Chereads / I'M Spider-Man / Chapter 4 - Chapter 4

Chapter 4 - Chapter 4

Tiga tahun berlalu dengan cepat. Evans Harrison kini berusia 12 tahun dan telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang luar biasa. wajah tampannya yang dulu kekanakan mulai berubah dihasi dengan rambut pirang keemasan membuatnya selalu menjadi pusat perhatian.

Dan Kecerdasan evans yang luar biasa membuatnya tak perna tergantikan sebagai juara kelas disetiap tahun ajaran. Meski demikian, kehidupan di sekolah menengah pertama mulai terasa monoton baginya.

Di ruang kelas, evans duduk di baris belakang, matanya menatap buku Pelajaran yang sudah ia kuasai sejak lama. Ia mendengar suara guru yang sedang menjelaskan rumus-rumus matematika dasar, tetapi pikirannya melayang jauh.

Baginya, Pelajaran ini terlalu mudah, tidak ada tantangan. Namun, meski begitu ia tetap menampilkan sikap sopan dan menghormati gurunya, karena ia tahu menjaga citra adalah hal penting.

Kelas membosankan terus berlanjut hingga saat bel berbunyi tanda waktu istirahat, seorang anak laki-laki dengan kacamata tebal mendekati evans. "Hei, Evans! Mau makan siang Bersama?" tanya peter parker, teman dekat evans yang baru saja dikenalnya setahun terakhir.

Mendengar itu evans tersenyum, menutup bukunya, dan menggangguk. "Tentu, pete. Ayo ke kantin"

Persahabatan mereka berdua bermula ketika evans menyelamatkan peter dari sekelompok anak nakal yang suka membullynya. Peter, yang cerdas tetapi pendiam, selalu menjadi target empuk. Namun, sejak evans berdiri di sisinya, tidak ada yang berani mengganggunya lagi.

Peter sangat mengagumi evans, sementara evans juga demikian kecerdasan peter membuatnya takjub, evans juga merasa bahwa jika peter dikembangkan dengan baik, ia bisa menjadi seseorang yang luar baisa di masa depan. Dan yang paling penting peter adalah salah satu dari sedikit orang yang tulus di sekitarnya.

Saat mereka berdua berjalan menuju kantin, peter berbicara dengan antusias tentang eksperimen sains terbaru yang ia coba di rumahnya. "Aku sedang mencoba membuat mikroskop mini menggunakan bahan bekas. Aku ingin melihat reaksi kimia secara langsung di Tingkat molekul!" ujar peter dengan semangat.

Evans menggangguk sambil tersenyum. "Kedengarannya menarik. Jika kamu mau, aku bisa bantu memberikan beberapa desain yang lebih efisien, aku juga punya beberapa buku referensi dirumah yang mungkin akan membantumu"

Mendengar itu peter menjadi bersemangat. "serius? Itu akan sangat membantuku! Kamu benar-bener jenius evans"

Evans hanya mengangkat bahunya. "Aku hanya suka belajar. Kalau kamu butuh bantuan, aku selalu ada"

Begitulah hari-hari di sekolah menengah evans. Namun, selain menjadi siswa teladan, evans juga memiliki kehidupan yang penuh aktivitas diluar sekolah. Dalam tiga tahun terakhir, ia menyewa seorang instruktur bela diri professional untuk melatihnya secara pribadi di Gym mansion miliknya.

Instruktur itu, merupakan seorang mantan tantara bayaran Bernama marcus, mengajarinya berbagai Teknik bela diri seperti karate, jui-jutsu, krav maga, muay thai, dan taekwondo.

Latihan bela diri ini tidak hanya membuat tubuh evans semakin kuat dan lincah, tetapi juga memberinya kepercayaan diri yang lebih besar. marcus, yang awalnya skeptis terhadap kemampuan anak mud aini, sekarang sangat kagum dengan dedikasi dan kemampuan belajar evans yang cepat.

"Anak seusiamu biasanya hanya peduli pada game atau media sosial" kata marcus suatu hari saat mereka selesai latihan. "tapi kamu berbeda, evans. Kamu punya potensi besar"

Evans yang mendengar tersenyum tipis. "aku punya tujuan besar, marcus. Dan aku tidak ingin membuang waktu"

Dan pada salah satu sesi latihan, marcus memutuskan untuk menguji batas kemampuan evans. "hari ini, kita akan melakukan sparring sungguhan. Aku ingin lihat sejauh mana kamu bisa bertahan"

evans menggangguk tanpa ragu. Mereka berdiri di Tengah gym, tubuh mereka berdua Bersiap dalam posisi bertahan. Marcus menyerang lebih dahulu dengan pukulan cepat yang langsung diantisipasi oleh evans. Anak muda itu menghindar dengan lincah, membalas dengan tendangan rendah yang mengenai tulang kering marcus.

"Bagus, tapi jangan puas dulu" kata marcus sambil menyerang lagi dengan kombinasi pukulan. Dan kali ini. Evans memblokir serangan tersebut dan menggunakan mpmentum untuk menjatuhkannya ke matras.

Marcus tertawa kecil sambil berdiri. "kau belajar dengan cepat, nak. Tapi ingat, musuhmu nanti tidak akan segampang ini"

---------------------------

Malam hari di labolatorium bawah tanah evans kini telah menajdi pusat inovasi teknologi yang luar biasa. da;am tiga tahun terakhir, ia menciptakan berbagai gadget canggih yang dirancang untuk membantunya ketika tiba saatnya ia menjadi spider-man.

Ia membuat berbagai perangkat seperti webshooter dengan teknologi penghasil jaring sintetis, pelacak mini berukuran mikroskopis, hingga perisai kecil yang bisa dipasang di pergelangan tangannya.

Namun, proyek terbesarnya saat ini adalah menciptakan AI peribadinya sendiri. Ia terinspirasi oleh AI milik Tony Stark J.A.R.V.I.S, evans memutuskan untuk membangun sebuah sistem kecerdasan buatan yang bisa membantunya mengelolah semua perangkat teknologinya, sekaligus menjadi assisten yang dapat ia andalkan.

AI milik evans, di beri nama "ARES" (Advanced Responsive Evolutionary System), masih dalam tahap pengembangan awal.

Setiap malam selama 3 tahun terakhir setelah menyelesaikan tugas sekolahnya. Evans akan kembali ke labolatorium bawah tanah miliknya untuk melanjutkan proyek ARES. Di depan layar computer utama yang besar, ia mengetik dengan fokus penuh, mengubah barisan kode menjadi sesuatu yang hidup.

"Baiklah, mari kita mulai dengan inti logika" gumamnya sambil mengetik dengan cepat. Ia berhasil menjalankan dasar sistemnya, namun masih banyak yang perlu di perbaiki.

"ARES, bagaimana keadaanmu?" tanya evans setelah menjalankan program untuk pertama kalinya.

Layar computer menyala, menampilkan animasi laba-laba yang dengan Cahaya yang bergerak. Diikuti dengan suara digital yang halus terdengar.

"sistem diaktifkan. Halo, bos. Apa yang bisa saya bantu?"

Mendengar itu senyuman lebar terbentuk wajah evans. "Luar biasa! akhirnya setelah 3 tahun, tapi ini baru permulaan kita masih punya jalan Panjang sebelum kamu benar-benar siap"

Ia kemudian melanjutkan ekerjaannya dengan penuh dedikasi. Setiap malam, ia menghabiskan waktu berjam-jam untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan ARES. Ia memprogramnya untuk mampu mengontrol perangkat laboratorium, menganalisis data dalam waktu singkat, dan memberikan rekomendasi berdasarkan situasi tertentu.

Keesokan harinya, pagi itu seperti biasa terasa membosankan bagi evans Harrison ketika berada di sekolah. Ia duduk di bangku taman sekolah dengan tas selempangnya, memandangi siswa-siswi lain yang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Namun, hari ada sesuatu yang berbeda. Sebelum bel masuk berbunyi, peter parker menghampirinya dengan Langkah tergesa-gesa.

"Evans! Kamu tidak akan percaya siapa yang baru saja pindah ke lingkungan kami" ujar peter dengan nada antusias

Evans mengangkat alisnya, terlihat tidak terlalu tertarik. "Siapa?"

"seorang gadis Bernama Mary Jane Watson. Dia tinggal tepat di Seberang rumahku" kata peter, dengan senyumannya melebar.

Mendengar itu evans hanya mengangguk pelan. "bagus untukmu, pete. Tapi aku tidak terlalu peduli siapa yang pindah ke lingkunganmu"

peter menatap temannya dan terkekeh. "kamu akan lihat nanti. Kurasa dia akan jadi pusat perhatian semua orang, sama sepertimu"

evans hanya diam dan berjalan dengan santai menuju ke kelas. Ketika bel berbunyi dan para siswa masuk ke kelas, seorang guru beridri di depan ruang kelas dengan seorang gadis berambut merah di sampingnya. Gadis itu mengenakan seragam sekolah dengan sempurna, rambutnya merahnya tergerai indah, dan senyum lembut terpancar di wajahnya.

"anak-anak, perkenalkan teman baru kita. Mary Jane Watson" kata sang guru. "dia baru pindah ke kota ini. Aku harap kalian bisa membantunya menyesuaikan diri"

Mary jane atau MJ kemudian melambaikan tangan kepada seluruh kelas, dan beberapa siswa yang melihatnya langsung berbisik-bisik tentang betapa cantiknya gadis itu. Namun di sisi lain evans, yang duduk di dekat jendela, sama sekali tidak peduli. Ia mengalihkan pandangannya keluar, memperhatikan burung-burung yang terbang melintasi halaman sekolah.

Setelah perkenalan singkat itu MJ dipersilahkan duduk dan kebetulan kursi di antara evans dan peter kosong jadi guru mempersilahkan MJ untuk duduk di bangku itu, MJ menyapa peter kemudian menyapa Evans yang tidak terlalu antusias.

Dengan begitu kelas membosankan berjalan hingga bel makan siang berbunyi, MJ seketika dikerumuni oleh anak-anak yang lain bahkan hingga membuat peter tersingkir dari bangku miliknya sendiri.

"Hei, pete. Ayo makan siang" ajak evans

------------------------

saat makan siang tiba, evans dan peter berjalan Bersama menuju kantin. Mereka mengambil nampan makanan mereka dan duduk di meja seperti biasa. peter, seperti biasa mulai berbicara tentang proyek-proyek sainsnya, sementara ecans lebih banyak mendengarkan.

Suasana relative damai. Namun, suasana makan siang damai itu seketika berubah ketika Harry Osborn, putra seorang pengusaha terkenal Norman Osborn, datang Bersama rombongannya. Harry, yang dikenal sebagai pembully, berdiri di belakang peter dan tanpa aba-aba memukul kepalanya dengan keras.

"Hei, parker! Kamu masih sibuk bermain dengan mainan sainsmu itu?" ejek Harry, diikuti dengan tawa dari teman-temannya.

Peter tertunduk, wajahnya merah karena malu. Dan evans yang tidak tahan melihat temannya dipermalukan, meletakan sendoknya dan berdiri dari kursinya.

"cukup, Osborn. Tinggalkan kami" kata evans dengan nada dingin.

Harry terkekeh mendengar itu. "Oh, kamu mau jadi pahlawan sekarang? Apa yang akan kamu lakukan, Harrison?"

Tanpa banyak bicara, evans meraih tangan Harry yang mencoba mendorong peter sekali lagi. dengan gerakan cepat, ia memutar lengan Harry dan menjatuhkannya ke laintai. Teman-teman harry yang melihat itu mencoba menyerang, namun evans dengan mudah menghindari serangan mereka dan membalas dengan pukulan yang membuat mereka jatuh satu persatu.

Keributan itu menarik perhatian seluruh kantin. Guru-guru segera datang untuk melerai, tetapi saat mereka tiba Harry beserta rombongannya sudah babak belur dan tergeletak di tanah. Evans yang berdiri menatap mereka dengan dingin.

"Jangan perna mengganggu temanku lagi" katanya sebelum duduk kembali. Sedangkan peter, yang masih terkejut. Hanya bisa menatapnya dengan penuh rasa terima kasih.

Dan tidak lama setelah keributan itu, Evans dan harry di panggil ke ruang guru. Guru mereka, seorang pria tua berkacamata dengan nada serius, menatap mereka berdua secara bergantian.

"Aku tidak tau apa yang terjadi di kantin, tetapi perkelahian seperti ini tidak bisa diterima" kata guru itu tegas. "Harry, kamu seharusnya tidak memulai masalah dengan teman sekelasmu. Dan kamu, Evans, meskipun kamu membela temanmu, kekerasan bukanlah Solusi"

Evans yang menundukan kepalanya, berpura-pura menyesal. "Saya minta maaf, pak. Itu tidak akan terjadi lagi"

Namun di sisi lain, Harry yang masih kesal hanya mengangguk pelan tanpa mengatakan apa-apa. Dalam hatinya, evans merasa sangat puas denga napa yang telah ia lakukan. Jika harry berani mengganggu peter lagi. ia siap menghajarnya sekali lagi bahkan jika dia harus melawan ayah Harry, Norman Osborn.

Sisa sekolah hari itu berjalan dengan damai setelah insiden itu, banyak teman sekelas evans yang mulai menanamkan peringatan dihati mereka bahwa mereka tidak boleh membuat evans marah, sedang para siswi merasa bahwa tindakan evans yang keren.

Saat bel berbunyi tanda bahwa sekolah telah berakhir, evans langsung berjalan pulang menuju ke mansioannya. Dan sesampainya di rumah. Seperti biasa, ia mengganti pakaian dan langsung menuju Gym. Marcus instruktur bela dirinya, sudah menunggunya di sana.

"kamu tampak lebih semangat hari ini" kata marcus sambil tersenyum

Evans hanya menggangguk. "ada sedikit insiden di sekolah tadi"

"Ah, cerita itu nanti saja. Sekarang, mari kita lihat sejauh mana latihanmu berkembang" kata marcus.

Latihanpun dimulai dengan sesi pemanasan. Setelah itu, mereka beralih ke sparring. Marcus, meskipun sudah berusia paruh baya, masih sangat gesit dan kuat. Ia melancarkan serangan bertubi-tubi, mencoba menekan evans.

Namun, evans di sisi lain tetap tenang. Ia menghindar dengan cepat, membaca gerakan marcus dengan cermat, dan mencari celah untuk menyerang balik. Dan dalam waktu singkat, sekali lagi ia berhasil menjatuhkan marcus ke matras.

"kamu semakin hebat saja. Aku bangga padamu, evans" kata marcus tertawa sambil bangkit.

"terima kasih, marcus. Tapi aku masih perlu banyak belajar lagi"

------------------------------------

Setelah latihan, evans menikmati makan malam mewah yang telah disiapkan oleh pelayannya. Hidangan itu terdiri dari steak, kentang panggang, dan salad segar. Pelayan, yang datang secara berkala untuk membersihkan rumah dan memasak, memastikan bahwa evans selalu mendapatkan makanan bergizi.

"makan malamnya luar biasa, seperti biasa" kata evans kepada pelayan itu, yang hanya membalas dengan senyuman lembut.

Usai makan malam, evans berjalan menuju labolatoriumnya. Ruangan itu telah menjadi tempat favorit keduanya setelah perpustakaan, di mana ia bisa menyalurkan ide-ide kreatifnya tanpa gangguan.

Didepan computer utama, evans melanjutkan pengemabangan ARES. Malam itu, ia fokus memperbaiki sistem komunikasi AI-nya agar lebih responsive dan intuitif.

"Ares, mari kita coba modul baru ini" kata evans sambil mengetik

Layar computer menyala, menampilkan animasi laba-laba. "sistem modul diaktifkan. Siap untuk pengujian, bos"

"bagus. Sekarang, beri aku analisis tentang komponen pelacak yang aku buat minggu lalu"

Dalam hitungan detik, Ares menampilkan data lengkap di layar. Evans mengangguk pelan, merasa senang dengan kemajuan yang telah di capainya. Malam itu, ia berkerja hingga larut, memastikan setiap detail pada Ares dan gadgetnya sempurna. Dalam hatinya, ia tahu bahwa semua ini hanyalah awal. Dunia di luar sana penuh dengan tantangan, dan ia harus siap menghadapi semuanya.