Pagi datang dengan lembut, membawa sinar matahari yang menembus pepohonan hutan. Renn membuka matanya perlahan, tubuhnya terasa berat setelah pertempuran yang melelahkan malam sebelumnya. Ember, yang terbaring di sampingnya, masih tertidur nyenyak. Rubah kecil itu tampak damai, meski bulunya sedikit kusut dan kotor.
Renn duduk, meregangkan tubuhnya. "Kita berhasil melewati malam itu. Tapi... perjalanan ini masih jauh dari selesai."
"Kondisi fisik Anda stabil, tetapi disarankan untuk menghindari pertempuran besar untuk sementara waktu. Regenerasi energi membutuhkan waktu."
"Kalau begitu, kita fokus bergerak ke Windfell. Aku tidak mau ada kejadian aneh lagi di hutan ini," gumam Renn sambil mengemas barang-barangnya.
Dia menepuk Ember pelan, membangunkan rubah kecil itu. Ember menguap, menggeliat sebelum akhirnya berdiri dan mengibaskan bulunya.
"Sudah siap, Ember? Kita harus pergi sebelum ada yang lain muncul," kata Renn.
Ember mengangguk kecil, seolah mengerti. Bersama, mereka mulai berjalan menuju utara, arah yang ditunjukkan oleh sistem menuju Windfell, kota yang dikatakan sebagai tempat aman terdekat.
---
Perjalanan di hutan itu tidak sepenuhnya sunyi. Suara burung-burung dan hewan kecil lainnya menemani langkah mereka. Renn merasa sedikit lega, meskipun dia tetap waspada. Setiap bayangan yang bergerak atau suara yang tidak biasa membuatnya berhenti sejenak, memastikan tidak ada bahaya.
"Windfell, apa yang ada di sana?" Renn bertanya pada sistem, mencoba mengalihkan pikirannya dari paranoia.
"Windfell adalah kota perdagangan yang cukup besar. Kota ini dikelilingi oleh dinding batu dan memiliki milisi lokal yang kuat untuk melindungi penduduknya dari ancaman luar. Anda dapat menemukan perlengkapan, informasi, dan mungkin pekerjaan di sana."
"Dinding batu, milisi, dan pekerjaan? Kedengarannya seperti tempat yang ideal untuk memulai kehidupan baru."
Namun, di balik optimisme itu, Renn tahu bahwa dia harus tetap berhati-hati. Dunia ini telah membuktikan bahwa tidak ada tempat yang benar-benar aman.
---
Menjelang siang, Renn dan Ember tiba di sebuah jalan setapak yang tampaknya sering digunakan. Bekas roda kereta dan jejak kaki terlihat jelas di tanah.
"Akhirnya, tanda kehidupan manusia," kata Renn dengan lega.
Dia mengikuti jalan itu, berharap segera bertemu seseorang yang bisa memberinya informasi lebih lanjut. Namun, sebelum mereka bisa melangkah jauh, suara keras dari arah depan membuat mereka berhenti.
"Ada apa lagi sekarang?" Renn menggerutu, matanya menyipit mencoba melihat apa yang terjadi.
Dari kejauhan, dia melihat sekumpulan orang yang tampak dikepung oleh beberapa makhluk besar. Saat Renn mendekat, dia mengenali makhluk itu sebagai Ogre. Ada tiga di antaranya, masing-masing memegang senjata besar seperti gada kayu dan batu.
Kelompok manusia itu terdiri dari lima orang, dua di antaranya tampak terluka parah. Mereka berusaha bertahan, tetapi jelas kalah jumlah dan kekuatan.
"Ini buruk," gumam Renn. Dia tahu dia tidak punya banyak energi tersisa untuk pertarungan besar, tetapi meninggalkan mereka juga bukan pilihan.
"Keputusan tergantung pada Anda, Renn. Menolong mereka berarti risiko besar, tetapi juga peluang untuk membangun hubungan dengan penduduk lokal."
Renn mengepalkan tangan. Dia tahu ini adalah taruhan besar, tetapi dia tidak bisa diam saja.
"Baiklah. Ember, kita akan membantu mereka. Tapi kita harus cerdas. Kita serang dari jarak jauh dulu."
Rubah kecil itu menatap Renn, lalu mengangguk, siap beraksi.
---
Renn mulai mendekati medan pertempuran dengan hati-hati. Dia mengangkat tangan, memanggil energi bayangan untuk menciptakan bola kecil yang berputar di telapak tangannya. Dengan gerakan cepat, dia melemparkan bola itu ke salah satu Ogre, tepat mengenai punggungnya.
Makhluk itu menggeram marah, berbalik mencari siapa yang menyerangnya.
"Di sini, raksasa bodoh!" Renn berteriak, mencoba menarik perhatian mereka.
Strategi itu berhasil. Dua Ogre langsung mengalihkan perhatian mereka ke Renn, meninggalkan kelompok manusia yang tampak terkejut melihat kemunculannya.
"Ayo, Ember!" Renn memerintahkan, berlari menjauh untuk memancing Ogre menjauh dari kelompok itu.
Ember mengikuti, melepaskan serangan kecil berupa bola api ke arah kaki salah satu Ogre. Serangan itu tidak terlalu melukai, tetapi cukup untuk memperlambat langkah makhluk besar itu.
Saat Renn memimpin dua Ogre ke area yang lebih terbuka, dia mendengar sistem berbicara lagi.
"Dua target ini cukup berbahaya. Saran: Fokus pada serangan cepat dan hindari kontak langsung."
"Ya, itu sudah jelas," Renn mendengus, menghindari ayunan gada dari salah satu Ogre.
Dia terus bergerak, menggunakan kemampuan 'Lonjakan Cepat' untuk mengelabui musuh. Ember bekerja sama dengan baik, menyerang dari sisi yang berlawanan untuk membuat Ogre bingung.
Namun, meskipun strategi mereka efektif, stamina Renn mulai menurun. Dia tahu dia tidak bisa terus seperti ini.
"Sistem, ada ide?" Renn bertanya dengan napas tersengal.
"Energi dari Dire Bear sebelumnya dapat digunakan untuk meningkatkan serangan Anda secara sementara. Anda ingin mengaktifkannya?"
"Ya, lakukan sekarang!"
Dalam sekejap, Renn merasakan lonjakan energi yang kuat di tubuhnya. Bayangan di sekitarnya mulai bergerak, seolah merespons keinginannya. Dia mengangkat tangan, menciptakan pedang bayangan besar yang tampak berkilauan di bawah sinar matahari.
"Sekarang kita lihat siapa yang lebih kuat," gumam Renn dengan senyum tipis.
Dia melompat ke arah salah satu Ogre, mengayunkan pedang bayangan itu dengan kekuatan penuh. Serangan itu berhasil memotong dada makhluk itu, membuatnya jatuh dengan raungan mengerikan.
Melihat rekannya tumbang, Ogre yang tersisa tampak ragu. Ember memanfaatkan momen itu untuk menyerang dengan bola api yang lebih besar, mengenai wajah makhluk itu dan membuatnya mundur.
Renn tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dia menyerang lagi, kali ini langsung menembus tubuh Ogre dengan pedang bayangannya. Makhluk besar itu roboh, tidak bergerak lagi.
---
Saat semuanya berakhir, Renn berdiri di tengah medan pertempuran, napasnya terengah-engah. Ember berlari ke arahnya, menggonggong pelan seolah memastikan dia baik-baik saja.
"Aku baik-baik saja, Ember. Kau luar biasa," kata Renn sambil mengusap kepala rubah kecil itu.
Kelompok manusia yang tadi diselamatkan mulai mendekat. Seorang pria paruh baya dengan pakaian sederhana memimpin mereka, wajahnya penuh rasa terima kasih.
"Terima kasih banyak, anak muda. Kau menyelamatkan nyawa kami," kata pria itu dengan nada tulus.
Renn hanya mengangguk. "Tidak masalah. Kalian menuju Windfell?"
Pria itu mengangguk. "Ya, kami pedagang dari desa kecil. Kalau kau juga ke sana, ikutlah dengan kami. Kau sudah menyelamatkan kami, setidaknya biarkan kami membalas budi."
Renn mempertimbangkan sejenak, lalu mengangguk. Perjalanan ke Windfell kini terasa lebih aman dengan mereka.
Dan meskipun dia lelah, Renn tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai.