang ada di udara diintegrasikan ke dalam struktur kristal bakteri.
Butuh waktu beberapa jam, tetapi akhirnya kostum itu terbentuk. Lapisan kristal transparan membungkus tubuh Rama, membentuk armor yang ringan tetapi sangat kuat. Wajahnya tertutup topeng dengan desain yang menyerupai ninja, sementara kristal-kristal kecil di bagian lengan dan kaki memberikan fleksibilitas dalam gerakan.
Rama berdiri, melihat bayangannya yang terpantul di kaca jendela yang pecah. Ia mengangkat tangannya, mengagumi bagaimana kostum itu tampak seperti bagian dari dirinya sendiri.
"Kalian hebat," ucapnya pada bakterinya, yang kembali memvisualisasikan tos-tos kecil di udara.
"Ini adalah awal yang baru. Dengan kostum ini, aku tidak akan lagi terjebak dalam permainan Hermawan. Dan aku akan mengakhiri semuanya."
Sementara itu, di markas Hermawan, persiapan sedang berjalan dengan cepat. Ia duduk di depan layar besar yang menampilkan data tentang Rama. Tiga sosok berdiri di depannya, masing-masing memiliki keunikan yang mencolok.
Yang pertama adalah Manusia Racun, superhero palsu yang sebelumnya bertarung dengan Rama. Tubuhnya berlapis cairan beracun yang terus mengalir, memberikan efek mematikan bagi siapa pun yang mendekat.
Yang kedua adalah Manusia Robot Mikroskopik, seorang pria yang telah diubah menjadi cyborg dengan kemampuan luar biasa. Dengan kecepatan dan presisi yang tak terhitung, ia dikenal sebagai "Si Sejuta Tebasan." Tubuhnya dipenuhi senjata tajam yang bisa bergerak dalam skala mikroskopik.
Dan yang terakhir adalah Manusia Hampa, seorang pria dengan kemampuan mengendalikan oksigen. Dengan satu gerakan tangan, ia dapat menciptakan area hampa udara, membuat lawannya tidak bisa bernapas.
Hermawan berdiri, menyeringai puas saat melihat ketiga anak buahnya. "Dr. Rama tidak akan bisa melawan kalian bertiga. Pastikan dia tidak keluar hidup-hidup dari pertempuran ini."
Manusia Racun menyeringai, cairan hijau beracun menetes dari tangannya. "Tugas ini akan menyenangkan. Aku akan memastikan dia menderita sebelum mati."
Manusia Robot Mikroskopik tidak berkata apa-apa, tetapi pisau-pisau kecil yang keluar dari lengannya cukup menggambarkan kesiapannya.
Sementara itu, Manusia Hampa hanya menyeringai dingin, matanya memancarkan aura mematikan. "Biarkan aku menghabiskan udara terakhirnya."
Hermawan tertawa puas. "Bagus. Pergi dan pastikan kemenangan ada di tangan kita."
Menuju Pertempuran
Dr. Rama yang kini mengenakan kostum kristalnya melangkah keluar dari bangunan tua itu. Ia sudah tahu ke mana harus pergi. Berkat bakteri-bakterinya yang menyebar sebagai mata-mata, ia telah menemukan lokasi Hermawan dan anak buahnya.
Di sepanjang perjalanan, Rama merasakan adrenalin membanjiri tubuhnya. Ia tahu bahwa pertempuran ini akan menjadi salah satu yang paling sulit dalam hidupnya. Tapi dengan kostum baru dan tekad yang membara, ia merasa lebih siap dari sebelumnya.
Sambil melaju di udara, ia teringat wajah Siska dan keluarganya. "Aku harus menyelesaikan ini. Untuk mereka... dan untuk semua orang yang telah menderita karena Hermawan," gumamnya.
Bakterinya berputar di sekelilingnya, seolah memberi dukungan moral. Rama tersenyum kecil. "Terima kasih. Kita akan menang bersama."
Di atas langit Jakarta yang gelap, Dr. Rama terbang dengan kecepatan tinggi. Dalam perjalanan, ia terus memanfaatkan bakteri thermobactera yang kini menjadi aset utamanya. Dengan komunikasi yang intens, ia memberikan perintah kepada bakteri-bakterinya untuk menyebar ke seluruh penjuru kota.
"Kumpulkan semua bakteri di Jakarta. Kita butuh pasukan. Jangan tinggalkan satu pun sudut. Gunakan setiap elemen yang kalian temukan untuk memperkuat diri kalian," perintah Rama dengan nada tegas namun penuh keyakinan.
Bakteri-bakteri thermobactera dengan cepat menyebar. Mereka bergerak melalui udara, tanah, dan air, menghimpun sebanyak mungkin bakteri lain untuk bergabung. Tidak hanya itu, mereka juga menyerap partikel logam kecil, debu, dan bahan-bahan organik lain untuk meningkatkan kemampuan adaptasi dan kekuatannya.
Tak lama kemudian, hasilnya mulai terlihat. Bakteri-bakteri itu membentuk ratusan—lalu ribuan—kloningan Dr. Rama, semuanya mengenakan kostum ninja kristal yang identik. Setiap kloningan tampak bergerak seperti bayangan, mengikuti pola gerakan yang telah diprogram oleh Rama.
"Luar biasa," gumam Rama sambil mengamati pasukan barunya yang tersebar di atap-atap gedung, di jalan-jalan, dan bahkan di bawah tanah.
"Kalian sudah belajar bagaimana aku bertarung, bukan?" tanyanya kepada bakteri-bakterinya.
Sebagai jawaban, setiap kloningan melakukan gerakan akrobatik cepat seperti ninja—melompat, berputar, dan menyerang dengan kecepatan yang luar biasa. Rama tersenyum puas. Pasukan ini adalah manifestasi dari kecerdasannya dan kemampuan bakterinya untuk beradaptasi.
Dr. Rama melayang di udara, memikirkan strategi. Ia tahu bahwa melawan tiga musuh Hermawan sekaligus bukanlah tugas yang mudah. Manusia Racun, Manusia Robot Mikroskopik, dan Manusia Hampa memiliki kemampuan yang sangat berbahaya.
"Kita tidak bisa menyerang mereka secara langsung. Harus ada distraksi, jebakan, dan tekanan dari segala arah," pikirnya.
Ia kemudian membagi pasukannya menjadi beberapa kelompok.
Kelompok pertama akan bertugas menyerang langsung dan menguji kemampuan musuh.
Kelompok kedua akan menjadi pengalih perhatian, membuat kekacauan di sekitar markas Hermawan.
Kelompok ketiga adalah tim pengintai, yang bertugas mencari celah dan kelemahan musuh.
Setelah memastikan semuanya berjalan sesuai rencana, Rama mengirimkan pesan mental kepada seluruh pasukannya.
"Saatnya bergerak. Tidak ada yang mundur. Kita akan selesaikan ini untuk kebaikan semua orang."
Pasukannya bergerak dalam kesunyian, menyebar ke seluruh kota.
Sementara itu, di markas besar Hermawan, suasana menjadi semakin tegang. Hermawan duduk di ruang kontrol, memantau situasi melalui puluhan layar yang menampilkan berbagai sudut kota. Tiga musuh andalannya, Manusia Racun, Manusia Robot Mikroskopik, dan Manusia Hampa, berdiri di sampingnya, bersiap untuk pertempuran.
"Rama pasti akan datang. Dia tidak punya pilihan lain," kata Hermawan sambil menyeringai.
Manusia Racun mengangguk, sambil memutar-mutar cairan beracun di tangannya. "Biarkan dia datang. Aku akan memastikan dia tidak keluar hidup-hidup."
Manusia Robot Mikroskopik memeriksa senjatanya yang berbentuk pisau-pisau kecil, sementara Manusia Hampa duduk diam, memejamkan mata, seolah-olah sedang menghemat energinya untuk pertempuran nanti.
Namun, tiba-tiba alarm berbunyi. Salah satu layar di ruang kontrol menampilkan pasukan kloningan Dr. Rama yang mulai mendekati markas.
"Apa ini?" teriak Hermawan, matanya melebar kaget. "Kenapa ada begitu banyak Rama?"
Manusia Racun melangkah maju, memandangi layar itu dengan ekspresi bingung. "Ini pasti trik dia. Tidak mungkin ada sebanyak ini."
Hermawan mengetukkan jarinya ke meja, berusaha tetap tenang. "Tidak peduli berapa banyak dia membawa pasukan, kalian bertiga cukup kuat untuk mengalahkan mereka. Pergi sekarang dan habisi mereka!"
Ketiga musuh itu segera bergerak menuju medan pertempuran, sementara Hermawan tetap di ruang kontrol, mengawasi dengan penuh kecemasan.
Pertempuran Dimulai
Di luar markas Hermawan, pasukan kloningan Dr. Rama telah mengepung area tersebut. Mereka bergerak dengan kecepatan luar biasa, melompat dari satu gedung ke gedung lain, menciptakan kebingungan di antara pasukan keamanan Hermawan.
Manusia Racun menjadi yang pertama menyerang. Ia meluncurkan gelombang cairan beracun ke arah kloningan Rama, menghancurkan beberapa dari mereka dalam sekejap. Tapi untuk setiap kloningan yang hancur, dua lagi muncul menggantikan mereka.
"Mereka hanya kloningan lemah!" teriak Manusia Racun sambil terus menyerang.
Di sisi lain, Manusia Robot Mikroskopik menggunakan kecepatannya untuk menebas kloningan-kloningan itu menjadi serpihan. Namun, ia segera menyadari bahwa kloningan tersebut hanya bagian dari pengalih perhatian.
"Di mana Rama yang asli?" gumamnya sambil mengamati sekeliling dengan waspada.
Manusia Hampa, yang tetap tenang sepanjang waktu, mengangkat tangannya dan menciptakan area hampa udara di sekitar dirinya. Kloningan-kloningan yang masuk ke area tersebut langsung hancur, tidak mampu bertahan tanpa oksigen.
Namun, saat ketiga musuh itu sibuk menghadapi pasukan kloningan, Dr. Rama yang asli mengintai dari atas gedung, mengamati setiap gerakan mereka. Ia mempelajari pola serangan mereka, mencari kelemahan yang bisa dimanfaatkan.
"Sudah waktunya," gumam Rama. Ia memberi perintah kepada kelompok kloningan untuk melancarkan serangan besar-besaran, menciptakan kekacauan yang lebih besar lagi.
Sementara musuh-musuhnya sibuk, Rama meluncur turun dengan kecepatan tinggi, mengincar langsung markas Hermawan.