Setelah melarikan diri dari polisi, evans terus berkeliling kota dengan bantuan panduan dari ares. Kejahatan kecil maupun besar menjadi targetnya malam itu. Ia menghentikan pencurian, melumpuhkan geng jalanan, bahkan menyelamatkan anak kecil yang terjebak di balkon lantai dua.
Dengan setiap aksi ia semakin terbiasa dengan kemampuan barunya dan kostumnya yang canggih. Malam itu menjadi malam yang Panjang bagi Evans Harrison, atau seperti yang sekarang mulai ia pikirkan, alter egonya: Spider-man.
Hingga larut malam, evans akhirnya merasa cukup untuk malam itu. Dengan tubuh yang mulai Lelah, ia memutuskan untuk kembali ke rumahnya setelah patroli malam yang menyenangkan.
Mengaktifkan kemampuan kamuflasenya, evans berayun di antara Gedung-gedung menuju rumah mewahnya. Ketika tiba, ia masuk melalui jendela kemarnya, memastikan para penjaga rumahnya tidak melihatnya. Setelah berada di dalam, evans menonaktifkan suit nanoteknologinya, dan tubuhnyankembali ke pakaian sehari-harinya.
Evans berjalan ke kamar mandi, wajahnya yang tampan terpampang di depan cermin. Ia memandang cermin, memperhatikan pantulan dirinya. Sebuah senyuman lebar terbentuk di wajahnya, mencerminkan kepuasan atas apa yang ia capai malam ini.
"ini baru permulaan" gumamnya pelan sambil membasuh wajahnya dengan air dingin. Seketika ia merasa segar kembali setelah membasuh muka, lalu berjalan menuju tempat tidur. Tanpa banyak berpikir, evans merebahkan tubuhnya di Kasur empat dan langsung tertidur.
-------------------------------
Pagi hari.
Matahari pagi masuk melalui celah tirai kamarnya, membangunkan evans dari tidurnya. Ia membuka matanya perlahan, merasakan otot-otot tubuhnya yang sedikit pegal setelah malam yang sibuk.
Namun, suasana hatinya sangat baik. Evans lalu melompat dari tempat tidur dengan semanggat, merapikan tempat tidurnya, lalu mengenakan pakaian olahraga.
Dia memulai pagi dengan rutinitas olahraganya di gym pribadinya, Push-up, Sit-up, hingga berlari di treadmill. Ia ingin menjaga tubuhnya tetap bugar, terutama sekarang dengan semua kekuatan yang ia miliki. Setelah selesao berolahraga. Ia berjalan ke kamar mandi untuk memberishkan tubuh dan langsung menuju ruang makan.
Para pelayan sudah menyiapkan sarapan lezat untuknya. Di meja makan, terdapat roti pangang dengan selai coklat, jus jeruk segar, dan sepiring telur orak-arik dan sosis. Evans makan dengan lahap, mengisi energinya untuk memulai hari baru.
Setelah sarapan, ia Bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Evans mengenakan pakaian rapi, memasukkan buku-buku ke dalam tas, lalu keluar dengan mengendarai mobil sport hitamnya. Jalanan pagi itu cukup ramai, tetapi ia menikmati perjalanan ke sekolah.
Dalam pikirannya, evans masih memikirkan semua yang terjadi malam sebelumnya. Bagaimana ia berhasil menggunakan kekuatan barunya untuk membantu orang lain. Menurutnya itu adalah perasaan yang tak bisa di bandingkan dengan apapun.
----------------------
Setibanya di sekolah, evans memarkirkan mobilnya di tempat biasa. dan saat ia keluar dari mobil, suara familiar memanggilnya dari kejauhan. "Evans!"
Evans yang mendengar itu menoleh dan melihat sahabatnya, peter parker, berlari ke arahnya dengan senyuman lebar. Namun, senyuman peter dengan cepat berubah menjadi ekspresi cemas.
"Hey, Evans! Kamu baik-baik saja? Aku sempat mencarimu saat kunjungan ke Oscorb, tapi kamu tiba-tiba menghilang. Apa yang terjadi?" tanya peter dengan nada khawatir.
Evans hanya tersenyum santai. "Aku baik-baik, pete. Hanya merasa tidak enak badan, jadi aku memutuskan untuk pulang lebih awal" jawabnya, berusaha terdengar menyakinkan.
Peter memandangnya dengan ragu, tetapi akhirnya mengangguk. "Baiklah, yang penting kamu baik-baik saja sekarang. Tapi kalau ada sesuatu, kamu tahu kamu bisa cerita padaku maupun paman ben, kan?"
"tentu, pete. Terima kasih" balas evans sambil menepuk bahu sahabatnya.
Mereka berdua kemudian berjalan Bersama menuju kelas, berbicara tentang hal-hal ringan seperti tugas sekolah dan rencana akhir pekan. Namun, di dalama hati, evans merasa sedikit bersalah karena menyembunyikan rahasianya dari peter.
Sahabatnnya itu adalah orang yang sangat baik dan peduli, tetapi evans tahu bahwa tidak mungkin dia menceritakan rahasianya kepada siapapun.
Di kelas, evans mencoba fokus pada Pelajaran, namun pikirannya terus melayang ke kejadian malam sebelumnya. Ia memikirkan bagaimana meningkatkan kemampuannnya, bagaimana ia bisa membantu banyak orang, dan apa yang akan terjadi jika identitasnya terungkap. Namun, evans dengan cepat membuang pikiran itu.
Ketika jam sekolah berakhir, Peter mengajak Evans untuk pergi ke lab sekolah dan bekerja pada proyek sains mereka. Namun, Evans menolak dengan alasan ada urusan keluarga yang harus ia selesaikan. Peter tidak terlalu memaksa, meski ia tampak sedikit kecewa.