Setelah perjalanan panjang yang melelahkan, akhirnya Renn dan rombongan pedagang itu tiba di Windfell. Kota itu terlihat megah dari kejauhan, dengan dinding batu yang tinggi dan gerbang besar yang dijaga oleh prajurit bersenjata lengkap. Di luar dinding, ada kerumunan orang—pedagang yang menjajakan barang, petani yang membawa hasil panen, dan pengelana yang mencari tempat perlindungan.
Renn menatap kota itu dengan campuran kekaguman dan kewaspadaan. "Akhirnya tempat yang terasa... aman."
Pria paruh baya yang tadi diselamatkan Renn, yang memperkenalkan dirinya sebagai Edric, menepuk bahunya. "Selamat datang di Windfell, anak muda. Kota ini mungkin bukan yang terbesar, tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan siapa pun."
"Semoga begitu," gumam Renn.
Ember, yang duduk di bahunya, mengamati keramaian dengan mata waspada. Rubah kecil itu tampak gelisah, bulunya sesekali berdiri seperti mendeteksi sesuatu.
"Tenang, Ember," kata Renn pelan, mengusap kepala rubah itu.
"Saran: Tetap waspada. Kota ini mungkin aman dari monster, tetapi ancaman dari manusia tidak bisa diabaikan."
Renn hanya mengangguk kecil, setuju dengan peringatan sistem.
---
Begitu masuk ke dalam kota, Renn langsung merasakan perbedaan suasana. Jalanan dipenuhi berbagai macam orang, mulai dari pedagang, prajurit, hingga pengemis. Aroma makanan dari warung pinggir jalan membuat perutnya keroncongan, mengingatkan bahwa dia belum makan sejak pagi.
Edric mengajak Renn ke sebuah penginapan sederhana di dekat pasar. "Kau bisa menginap di sini. Aku akan menanggung biayanya sebagai rasa terima kasih."
"Terima kasih, Pak Edric. Itu sangat membantu," jawab Renn dengan sopan.
"Tidak perlu terlalu formal. Kau menyelamatkan nyawa kami. Ini belum sebanding." Edric tersenyum hangat sebelum meninggalkan Renn untuk mengurus barang dagangannya.
Renn masuk ke penginapan itu. Tempatnya sederhana tapi bersih, dengan meja kayu dan kursi yang tertata rapi. Pemilik penginapan, seorang wanita paruh baya dengan rambut cokelat panjang, menyambutnya dengan ramah.
"Kamar untuk satu orang dan... rubah kecil?" tanya wanita itu, melirik Ember yang duduk tenang di bahu Renn.
"Ya, satu kamar saja," jawab Renn.
Wanita itu tertawa kecil. "Baiklah, kamar di lantai dua. Makan malam akan disiapkan dalam satu jam."
---
Setelah meletakkan barang-barangnya di kamar, Renn memutuskan untuk menjelajahi pasar. Dia ingin melihat apa yang bisa dia beli dengan uang yang diberikan Edric. Ember tetap di bahunya, matanya terus mengawasi sekitar.
Pasar Windfell adalah tempat yang hidup. Penjual buah, daging, kain, dan barang-barang aneh berteriak menawarkan dagangannya. Renn merasa sedikit kewalahan oleh keramaian itu.
Namun, perhatian Renn segera tertuju pada sebuah toko kecil di sudut pasar. Toko itu tampak tua, dengan papan kayu yang bertuliskan "Barang Langka dan Ajaib".
"Barang ajaib? Ini menarik," gumam Renn, melangkah masuk.
Di dalam, toko itu dipenuhi berbagai benda aneh—batu bercahaya, ramuan dengan warna mencolok, dan senjata yang tampak tidak biasa. Seorang pria tua dengan janggut panjang duduk di belakang meja, menatap Renn dengan mata tajam.
"Selamat datang, anak muda. Apa yang kau cari?" tanyanya dengan suara berat.
Renn menggeleng. "Hanya melihat-lihat."
Pria tua itu mengangguk, tetapi matanya tetap memperhatikan Renn. "Aku bisa merasakan energi magis di sekitarmu. Kau bukan orang biasa, bukan?"
Renn terkejut, tapi dia berusaha tetap tenang. "Hanya seorang pengelana biasa."
Pria tua itu tertawa kecil. "Jangan meremehkan instingku, anak muda. Kalau kau butuh sesuatu, aku punya barang-barang yang mungkin bisa membantumu."
Sebelum Renn sempat menjawab, sistem berbicara di kepalanya. "Pria ini memiliki energi magis yang sangat tinggi. Kemungkinan besar dia adalah penyihir atau ahli artefak. Berhati-hatilah."
Renn mengangguk kecil, lalu menatap rak di belakang pria itu. Matanya tertuju pada sebuah buku kecil yang tampak usang, dengan sampul hitam dan tulisan kuno.
"Apa itu?" tanya Renn, menunjuk buku tersebut.
Pria tua itu menoleh, lalu tersenyum tipis. "Ah, itu adalah Grimoire Dasar. Buku ini berisi mantra-mantra sederhana, tapi cukup berguna untuk pemula."
"Berapa harganya?"
Pria itu menatap Renn dengan tatapan menilai. "Untukmu... lima koin perak."
Renn menghela napas. Dia hanya memiliki delapan koin perak, dan itu adalah seluruh uangnya. Tapi dia tahu buku itu bisa sangat berguna.
"Baiklah, aku ambil," kata Renn, menyerahkan lima koin perak.
Pria tua itu menyerahkan buku itu dengan hati-hati. "Gunakan dengan bijak, anak muda. Dunia ini tidak selalu ramah terhadap mereka yang memiliki kekuatan."
Renn mengangguk, lalu meninggalkan toko itu dengan Ember.
---
Kembali ke penginapan, Renn membuka buku itu di kamarnya. Tulisan di dalamnya tampak kuno, tapi sistem segera membantu menerjemahkannya.
"Buku ini berisi mantra dasar seperti 'Cahaya', 'Penguatan Tubuh', dan 'Penyembuhan Luka Ringan'. Mantra ini bisa sangat membantu jika dipelajari dengan benar."
"Bagus," gumam Renn, mulai mempelajari salah satu mantra. Ember duduk di sampingnya, tampak tertarik dengan cahaya kecil yang muncul dari buku itu.
Malam itu, Renn merasa dia telah membuat langkah maju yang penting. Meskipun dia masih jauh dari siap menghadapi bahaya besar, setiap peningkatan kecil memberinya harapan.
Namun, di luar kamar, di sudut kota Windfell, seorang pria misterius dengan jubah gelap sedang berbicara dengan seorang prajurit.
"Anak itu?" tanya pria berjubah.
"Ya. Dia tiba di kota ini tadi pagi. Dia menyelamatkan beberapa pedagang di hutan."
Pria berjubah itu tersenyum tipis. "Menarik. Awasi dia. Aku ingin tahu apa yang dia sembunyikan."
Bayangan bahaya kembali menyelimuti Renn, meskipun dia belum menyadarinya.