Tahun-tahun berlalu dengan cepat dan tanpa insiden apapun dan kini evans berusia 15 tahun dan sudah beberapa bulan sejak ia mulai bersekolah di SMA Midtown. Lingkungan baru ini penuh dengan tantangan baru, namun bagi evans. Ini hanyalah Langkah kecil dalam perjalanannya menuju tujuan yang lebih besar.
Peter parker sahabatnya, juga masuk ke SMA yang sama. Dan pagi itu di kelas, evans duduk di bangkunya sambil mememandangi surat di tangannya dengan serius. Surat itu adalah persetujuan izin tur oscorb, salah satu Perusahaan teknologi terbesar di kota.
Tur ini di jadwalkan berlangsung satu minggu dari sekarang, dan bagi evans inilah adalah hari yang telah lama dia tunggu-tunggu. 'apa akhirnya hari Dimana aku menjadi spider-man… sial, aku mulai benar-benar gugup sekarang, bagaimana pun ini merupakan permintaanku'
Evans mulai tenggelam ke dalam pikirannya, di sisi lain kelas, peter terlihat sedang mencatat sesuatu di buku catatannya. Evans melirik sekilas sahabatnya, tersenyum tipis, lalu kembali fokus pada surat di tangannya.
Namun suasana di kelas yang semula tenang tiba-tiba berubah ketika seorang anak laki-laki bertubuh besar, flash Thompson, berjalan dengan percaua diri menuju ke arah peter. Flash adalah salah satu siswa yang suka mencari perhatian dengan mengganggu orang lain, terutama peter. Dengan senyuman liciknya, flash melemparkan bola basket kea rah peter dengan keras.
Tetapi sebelum bola itu sempat mengenai peter, evans yang tersadar dengan cepat bergerak. Dengan reflek luar biasa, ia menangkap bola itu di udara hanya beberapa inci dari wajah peter. Suasana kelas langsung menjadi hening, semua mata tertuju pada evans, yang kini berdiri dengan ekspresi dingin di wajahnya.
Flash tersenyum mengejek ketika melihat itu. "apa-apaan, Harrison? Kamu ingin menjadi pahlawan atau apa?"
Kata-kata klasik seorang pembully, evans tidak menjawab. Ia hanya berjalan perlahan kea rah flash sambil menggenggam bola itu dengan tangan kanan. Ketika sudah cukup dekat, ia menyerahkan bola it uke tangan flash tanpa mengubah ekspresinya. Namun itu belum selesai sebelum flash sempat berkata sesuatu. Evans memegang bahu flash dengan kuat.
Flash langsung meringis kesakitan. "Hei! Lepaskan! Apa-apaan ini?"
Evans tudak peduli, lalu ia mendekaytkan mulutnya ke telingan flash dan berkata dengan suara rendah namun penuh dengan ancaman. "jika kamu menyentuh peter lagi, kamu akan berurusan denganku. aku tidak akan memperingatkanmu untuk kedua kalinya"
Flash, yang kini terlihat pucat, hanya mengangguk cepat. Saat evans melepaskan cengkeramannya, flash terduduk di lantai, terlihat bingung sekaligus takut. Beberapa siswa dikelas menahan tawa mereka, sementara yang lain hanya terdiam, terkejut denga napa yang baru saja terjadi.
Tepat pada saat itu, bel sekolah berbunyi menandakan bahwa waktu sekolah telah usai. Evans menghela napas Panjang, melirik peter, dan memberi isyarat untuk pergi.
Dalam perjalanan pulang, Peter menatap Evans dengan ekspresi bingung bercampur kagum. "Kau tahu, kau tidak perlu melakukan itu. Aku bisa menghadapinya sendiri."
Evans tertawa kecil. "Pete, aku tahu kau bisa menghadapinya, tapi aku tidak suka melihat orang mempermainkanmu. Lagipula, Flash perlu diajarkan sedikit pelajaran."
Peter tersenyum kecil. "Tetap saja, terima kasih. Aku beruntung punya teman sepertimu."
Evans menepuk bahu Peter dengan ringan. "Kita ini seperti keluarga, Pete. Dan keluarga saling menjaga."
Setibanya di rumah, Evans langsung menuju laboratoriumnya. Pikiran tentang tur ke Oscorp terus bermain di benaknya. Laboratorium itu kini terlihat lebih canggih dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan komputer kuantum yang sudah sempurna, berbagai lengan robotik, dan layar holografik yang memenuhi ruangannya, laboratorium ini adalah tempat di mana Evans menghabiskan sebagian besar waktunya.
"ARES," panggil Evans.
"Ya, tuan" jawab ares, suara AI-nya terdengar dari seluruh penjuru ruangan.
"Aku ingin kau mulai mengumpulkan semua informasi publik yang bisa kita dapatkan tentang Oscorp. Teknologi, proyek terkini, dan semua hal yang relevan dengan inovasi mereka."
"Perintah diterima. Memulai pencarian data," jawab ARES. Hologram besar muncul di tengah ruangan, menampilkan logo Oscorp dan berbagai informasi yang berhasil dikumpulkan ARES secara real-time.
Evans mempelajari data itu dengan seksama. Oscorp memang dikenal dengan berbagai proyek revolusioner, mulai dari bioteknologi hingga energi terbarukan. Namun, ada sesuatu tentang perusahaan itu yang membuat Evans merasa curiga. Terlalu banyak hal yang terlihat "terlalu sempurna" di permukaan.
"ARES," kata Evans setelah beberapa saat, "pastikan kita memiliki protokol keamanan tambahan untuk data-data ini. Aku tidak ingin ada yang mengetahui apa yang sedang kita pelajari."
Protokol keamanan ditingkatkan," jawab ARES. "Apa anda ingin aku fokus pada aspek tertentu dari teknologi Oscorp?"
Evans mengangguk. "Ya. Fokus pada bioteknologi mereka."
Sementara itu, di tempat lain, Flash Thompson masih merasakan efek dari pertemuannya dengan Evans. Meski ia mencoba bertingkah seolah tidak peduli, rasa takut itu tetap ada di dalam dirinya. Namun, bagi Evans, insiden itu hanyalah gangguan kecil di tengah ambisinya yang jauh lebih besar.