Pagi menyapa dengan lembut. Cahaya matahari yang menembus dedaunan membuat embun di rerumputan tampak berkilauan seperti permata. Renn duduk di dekat sungai, mengusap luka kecil di lengannya. Pertarungan semalam meninggalkan beberapa goresan, tetapi itu sepadan.
Rubah Emas, yang kini mulai dipanggilnya "Ember" karena bulunya yang keemasan, berbaring santai di sampingnya.
"Jadi, kau benar-benar memutuskan untuk ikut denganku?" Renn menatap Ember sambil tersenyum kecil.
Rubah itu mengangkat kepalanya, seolah menjawab dengan anggukan singkat, lalu kembali berbaring.
"Hah, dasar makhluk aneh," gumam Renn. "Tapi aku senang kau di sini."
Renn bangkit dan mulai mempersiapkan perjalanannya. Setelah semalam mengalahkan Serigala Bayangan Besar, dia merasa lebih percaya diri, meski perasaan itu bercampur dengan kewaspadaan. Hutan ini, seperti yang dikatakan sistem, penuh dengan kejutan.
---
Jalan setapak di hutan semakin sulit dilalui. Dahan-dahan berduri dan akar pohon yang menjalar membuat setiap langkah terasa seperti ujian kesabaran. Ember, dengan tubuh kecilnya, melompat-lompat lincah, meninggalkan Renn yang terus bergumul dengan rintangan.
"Hei, tunggu aku!" Renn berseru sambil menarik kakinya dari jebakan akar.
Ember menoleh, menatapnya sejenak, lalu mendengus pelan seperti mengejek.
"Kau benar-benar menikmati ini, ya?" Renn menggeleng sambil tersenyum lelah.
Namun, saat mereka semakin masuk ke dalam hutan, suasana berubah. Udara menjadi lebih dingin, dan suara burung yang biasanya meramaikan hutan kini hilang. Hanya ada keheningan, yang diselingi oleh suara langkah kaki Renn di atas dedaunan kering.
"Sistem," Renn berbisik, "ada sesuatu di sekitar sini?"
"Deteksi energi magis: Tingkat rendah hingga menengah. Area ini tampaknya menjadi sarang makhluk magis tipe tumbuhan."
"Tumbuhan? Jadi, bukan binatang?"
"Benar. Namun, makhluk-makhluk ini sering kali berkamuflase dengan lingkungan, membuat mereka sulit dideteksi."
Renn mengangguk, berusaha tetap waspada. Ember juga tampak gelisah, bulunya berdiri sedikit, seperti merasakan sesuatu yang tidak biasa.
"Baiklah, ayo kita lanjutkan. Tapi hati-hati," Renn memperingatkan rubah kecil itu.
---
Tak lama kemudian, Renn melihat sesuatu yang aneh. Sebuah pohon besar di tengah jalan setapak memiliki bentuk yang berbeda dari pohon lainnya. Akar-akar tebalnya menjalar seperti tentakel, dan daunnya berwarna merah tua, hampir seperti darah.
"Sistem, itu pohon biasa atau…?"
"Itu adalah 'Pohon Penghisap Darah'. Makhluk magis ini menggunakan akar-akar untuk menjebak mangsanya, lalu menyerap darahnya untuk bertahan hidup. Bahaya: Tingkat menengah."
"Lagi-lagi sesuatu yang berbahaya," Renn mendesah pelan.
Dia mundur perlahan, mencoba mencari jalan lain untuk menghindari pohon itu. Namun, sebelum dia sempat bergerak lebih jauh, akar-akar pohon itu mulai bergerak, merambat ke arah Renn dengan cepat.
"Hebat. Sudah aku duga ini akan terjadi."
Akar-akar itu meluncur seperti ular, mencoba melilit kaki Renn. Dengan cepat, dia menggunakan kemampuan 'Lonjakan Cepat' untuk menghindar. Ember, yang berdiri di dekatnya, mengeluarkan suara geraman kecil sambil melompat mundur.
"Aku butuh strategi, Sistem!" Renn berteriak dalam hati.
"Makhluk ini lemah terhadap serangan api. Namun, perhatikan area sekitarnya. Jika Anda menggunakan terlalu banyak api, ada risiko menyebabkan kebakaran hutan."
"Jadi aku harus hati-hati, ya? Oke, mari kita coba."
Renn mengangkat tangannya, menciptakan bola api kecil. Dengan fokus penuh, dia melemparkannya ke salah satu akar yang mendekat. Api itu langsung membakar akar tersebut, membuat pohon itu mengeluarkan suara seperti jeritan.
"Aku kena!" Renn tersenyum, tetapi tidak lama. Akar-akar lain segera melesat, mencoba menyerangnya dari berbagai arah.
Dengan sigap, Renn melompat ke samping, menghindari serangan. Ember, yang tampaknya memahami situasi, melompat ke arah salah satu akar dan menggigitnya dengan giginya yang tajam.
"Hebat, Ember!" Renn berteriak.
Namun, pohon itu tampaknya tidak menyerah. Batangnya mulai bergetar, dan sesuatu seperti cairan merah mengalir dari celah-celah kulit kayunya.
"Sistem, apa itu?"
"Itu adalah inti energi pohon. Jika Anda menghancurkannya, makhluk ini akan mati."
Renn melihat cairan itu mengalir ke sebuah titik di tengah batang pohon. Dengan cepat, dia mengumpulkan energi magisnya, menciptakan bola api yang lebih besar.
"Ini dia!" Renn melompat dan melemparkan bola api itu langsung ke batang pohon.
Ledakan kecil terjadi, dan pohon itu mengeluarkan suara jeritan terakhir sebelum akhirnya diam. Akar-akar yang sebelumnya bergerak kini terkulai, tidak lagi hidup.
Renn terjatuh ke tanah, terengah-engah. Ember berlari ke arahnya, menggonggong pelan seperti bertanya apakah dia baik-baik saja.
"Aku baik-baik saja, Ember," kata Renn sambil tersenyum lelah.
"Selamat. Anda telah mengalahkan Pohon Penghisap Darah. Energi magis yang tersisa dapat diserap untuk meningkatkan kemampuan Anda."
Renn menyentuh batang pohon itu, membiarkan sistem menyerap energi magisnya. Dia merasakan tubuhnya menjadi lebih kuat, dan sebuah kemampuan baru muncul di pikirannya.
"Kemampuan baru diperoleh: Akar Penjaga. Anda kini dapat menggunakan akar untuk melindungi diri atau menjebak musuh."
Renn tersenyum kecil. "Ini mungkin berguna nanti."
---
Setelah membersihkan diri dan beristirahat sejenak, Renn melanjutkan perjalanan. Hutan mulai terasa lebih terang, dan suara burung kembali terdengar. Ember berjalan di sampingnya, terlihat lebih tenang.
"Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di depan, tapi aku senang kau ada di sini, Ember," kata Renn sambil mengusap kepala rubah itu.
Perjalanan menuju Windfell masih panjang, tetapi Renn merasa bahwa dia telah mengambil langkah besar. Dia tidak hanya semakin kuat, tetapi juga belajar bahwa di dunia ini, dia tidak benar-benar sendirian. Ember, sistem, dan tekadnya akan membantunya menghadapi apa pun yang ada di depan.
---