Chereads / I'M Spider-Man / Chapter 7 - Chapter 7

Chapter 7 - Chapter 7

Keesokan paginya, seperti anak-anak lainnya. Evans Harrison Bersiap untuk pergi ke sekolah. Dengan mengenakan seragam dan tas punggung berisi buku Pelajaran, ia melangkah keluar rumah menuju mobil yang telah disiapkan.

Supir pribadinya, seorang paruh baya Bernama Charles, membukakan pintu dengan senyuman hangat di wajahnya.

"selamat pagi, tuan evans. Siap untuk berangkat ke sekolah?" tanya Charles

Evans mengangguk kecil sambil tersenyum. "Ya, Charles. Ayo pergi"

Mobil kemudian melaju di jalan raya yang mulai ramai dengan aktivitas pagi. dari dalam mobil, evans memandang keluar jendela, menyaksikan berbagai orang menjalani kehidupan sehari-hari mereka. ia melihat anak-anak berjalan menuju sekolah dengan penuh semangat, pedangan kaki lima yang menjajakan dagangannya, hingga para pekerja yang tergesa-gesa menuju kantor.

Namun dari semua itu, pandangan evans terhenti ketika matanya menangkap sosok seorang gadis berambut merah yang berjalan di trotoar. Itu Mary Jane Watson, atau MJ. Seperti yang biasa ia dengar dari peter. Gadis itu terlihat sedang berbincang dan tertawa dengan seorang pruua muda yang tidak dikenali evans.

Evans yang melihat itu mengerutkan keningnya. Ia tidak menyukai MJ. Dari interaksi singkat yang perna ia amati, MJ di dunia ini memiliki kepribadian yang sangat mirip dengan versi film spider-man Garapan Sam Raimi- sombong, sedikit manipulative, dan penuh drama. Evans terkadang bertanya-tanya bagaimana peter, sahabatnya yang polos dan baik hati, bisa tertarik pada gadis seperti itu.

"kenapa dia suka Mj, ya?" gumam evans pelan, lebih kepada dirinya sendiri. Charles, yang mendengar gumaman itu, melirik melalui kaca spion, tapi memilih untuk tidak menanggapi.

----------------------

Perjalan berlangsung damai, dan setibanya disekolah, evans segera keluar dari mobil dan berjalan menuju kelasnya.

Saat ia memasuki ruangan, evans melihat peter parker duduk sendirian di bangkunya. Peter terlihat sedikit lesu, pandangan matanya kosong, dan bahunya terkulai.

"Hey, pete" sapa evans sambil duduk disebelahnya. "Kamu baik-baik saja?"

Peter yang mendengar itu mendongak perlahan dan tersenyum kecil, meskipun senyumnnya lebih terlihat seperti usaha untuk menyembunyikan perasaannya. "Oh, hai, evans. Ya, aku baik-baik saja"

Evans mengerutkan keningnya. "jangan berbohong. Aku tahu ada sesuatu yang mengganggumu" ia ragu sejenak, lalu melanjutkan. "sebenarnya… pagi ini aku melihat MJ. Dia sedang berjalan dengan seorang pria. Apa kamu tahu siapa dia?"

Peter menundukan kepalanya, menghidari tatapan evans. "Ya… aku tau. Itu… itu Brad. Dia siswa dari sekolah lain, tapi sepertinya MJ mulai dekat dengannya"

Evans mendengar nada kesedihan dalam suara Peter, dan hatinya merasa sedikit berat. Ia menepuk bahu Peter dengan ringan, mencoba menghiburnya. "dengar, pete. Aku tahu ini sulit, tapi kamu harus mengerti. Kadang, orang yang kita sukai mungkin tidak selalu cocok untuk kita. Dan jujur saja, menurutku MJ bukan gadis yang pantas untukmu"

Peter mengangkat kepala dan menatap Evans dengan bingung. "kenapa kamu bilang begitu?"

Evans mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "aku hanya merasa MJ… bagaimana ya, dia punya sisi yang menurutku tidak sejalan dengan kepribadianmu. Kamu itu orang yang tulus, baik hati, cerdas, dan peduli pada orang lain. Kamu butuh seseorang yang bisa menghargai itu, bukan seseorang yang mungkin hanya mempermainkan perasaanmu"

Peter terdiam, merenungkan kata-kata evans. Akhirnya, ia tersenyum kecil, meskipun senyumannya masih mengandung kesedihan. "mungkin kamu benar, tapi… aku tidak bisa mengendalikan perasaanku. Aku tetap menyukainya, meskipun aku tahu dia mungkin tidak merasakan hal yang sama"

Evans menggangguk pelan. "Aku mengerti. Tapi percayalah, Peter, masih banyak gadis lain di luar sana yang jauh lebih baik. Dan aku akan membantumu menemukan mereka, kalau kau mau."

Peter tertawa kecil untuk pertama kalinya hari itu. "Terima kasih, evans. Kamu selalu tahu bagaimana membuatku merasa lebih baik"

Jam pelajaran dimulai, dan meskipun suasana kelas berlangsung seperti biasa, pikiran Evans terus melayang. Ia tidak bisa mengabaikan rasa khawatirnya terhadap Peter. Sahabatnya itu terlalu baik untuk terluka oleh seseorang yang, menurut Evans, tidak benar-benar menghargainya. Namun, Evans juga tahu bahwa perasaan adalah sesuatu yang rumit, dan tidak adil baginya untuk sepenuhnya menyalahkan MJ.

Saat makan siang, Evans dan Peter duduk bersama di kantin seperti biasa. Namun, kali ini Evans memutuskan untuk membawa percakapan ke arah yang lebih ringan. Ia mulai membicarakan berbagai topik, dari pelajaran sekolah hingga rencana mereka untuk akhir pekan.

"kau tahu pete" kata evans sambil menggigit sandwichnya. "aku sedang memikirkan ide gila untuk proyek sains kita. Bagaimana kalau kita membuat sesuatu yang bisa membantu siswa mengerjakan PR mereka lebih cepat?"

Peter tertawa kecil. "Kau serius? Itu terdengar seperti sesuatu yang akan membuat semua orang malas belajar."

Evans tersenyum lebar. "Ya, tapi bukankah itu akan menarik perhatian? Bayangkan saja, sebuah aplikasi yang bisa memecahkan soal matematika hanya dengan memotret soal itu. Kita bisa menyebutnya... 'Solver AI'."

Percakapan itu berhasil mengalihkan perhatian Peter untuk sementara waktu, dan Evans merasa lega melihat sahabatnya tertawa lagi. Namun, di sudut pikirannya, Evans tahu bahwa ia harus lebih waspada. Ia bertekad untuk melindungi Peter dari rasa sakit hati lebih lanjut, bahkan jika itu berarti menghadapi MJ secara langsung suatu hari nanti.

---------------------------------

Setelah sekolah usai, Evans pulang ke rumah dan langsung menuju laboratoriumnya. Ia merasa bahwa proyek-proyeknya adalah cara terbaik untuk mengalihkan pikirannya dari semua hal yang mengganggunya.

Saat memasuki laboratorium, suara ARES menyambutnya. "Selamat datang kembali, Evans. Apa yang bisa kubantu hari ini?"

Evans melepaskan tasnya dan berjalan menuju meja kerja. "Kita akan melanjutkan pengembangan gadget, ARES. Aku ingin menyelesaikan desain baru untuk web-shooter dan mulai mengembangkan beberapa fitur tambahan."

"perintah diterima. Mengaktifkan sistem utama" jawab ares.

Laboratorium itu kembali hidup, dengan hologram dan lengan-lengan robotik bergerak serempak. Evans memfokuskan dirinya pada pekerjaannya, tapi pikirannya terus kembali pada percakapannya dengan Peter pagi tadi.

"ARES," katanya tiba-tiba, "menurutmu, apa aku terlalu keras pada Peter soal MJ?"

"pendapat yang anda berikan kepada peter parker didasarkan pada observasi dan logika, tuan. Namun, emosi manusia seringkali tidak sejalan dengan logika. Meskipun saranmu masuk akal, peter mungkin membutuhkan waktu untuk menerima kenyataan itu" jawab ares.

Evans mengangguk pelan, merenungkan jawab ares. "kamu benar. aku hanya ingin memastikan dia tidak terluka lebih jauh. Tapi mungkin aku harus lebih sabar dan mendukungnya dengan cara yang lebih baik"

"memahami emosi dan hubungan manusia adalah proses yang kompleks. Tapi anda telah menunjukan niat baik unntuk melindungi teman anda, yang merupakan Langkah awal yang penting"

Evans tersenyum kecil. "Ya, mungkin kamu benar. ayo kita kerjakan ini"

Dengan semangat yang baru, Evans kembali bekerja, memastikan bahwa setiap detail dari gadgetnya sempurna. Ia tahu bahwa pekerjaan ini bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk melindungi orang-orang yang ia pedulikan.