Hutan tempat para goblin dilaporkan mengganggu desa terdekat tampak tenang di permukaan. Cahaya matahari yang menembus celah-celah dedaunan menciptakan bayangan bergerak di tanah, seolah-olah hutan itu hidup dan mengawasi setiap langkah Renn.
Dengan Ember di pundaknya dan Astra terus memberikan informasi di kepalanya, Renn merasa waspada.
"Ada sekitar enam goblin di area ini," kata Astra tiba-tiba. "Tiga di antaranya membawa senjata sederhana seperti tongkat atau pisau karatan. Sisanya tampaknya hanya menggunakan tangan kosong, tapi tetap berhati-hati. Goblin sering menyerang dalam kelompok."
"Enam goblin?" gumam Renn sambil mencengkeram pisaunya lebih erat. "Bisa saja mereka lebih banyak. Goblin suka bersembunyi."
"Benar. Jika mereka mulai menyerang, jangan biarkan dirimu terkepung."
Renn berhenti sejenak, menajamkan pendengarannya. Dia mendengar suara gemerisik dedaunan dan tawa kecil yang mengganggu di kejauhan. Itu pasti mereka.
Dia bergerak perlahan, memastikan setiap langkahnya tidak menimbulkan suara. Ember di bahunya tampak waspada, telinganya bergerak-gerak mendeteksi arah suara.
---
Saat Renn mencapai area terbuka di tengah hutan, dia melihat mereka. Enam goblin itu sedang mengelilingi sesuatu—sebuah karung besar yang tampaknya berisi hasil jarahan mereka. Mereka tertawa dan berbicara dalam bahasa yang tidak dimengerti Renn, tetapi gerak-gerik mereka jelas menunjukkan bahwa mereka sedang lengah.
"Ini kesempatan bagus," gumam Renn.
"Serang dari jarak jauh dulu," saran Astra. "Manfaatkan elemen kejutan untuk mengurangi jumlah mereka."
Renn mengambil batu dari tanah dan melemparkannya ke arah salah satu goblin yang sedang membelakangi. Batu itu menghantam kepala goblin dengan keras, membuatnya jatuh dengan suara gedebuk.
Lima goblin lainnya langsung menoleh, terkejut dan bingung.
Renn tidak memberi mereka waktu untuk bereaksi. Dia melompat keluar dari persembunyiannya, berlari ke arah dua goblin terdekat. Dengan pisaunya, dia menyerang leher goblin pertama, membuatnya roboh seketika. Goblin kedua mencoba melawan dengan tongkat kayunya, tetapi Renn dengan cepat memanggil Bayangan Perisai untuk menahan serangan itu sebelum menusuk perutnya.
"Dua selesai," gumam Renn sambil mundur untuk mengambil jarak.
Namun, tiga goblin yang tersisa tampaknya mulai menyadari ancaman Renn. Mereka mengeluarkan pekikan keras, memanggil sesuatu dari dalam hutan.
"Renn, hati-hati! Mereka memanggil bala bantuan!" teriak Astra di kepalanya.
Benar saja, dari semak-semak muncul empat goblin tambahan, membuat jumlah mereka sekarang menjadi tujuh. Salah satunya tampak lebih besar dan membawa kapak karatan yang lebih berbahaya dibandingkan senjata lainnya.
"Pemimpin mereka?" gumam Renn.
"Kemungkinan besar. Dia yang paling berbahaya. Fokus pada dia, tapi jangan abaikan yang lain."
---
Renn menggertakkan giginya. Dia tahu pertarungan ini akan sulit, tetapi dia tidak punya pilihan selain melawan.
Tiga goblin kecil menyerang lebih dulu, mencoba mengepungnya dari sisi kanan dan kiri. Ember melompat dari bahunya, menembakkan bola api kecil ke arah salah satu goblin. Bola api itu mengenai tepat di dada goblin, membuatnya terlempar ke belakang dengan tubuh hangus.
"Kerja bagus, Ember!" Renn memuji sambil memutar tubuh untuk menghadapi dua goblin lainnya.
Dengan gerakan cepat, dia menangkis serangan tongkat salah satu goblin dengan pisaunya, lalu menendang goblin itu hingga jatuh ke tanah. Goblin terakhir mencoba menyerangnya dari belakang, tetapi Renn sudah siap. Dia memutar pisaunya ke belakang, menusuk tepat di perut goblin itu tanpa melihat.
---
Kini tinggal empat goblin, termasuk pemimpinnya. Goblin besar itu melangkah maju, menggeram dengan suara rendah yang mengintimidasi.
"Dia lebih kuat dari yang lain," kata Astra. "Tapi dia lambat. Gunakan kecepatanmu untuk mengalahkannya."
Renn mengangguk, mengatur napasnya. Goblin besar itu mengayunkan kapaknya dengan kekuatan luar biasa, menciptakan celah besar di tanah tempat kapak itu menghantam.
Renn melompat ke samping, menghindari serangan itu dengan mudah. Dia menyerang kaki goblin besar itu, mencoba melukai tendon di pergelangan kakinya. Namun, kulit goblin itu tampaknya lebih tebal daripada goblin biasa, dan pisaunya hanya meninggalkan goresan dangkal.
"Dia memiliki ketahanan tinggi. Cari celah di bagian leher atau kepala," saran Astra.
Sementara itu, tiga goblin kecil lainnya mencoba menyerang Renn dari belakang. Ember dengan sigap menghadapi mereka, melompat ke salah satu goblin dan menggigit lehernya. Goblin itu jatuh, berteriak kesakitan sebelum akhirnya diam.
Renn memanfaatkan momen itu untuk fokus pada goblin besar. Dia memanggil Bayangan Perisai lagi untuk menahan serangan kapaknya, lalu melompat ke atas kepala goblin itu. Dengan sekuat tenaga, dia menusukkan pisaunya ke mata kanan goblin besar itu.
Goblin itu mengeluarkan raungan mengerikan, mengayunkan kapaknya secara membabi buta. Renn melompat turun sebelum terkena serangan.
Dengan satu mata buta, goblin besar itu kehilangan keseimbangan. Renn mengambil kesempatan itu untuk menyerang lehernya. Kali ini, pisaunya menembus dalam, dan darah hijau kental mengalir deras.
Goblin besar itu akhirnya jatuh ke tanah dengan suara keras, tidak bergerak lagi.
---
Setelah memastikan semua goblin telah dikalahkan, Renn berdiri di tengah-tengah medan pertempuran, napasnya terengah-engah. Ember kembali ke pundaknya, mengeluarkan suara kecil yang menenangkan.
"Kerja bagus, Renn," kata Astra. "Kau telah menyelesaikan misi ini dengan baik."
Sebuah layar muncul di depannya.
---
Misi selesai!
Level meningkat: 6 → 7
Kemampuan baru tersedia: Ketahanan Dasar (dari Goblin Besar)
Renn membaca layar itu dengan senyum kecil di wajahnya. Dia tahu perjalanan ini masih panjang, tetapi setiap kemenangan kecil seperti ini membawanya lebih dekat ke tujuannya.
"Terima kasih, Astra. Ayo kita kembali ke guild dan laporkan misi ini."
"Setuju. Tapi hati-hati di jalan. Dunia ini tidak pernah benar-benar aman."
Dengan Ember di sisinya dan Astra di kepalanya, Renn melangkah keluar dari hutan, siap untuk tantangan berikutnya.