Renn kembali ke guild dengan langkah berat. Tubuhnya terasa lelah setelah pertarungan melawan Serigala Besi, tapi ada kepuasan terselip di balik rasa letih itu. Ember duduk di pundaknya, masih lemas namun perlahan pulih dari luka-lukanya.
Di meja resepsionis, wanita dengan rambut pirang yang sudah mengenalnya tersenyum melihat Renn datang.
"Kembali dengan selamat, ya? Bagaimana misimu?" tanyanya dengan nada ramah.
Renn tanpa banyak bicara mengeluarkan gigi besar dan kulit Serigala Besi dari tasnya, meletakkannya di meja.
Wanita itu melongo. "Kau benar-benar melakukannya? Ini luar biasa! Bahkan petualang rank D sering kesulitan melawan Serigala Besi, apalagi menangani kelompoknya!"
Beberapa petualang lain di dekat meja mulai memperhatikan, memandang Renn dengan rasa kagum—dan sedikit skeptis.
"Semuanya sudah selesai. Ini buktinya," kata Renn datar, menyerahkan gulungan misi untuk diperiksa.
Wanita itu mengangguk, lalu mencatat sesuatu di buku besar di depannya. Tak lama, dia mengeluarkan sekantong koin yang lebih besar dari sebelumnya dan menyerahkannya pada Renn.
---
Imbalan: 15 koin perak dan 5 koin emas untuk kulit dan gigi Serigala Besi.
"Dan ini," lanjut wanita itu sambil mengeluarkan lencana kecil dari laci meja. "Karena keberhasilanmu dalam menyelesaikan misi yang sulit ini, guild memutuskan untuk menaikkan peringkatmu ke Rank D. Selamat, Renn Valis!"
Beberapa petualang di sekitarnya mulai bersorak kecil, meski ada beberapa yang hanya menggelengkan kepala dengan cemburu.
"Terima kasih," kata Renn singkat, menerima lencana itu dengan tangan gemetar. Naik peringkat lebih cepat dari yang dia perkirakan.
"Langkah besar, Renn," kata Astra dalam pikirannya. "Tapi kau pantas mendapatkannya."
---
Setelah menyelesaikan urusan di guild, Renn langsung menuju pasar senjata. Dengan imbalan besar dari misinya, dia memutuskan untuk membeli pedang baru yang lebih baik. Pisau kecilnya, meskipun berguna, jelas tidak cukup untuk melawan musuh yang lebih kuat di masa depan.
Toko senjata itu dipenuhi oleh berbagai macam pedang, tombak, dan peralatan tempur lainnya. Seorang pandai besi besar dengan wajah penuh bekas luka menyambut Renn dengan suara berat.
"Apa yang kau cari, anak muda?"
"Pedang. Yang ringan tapi kuat," jawab Renn sambil melihat-lihat.
Pandai besi itu mengangguk, lalu mengeluarkan pedang pendek dengan bilah berkilau yang tampak tajam. Gagangnya sederhana tetapi nyaman digenggam.
"Ini cocok untukmu. Baja campuran, ringan, tapi cukup kuat untuk menembus kulit keras seperti Serigala Besi. Aku mendengar kau baru saja menyelesaikan misi sulit itu."
Renn menatap pedang itu, lalu mengayunkannya sekali. Rasanya seimbang di tangannya. "Berapa harganya?"
"8 koin perak. Harga teman."
Tanpa banyak bicara, Renn mengeluarkan koinnya dan membayar. Pedang itu sekarang menjadi miliknya.
---
Dengan pedang baru di pinggangnya, Renn kembali berjalan ke arah kosannya. Namun, ada satu hal yang terus mengganggu pikirannya sejak misi terakhirnya: ayahnya.
"Astra," katanya sambil berjalan di jalanan kota yang mulai sepi. "Apa kau tahu di mana aku bisa mulai mencari ayahku?"
"Informasi seperti itu tidak ada di sistemku," jawab Astra. "Namun, guild mungkin memiliki informasi tentang orang-orang yang sering bepergian atau hilang. Kau bisa bertanya di sana."
Renn mengangguk. "Besok aku akan mencobanya."
---
Keesokan harinya, Renn kembali ke guild, kali ini dengan tujuan yang berbeda. Dia mendekati meja resepsionis dan menatap wanita pirang itu dengan serius.
"Ada yang bisa kubantu, Renn?" tanyanya ramah.
"Aku mencari seseorang," kata Renn. "Ayahku. Dia meninggalkan keluargaku bertahun-tahun lalu. Aku tidak tahu apa dia masih hidup atau tidak, tapi aku harus menemukannya."
Wanita itu terdiam sejenak, tampak berpikir. "Ayahmu? Apa dia seorang petualang juga?"
"Aku tidak yakin. Tapi dia pernah mengatakan bahwa dia ingin mencari sesuatu di luar kota kami. Aku tidak tahu detailnya."
Wanita itu mengangguk. "Kami memiliki arsip tentang orang-orang yang mendaftar sebagai petualang, tapi itu tidak lengkap. Kalau kau mau, aku bisa memeriksa apakah ada informasi tentang dia."
"Terima kasih. Namanya Arlen Valis."
Wanita itu membuka buku besar di mejanya dan mulai mencari nama tersebut. Beberapa menit berlalu sebelum dia akhirnya menggelengkan kepala.
"Maaf, tidak ada nama itu di daftar petualang guild kami. Tapi… jika dia seorang petualang independen, mungkin ada catatan di kota lain."
Renn menghela napas, tapi dia tidak terkejut. "Aku mengerti. Terima kasih."
Saat dia berbalik untuk pergi, wanita itu tiba-tiba berkata, "Oh, tunggu! Ada satu hal lagi. Beberapa waktu lalu, ada seorang pria yang menyebutkan nama belakang Valis. Dia sedang mencari seseorang juga. Mungkin itu ada hubungannya dengan ayahmu."
Renn berhenti, menoleh kembali. "Apa kau tahu siapa dia? Atau ke mana dia pergi?"
Wanita itu menggeleng. "Maaf, aku tidak tahu. Tapi dia tampaknya menuju ke arah utara, mungkin ke desa-desa kecil di sana."
Renn mengangguk pelan. "Itu cukup. Terima kasih."
---
Dengan informasi baru ini, Renn merasa sedikit lebih dekat dengan tujuannya. Namun, dia tahu perjalanan ini tidak akan mudah. Dia harus menjadi lebih kuat, lebih tangguh, dan lebih siap untuk menghadapi apapun yang mungkin dia temui.
"Utara, ya?" gumamnya sambil menatap peta kecil yang dia beli dari pedagang di pasar. "Baiklah. Aku akan mulai dari sana."
"Perjalanan baru dimulai, Renn," kata Astra. "Kau siap?"
Renn tersenyum tipis. "Aku tidak punya pilihan lain. Aku harus menemukan ayahku, apapun yang terjadi."
Dengan pedang baru di pinggangnya dan tekad yang semakin kuat, Renn melangkah menuju arah baru—utara, tempat di mana jawaban atas masa lalunya mungkin menunggu.