Pagi itu, suara burung di hutan membangunkan Renn lebih awal. Setelah malam penuh kejadian dan rasa puas karena berhasil membawa makanan, dia merasa tubuhnya lebih segar daripada sebelumnya.
Namun, saat dia melihat ke sudut ruangan, dia melihat ibunya masih terbaring di tempat tidurnya. Wajahnya tampak lebih pucat dari biasanya.
Layla sedang duduk di samping ibunya, menggenggam tangannya dengan cemas. Dia melirik Renn dengan mata penuh kekhawatiran.
"Ibu demam lagi," kata Layla pelan.
Renn mendekat dan meletakkan tangannya di dahi ibunya. Panasnya terasa membakar, jauh lebih tinggi dari suhu normal.
"Ibu tidak bisa terus begini…" gumam Renn.
Layla mengangguk, wajahnya suram. "Sejak ayah pergi, ibu selalu seperti ini. Dia terlalu banyak bekerja, terlalu banyak mengkhawatirkan kita…"
Kata-kata Layla membuat Renn terdiam. Ayah mereka. Sosok yang tidak pernah dia lihat sejak dia terlahir kembali di dunia ini.
Dia mencoba bertanya dengan hati-hati. "Layla, apa yang sebenarnya terjadi pada ayah?"
Layla terdiam sejenak, seolah-olah mencoba menahan sesuatu. Namun, akhirnya dia menjawab dengan suara pelan.
"Ayah pergi ke kota untuk mencari pekerjaan, tepat setelah kau lahir. Dia bilang dia ingin membawa uang untuk kita, agar kita tidak kelaparan lagi." Layla menunduk, matanya berkaca-kaca. "Tapi… dia tidak pernah kembali. Tidak ada kabar, tidak ada pesan. Kami tidak tahu apa yang terjadi padanya."
Renn merasa dadanya sesak mendengar cerita itu. Dia tidak pernah menyangka bahwa keluarganya telah melalui begitu banyak penderitaan sebelum dia lahir kembali di tubuh ini.
"Apa mungkin dia masih hidup?" tanya Renn, mencoba memberikan sedikit harapan.
Layla menggeleng lemah. "Aku tidak tahu. Sudah bertahun-tahun, Renn. Kalau dia masih hidup, kenapa dia tidak kembali?"
Renn mengepalkan tangannya. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada ayahnya, tetapi satu hal yang pasti: dia harus menjaga keluarganya sekarang.
---
Hari itu, Renn memutuskan untuk mencari sesuatu yang bisa membantu menyembuhkan ibunya. Sistem memberinya ide untuk mencari tanaman obat yang tumbuh di hutan.
"Sistem, apakah ada tanaman yang bisa menyembuhkan demam?" tanyanya saat berjalan di tengah hutan.
"Ada. Tanaman 'Bunga Esmerald' memiliki sifat penyembuh alami yang dapat menurunkan demam dan memperkuat daya tahan tubuh. Namun, tanaman ini biasanya tumbuh di tempat dengan konsentrasi energi magis tinggi."
Renn mengerutkan kening. "Jadi, ada kemungkinan aku harus menghadapi makhluk magis lagi?"
"Benar. Namun, risiko ini dapat diminimalkan dengan strategi yang tepat."
Dia menarik napas panjang. Jika itu untuk ibunya, dia tidak akan mundur.
---
Setelah berjalan cukup lama, Renn tiba di sebuah area terbuka di tengah hutan. Di sana, dia melihat tanaman dengan bunga berwarna hijau terang yang memancarkan cahaya lembut. Itu pasti Bunga Esmerald.
Namun, seperti yang dia duga, tanaman itu tidak dibiarkan tumbuh begitu saja. Di dekatnya, berdiri seekor makhluk besar berbentuk seperti babi hutan, tetapi dengan taring panjang dan kulit keras yang bersinar keperakan.
"Sistem, apa itu?" bisik Renn.
"Makhluk ini adalah 'Babi Besi', makhluk magis tingkat menengah dengan kemampuan pertahanan tinggi. Bahaya: Sedang hingga tinggi."
Renn menelan ludah. Dia tahu ini akan menjadi pertarungan yang sulit.
"Sistem, apakah ada kelemahannya?"
"Bagian perut makhluk ini adalah titik terlemahnya. Namun, pengguna harus berhati-hati terhadap serangan taringnya yang dapat menghancurkan pertahanan fisik."
Renn mengangguk, mencoba menyusun strategi. Dia harus menggunakan kecepatan dan kemampuan barunya untuk mengalahkan makhluk ini.
---
Babi Besi itu menyadari kehadirannya dan segera menyerang. Dengan kecepatan yang mengejutkan, makhluk itu meluncur ke arah Renn, taringnya mengarah langsung ke tubuhnya.
Renn menggunakan 'Lonjakan Cepat' untuk menghindar, melompat ke samping dengan kecepatan tinggi. Dia memanggil bola api kecil di tangannya dan melemparkannya ke tubuh babi itu, tetapi serangan itu hanya memantul dari kulit kerasnya.
"Sistem, apinya tidak bekerja!" teriak Renn.
"Kulit makhluk ini memiliki resistansi tinggi terhadap serangan elemen api. Anda harus menyerang titik lemah di perutnya."
Renn mencoba mendekati makhluk itu dari samping, tetapi babi itu terlalu cepat. Taringnya hampir mengenai Renn beberapa kali, memaksanya untuk terus menghindar.
Akhirnya, Renn menggunakan bayangan di sekitarnya untuk membentuk tali yang melingkari kaki belakang babi itu. Dengan sekuat tenaga, dia menarik tali bayangan itu, membuat makhluk itu kehilangan keseimbangan dan jatuh ke tanah.
Ini adalah kesempatannya. Renn melompat ke atas makhluk itu dan menusukkan bola api langsung ke perutnya. Kali ini, serangannya berhasil. Makhluk itu melolong kesakitan sebelum akhirnya terdiam.
Renn terengah-engah, tubuhnya basah oleh keringat. Tapi dia berhasil.
Dia mendekati tanaman Bunga Esmerald dan memetik beberapa bunganya. Sistem memberitahunya cara mengolah bunga itu menjadi obat sederhana untuk ibunya.
---
Ketika Renn kembali ke gubuk, Layla langsung menyambutnya dengan ekspresi cemas.
"Kau terluka lagi, Renn!" katanya, menunjuk goresan di lengan adiknya.
"Aku tidak apa-apa," jawab Renn sambil tersenyum. "Tapi aku menemukan sesuatu untuk ibu."
Dia menunjukkan bunga-bunga hijau itu kepada Layla, yang tampak bingung.
"Apa ini?"
"Obat," jawab Renn singkat. "Aku akan mengolahnya. Sistem sudah memberitahuku caranya."
Layla tidak bertanya lebih lanjut. Dia hanya melihat adiknya bekerja dengan cermat, menghancurkan bunga itu dan mencampurnya dengan air hangat.
Setelah obat itu selesai, mereka memberikannya kepada ibu mereka.
Beberapa jam kemudian, wajah ibu mereka yang sebelumnya pucat mulai tampak lebih segar. Demamnya turun, dan dia bahkan sempat membuka mata dan tersenyum lemah kepada mereka.
"Terima kasih, Renn… Layla…" katanya dengan suara pelan.
Renn merasa hatinya hangat. Untuk pertama kalinya, dia merasa bahwa usahanya tidak sia-sia. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan terus melindungi keluarganya, tidak peduli seberapa sulit perjalanan ini.
Namun, di dalam hatinya, dia masih bertanya-tanya tentang keberadaan ayah mereka. Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Dan apakah ada cara untuk menemukannya?
Pertanyaan itu terus menghantui pikiran Renn saat dia memandang keluarganya yang akhirnya bisa tidur dengan tenang.