Chereads / I'M Spider-Man / Chapter 3 - Chapter 3

Chapter 3 - Chapter 3

1 tahun 3 bulan telah berlalu sejak arka, yang kini dikenal sebagai Evans Harrison, terbangun di tubuh barunya. Waktu yang berlalu memberinya kesempatan untuk sepenuhnya menyesuaikan diri dengan kehidupannya yang baru di dunia ini.

Dan pada usia 9 tahun. Evans sudah jauh melampaui anak-anak seusiannya, baik secara fisik maupun intelektual.

Pagi itu, sinar matahari yang lembut menembus jendela besar dikamarnya. Evans terbangun dengan rutinitas yang sudah tertanam kuat di dalam dirinya. Ia mengenakan pakaian olahraga sederhana, lalu berjalan menuju Gym pribadi yang terletak di salah satu sayap rumahnya. Gym tersebut dilengkapi dengan berbagai peralatan modern seperti treadmill, dumbel, hingga alat-alat kekuatan yang di rancang untuk orang dewasa, tetapi dapat ia gunakan dengan penyesuaian.

Evans memulai latihannya dengan berlari di treadmill, meningkatkan intensitasnya secara perlahan. Setelah 15 menit, ia beralih ke latihan kekuatan dengan dumbel kecil, dilanjutkan dengan pull up, push-up, dan plank. Latihan ini menjadi bagian dari rutinitas harian yang membantu membentuk tubuh kecilnya menjadi lebih kuat dan tahan lama.

Ia menyadari pentingnya fisik yang prima untuk menunjang rencana besar di masa depan.

Setelah menyelesaikan sesi latihan hariannya. Evans membersihkan diri di kamar mandi sebelum melanjutkan aktivitas lainnya, hari ini adalah hari minggu membuatnya tidak perlu untuk menghadiri sekolah yang menurutnya membosankan.

Evans berjalan menuju perpustakaan pribadinya, tempat yang telah menjadi surga baginya. Rak-rak tinggi yang dipenuhi buku membentuk labirin ilmu pengetahuan yang tiada habisnya. Selama setahun terakhir, evans menghabiskan Sebagian besar waktunya di sini, membaca berbagai buku yang berfokus pada teknologi, fisika, biologi, dan bahkan tentang kimia.

Jika di perhatikan di sudut meja bacanya, terdapat beberapa catatan yang telah ia tulis selama ini. Coretan tangan kecil memenuhi kertas-kertas itu- diagram sirkuit sederhana, teori tentang mekanika kuantum, dan ide-ide tentang desain alat canggih.

"Pagi ini aku akan menyelesaikan bab tentang nanoteknologi" gumam evans sambil mengambil sebuah buku tebal dengan sampul hitam. Ia duduk di kursinya, membuka halaman, dan mulai membaca dengan antusias.

Pikirannya evans sudah jauh melampaui usianya, berkat kombinasi dari kemampuan belajar cepat yang diberikan dewa dan dedikasi pribadinya untuk mempelajari dunia ini.

Bab yang ia baca membahas konsep dasar nanoteknologi- partikel yang diukur dalam skala nanometer, Teknik fabrikasi molekuler, dan potensi penerapan di bidang medis hingga teknologi militer. Evans membaca dengan seksama, memperhatikan setiap detail yang disebutkan. Ia terpesona oleh ide bahwa mesin-mesin mikroskopis ini dapat digunakan untuk memperbaiki tubuh manusia dari dalam atau membangun struktur kompleks dengan presisi luar biasa.

"jika aku bisa memahami ini sepenuhnya, aku bisa menciptakan sesuatu yang luar biasa, terutama dalam kostumku" gumamnya sambil mencatat pion-poin penting. Ia membayangkan bagaimana nanoteknologi bisa digabungkan dengan alat pengaman yang sedang ia rancang, menciptakan perangkat yang tidak hanya bisa melindugi tetapi juga mempu memperbaiki secara otomatis.

--------------------------------------

Meski rumah Evans begitu besar, dengan ruangan-ruangan megah yang jarang digunakan, ada satu tempat yang menjadi pusat perhatian Evans, ruang bawah tanah. Selama berbulan-bulan, ia telah bekerja keras untuk mengubah ruang bawah tanah yang awalnya kosong menjadi laboratorium rahasia yang sesuai dengan visinya.

Labolatorium itu adalah hasil rancangan evans sendiri. Dengan memanfaatkan kekayaan keluarga Harrison, ia memesan konstruksi dari berbagai Perusahaan tanpa menarik perhatian. Ia memastikan bahwa semua proses dilakukan secara anonym, memecah proyek menjadi bagian-bagian kecil sehingga tidak ada yang tahu tujuan akhirnya.

Dan dalam waktu singkat, ruang bawah tanah itu berubah menjadi pusat teknologi yang luar biasa.

Dinding-dinging laboratorium itu dilapisi dnegan bahan peredam suara, memastikan bahwa semua kegiatan didalamnya tidak akan terdengar dari luar. Di sudut ruangan, terdapat meja kerja besar yang dipenuhi dengan berbagai alat-alat canggih, solder, osiloskop, printer 3D, dan berbagai perangkat elektronik lainnya. Rak-rak disekelilingnya diisi dengan berbagai bahan-bahan kimia, logam, dan komponen-komponen kecil yang akan ia gunakan untuk eksperimen.

Dan saat ini evas Tengah berdiri di Tengah laboratorium itu, menatap ruangannya dengan rasa puas dan bangga. Ia telah merancang setiap detail ruangan ini, dari tata letak hingga sistem ventilasi yang canggih. Bahkan, ia telah memasang computer utama yang terhubung ke jaringan internet terenkripsi. Computer ini adalah pusat dari semua penelitiannya, tempat ia menyimpan semua data, desain, dan ide-idenya.

"Hari ini aku akan mulai merancang prototipe alat pengaman otomatis" katanya sambil menyalakan computer utama. Layar besar di depannya menyala, menampilkan berbagai folder dengan label seperti "Proyek 1", "Eksperimen", dan "Desain Gadget"

Evans membuka salah satu folder dan mulai bekerja. Jari-jarinya yang kecil tetapi cekatan mencari di atas keyboard, merancang skema perangkat baru yang ia bayangkan. Perangkat ini, menurut rencanannya, akan menjadi alat pengaman portable yang mempu mendeteksi ancaman dan memberikan peringatan dini.

"Jika aku bisa menyelesaikan ini, aku akan punya sesuatu yang benar-benar berguna" pikirnya sambil menambahkan detail pada desain itu. Beberapa jam berlalu tanpa ia sadari, hingga perutnya mengeluarkan suara lapar.

Evans mengambil jeda dan naik ke dapur. Di sana, meja makan telah diisi dengan makanan lezat yang disiapkan oleh pelayan keluarga. Pelayan itu adalah salah satu dari sedikit orang yang secara berkala datang untuk memasak, membersihkan mansion, dan memastikan bahwa mansion tetap dalam kondisi prima.

Evans duduk dan menikmati makanannya sambil sesekali mengamati daftar agenda yang ia buat di kepalanya.

Dan setelah selesai makan, ia menyempatkan diri untuk memeriksa kondisi Perusahaan ayahnya secara rahasia. Menurut surat wasiat ayahnya, ia akan mengambil alih Perusahaan perangkat lunak itu ketika berusia 17 tahun. Evans tahu bahwa Perusahaan itu adalah asset besar, dan ia ingin memastikan bahwa semuanya berjalan lancar hingga saatnya tiba.

Apalagi evans telah memikirkan berbagai aplikasi dan perangkat lunak dari dunianya sebelumnya yang tidak ada di dunia ini.

Sore harinya, evans yang kini kembali ke labolatorium, ia mulai bekerja pada printer 3D untuk mencetak komponen pertama dari alat pengamannya. Mesin itu berdengung lembut saat ia memasukan data desainnya. Sementara menunggu, evans mengambil buku catatan kecil dan mulai menulis ide-ide baru yang muncul di kepalanya.

"Mungkin aku juga bisa membuat drone kecil untuk membantu patroli di sekitar rumah, kalau-kalau ada sesuatu yang mencurigakan" tulisanya. "atau mungkin alat komunikasi rahasia yang terhubung langsung dengan perangkat lain di labolatorium"

Ide-ide itu terus mengalir, dan evans merasa semakin percaya diri dengan kemampuannya. Ia tahu bahwa semua ini hanyalah awal dari perjalanan panjangnya. Marvel universe adalah tempat yang penuh dengan pahlawan dan ancaman, dan ia ingin memastikan bahwa dirinya siap untuk menghadapi apapun yang datang.

Saat malam tiba, Evans mematikan semua alat di laboratorium dan naik kembali ke kamarnya. Tubuh kecilnya mulai merasa lelah setelah hari yang panjang. Ia merebahkan diri di tempat tidur besar itu, menatap langit-langit kamar sambil merenungkan semua yang telah ia capai sejauh ini.

"Aku punya tujuan di dunia ini," katanya pada dirinya sendiri. "Aku akan membuat perbedaan. Dan saat waktunya tiba, aku akan siap untuk mengambil tanggung jawab itu… menjadi spider-man."

Dengan pikiran itu, Evans menutup matanya, membiarkan tubuhnya beristirahat untuk hari baru yang penuh tantangan dan peluang. Dalam kegelapan malam, ia bermimpi tentang masa depan, tentang teknologi yang ia ciptakan, dan tentang perjalanan yang akan membawanya menuju takdir yang telah menunggunya.