Chereads / Pembantaian Nirwana / Chapter 4 - 04. Ujian

Chapter 4 - 04. Ujian

Li Xing terhuyung di tengah pusaran angin yang semakin kuat, namun ia tidak menyerah. Setiap serangan yang ia lepaskan ke arah angin itu seperti mengalir ke dalam kekosongan, tak mampu mengganggu kekuatan luar biasa yang dikeluarkan oleh pria tua itu. Rasa lelah mulai menyergap tubuhnya, namun dalam hatinya, ada satu dorongan yang terus menguatkan dirinya: Ia tidak bisa kalah. Tidak sekarang. Tidak lagi.

Setiap helaan napas terasa berat, setiap gerakan terasa semakin lambat, namun Li Xing tetap berusaha. Ia mengingat Yi Lan, wajahnya yang tersenyum penuh cinta, dan bagaimana mereka berjanji untuk saling melindungi. Kenangan itu membuat rasa sakit di hatinya semakin tajam, namun juga memberi kekuatan. Ini bukan hanya untuk membalaskan dendam, ini untuk menghormati apa yang telah hilang.

Dengan sisa kekuatan yang ia miliki, Li Xing mengumpulkan seluruh energi spiritualnya. Ia tidak lagi hanya mengandalkan fisiknya atau kekuatan permukaan yang selama ini ia gunakan. Kali ini, ia berfokus pada kedalaman spiritual yang ada di dalam dirinya, memusatkan energi dari dalam jiwanya. Sebuah cahaya biru muda mulai mengelilingi tubuhnya, menggantikan aura gelap yang tadi. Ia memanggil kekuatan Dao yang ada di dalam dirinya, yang selama ini tersembunyi sesuatu yang lebih dalam, lebih kuat.

Tiba-tiba, pusaran angin berhenti. Semua keheningan itu mengisi udara, dan Li Xing merasakan kekuatan yang mengalir dari dalam dirinya. Di depannya, pria tua itu kini menatapnya dengan tatapan penuh kekaguman, meskipun masih ada ketegasan yang tak terbantahkan di matanya.

"Kau... kau telah berkembang lebih cepat daripada yang ku kira," kata pria itu, suaranya kini lebih lembut, namun tetap mengandung berat yang dalam. "Namun ini baru permulaan. Kekuatan sejati bukan hanya soal kemampuan untuk bertarung, tetapi untuk mengendalikan dirimu saat semua yang ada di sekitarmu berusaha menjatuhkanmu."

Li Xing menghela napas, tubuhnya masih gemetar karena sisa-sisa energi yang baru saja dikeluarkannya. Ia merasa lelah, namun dalam kelelahannya itu, ada perasaan baru yang tumbuh keyakinan pada diri sendiri. Ia sudah merasakan sedikit dari kekuatan yang selama ini ia cari. Ini baru permulaan, tetapi ia tahu bahwa ia berada di jalur yang benar.

"Apa yang harus aku lakukan selanjutnya?" tanya Li Xing, matanya penuh dengan tekad yang tak tergoyahkan. Ia ingin lebih, ia ingin mengerti lebih banyak tentang kekuatan yang baru saja ia rasakan.

Pria tua itu tersenyum samar, lalu melangkah ke samping dan mengangkat tangannya ke udara. "Kekuatan yang kau cari, tidak akan datang begitu saja. Itu membutuhkan pengorbanan, pengujian, dan banyak sekali perjuangan. Dunia ini penuh dengan bahaya yang tidak bisa kau bayangkan. Jika kau ingin menjadi yang terkuat, kau harus siap menghadapi semuanya, baik itu musuh, lingkungan, maupun dirimu sendiri."

Li Xing mengangguk, tanpa ragu sedikit pun. Ia tahu bahwa untuk menjadi yang terkuat, ia harus berjuang tanpa henti, melampaui batas-batas yang selama ini mengikatnya.

Pria tua itu menatap Li Xing dengan tajam, lalu melangkah mundur sedikit. "Ikuti aku," katanya singkat.

Li Xing mengikuti pria itu tanpa banyak bicara. Ia tahu, setiap langkah yang diambilnya adalah pelajaran yang akan membentuk dirinya menjadi lebih kuat, menjadi lebih bijaksana. Mereka berjalan melewati jalan setapak yang berliku, menuju ke sebuah tempat yang lebih terpencil di dalam Taman Langit. Di tempat itu, Li Xing bisa merasakan udara semakin berat, dan ketegangan semakin terasa.

Setelah beberapa saat, mereka tiba di sebuah altar batu yang tampak sudah sangat tua. Batu-batu di sekitarnya dihiasi dengan simbol-simbol kuno yang memancarkan aura kekuatan yang sangat kuat. Li Xing merasa tubuhnya merinding saat menginjakkan kaki di dekat altar itu. Rasanya seperti ada sesuatu yang menunggu untuk menguji dirinya.

Pria tua itu berdiri di depan altar, menatap Li Xing dengan serius. "Inilah tantangan kedua yang harus kau hadapi," katanya. "Di sini, kau akan diuji oleh alam itu sendiri. Alam ini tidak akan membiarkan siapa pun yang tidak layak untuk memperoleh kekuatan sejati. Hanya mereka yang mampu mengatasi ujian ini yang akan berhasil."

Li Xing merasakan jantungnya berdegup kencang. Ia tahu bahwa ini bukanlah ujian yang mudah. Setiap kekuatan yang ia temui sejauh ini selalu memiliki harga, dan kali ini, ia merasa ada sesuatu yang jauh lebih besar yang harus dihadapi.

Pria tua itu mengangkat tangannya, dan seketika itu juga, aura alam yang sangat kuat mulai berkumpul di sekitar altar. Li Xing merasakan kekuatan yang luar biasa, seolah alam semesta sendiri sedang menekan tubuhnya. Rasanya seperti ada ribuan tangan tak terlihat yang mengikat tubuhnya, menekan jiwanya, berusaha membuatnya menyerah. Namun, Li Xing tidak mau mundur. Ia harus bertahan, ia harus mengatasi ujian ini.

"Ketahuilah, Li Xing," kata pria tua itu dengan suara berat, "Alam ini menguji sejauh mana kau dapat mengendalikan kekuatan yang ada dalam dirimu. Tidak hanya fisik, tetapi juga hati dan pikiranmu. Ujian ini akan mengungkap siapa dirimu yang sebenarnya."

Li Xing menggertakkan giginya, menahan tekanan yang semakin kuat. Namun, di dalam hatinya, ada satu keyakinan yang tumbuh semakin besar. Ia tidak bisa menyerah. Tidak setelah semua yang telah terjadi. Ia harus membalaskan dendamnya. Ia harus menjadi yang terkuat.

Dengan penuh tekad, Li Xing memusatkan semua kekuatan yang ada di dalam dirinya, memfokuskan energi Dao yang kini semakin murni. Ia merasakan setiap tekanan yang datang dari alam, namun ia tidak membiarkannya mengalahkan dirinya. Ia bertekad untuk mengendalikan kekuatan ini, menghadapinya dengan segala yang dimilikinya.

Pria tua itu tersenyum tipis, melihat keteguhan hati Li Xing. "Kau sudah mulai mengerti, pemuda. Jangan pernah melupakan satu hal kekuatan sejati datang dari pengendalian diri, dari kesadaran tentang siapa dirimu sebenarnya."

Namun, di balik senyum pria tua itu, ada satu hal yang tak bisa Li Xing mengerti apa sebenarnya ujian ini? Apa yang sesungguhnya tersembunyi di dalamnya? Dalam hatinya, ada rasa penasaran yang semakin dalam, yang mendorongnya untuk terus maju.

Udara di sekitar altar semakin tebal, semakin padat, seolah-olah seluruh dunia mengikutinya. Setiap napas Li Xing terasa semakin berat, dan ia bisa merasakan setiap otot dalam tubuhnya mulai terkoyak oleh tekanan yang datang dari alam. Kekuatan yang menekan tubuhnya begitu kuat, dan ia bisa merasakan bahwa semakin lama ia bertahan, semakin besar pula ujian yang harus ia hadapi.

Li Xing tahu bahwa ini adalah ujian yang akan mengungkapkan sejauh mana ia mampu mengendalikan kekuatan Dao yang ada dalam dirinya. Namun, tekanan itu bukan hanya datang dari luar. Semakin dalam ia menyelami perasaan dan pikirannya, semakin banyak rasa takut dan keraguan yang muncul. Kehilangan Yi Lan masih terasa begitu nyata, menyelubungi hatinya dengan rasa sakit yang tak terlukiskan.

"Jangan biarkan kenangan itu menghancurkanmu, Li Xing," kata suara dalam pikirannya, suara yang muncul entah dari mana. "Kekuatan sejati datang bukan hanya dari keinginan untuk membalaskan dendam, tetapi dari kemampuan untuk melepaskan masa lalu dan berfokus pada masa depan."

Li Xing menggigit bibirnya. Ia tahu apa yang dimaksud dengan suara itu. Kenangan tentang Yi Lan adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, kenangan itu memberinya motivasi untuk berjuang, namun di sisi lain, itu juga mengikatnya pada masa lalu, pada rasa kehilangan yang tak tertahankan.

Dengan keras kepala, ia menutup matanya dan mengusir kenangan itu. "Aku tidak akan terhanyut dalam kesedihan," bisiknya kepada dirinya sendiri. "Aku akan menjadi lebih kuat, lebih dari apa yang pernah mereka bayangkan. Aku akan menjadi penguasa dari takdirku sendiri."

Ia memusatkan perhatian sepenuhnya pada aliran energi Dao di dalam tubuhnya, mengabaikan rasa sakit dan tekanan dari dunia luar. Sekarang bukan saatnya untuk menyerah. Ia bisa merasakan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang lebih kuat dari sebelumnya. Ia menekan lebih dalam, menyalurkan seluruh kekuatan spiritualnya ke dalam medan energi yang terbentuk di sekelilingnya.

Tiba-tiba, suasana di sekitar altar berubah. Dari dalam jiwanya, Li Xing merasakan ledakan kekuatan yang begitu kuat, namun terkendali. Sebuah pusaran energi spiritual berputar di sekitar tubuhnya, membentuk spiral yang semakin lama semakin besar. Cahaya biru yang tadi mengelilinginya kini menjadi lebih terang, berkilauan seperti bintang-bintang yang bersinar di malam yang gelap.

Pria tua itu berdiri tak jauh darinya, menyaksikan dengan penuh perhatian. Senyum tipis muncul di wajahnya, tanda bahwa ia mulai melihat potensi besar dalam diri Li Xing. Namun, pria itu tidak berkata-kata, hanya mengamati dengan seksama.

Li Xing merasakan setiap serat tubuhnya terhubung dengan alam semesta, seolah-olah ia menjadi satu dengan segala sesuatu di sekelilingnya. Ia merasakan kekuatan Dao yang ada dalam dirinya kini mengalir tanpa hambatan, dengan sempurna. Inilah yang disebut dengan kekuatan sejati bukan sekadar kekuatan fisik, tetapi kekuatan batin yang menghubungkannya dengan dunia ini, dengan alam semesta yang tak terbatas.

Namun, ujian ini belum berakhir. Li Xing bisa merasakan bahwa tekanan itu semakin meningkat, semakin luar biasa. Semakin ia berusaha menguasai kekuatan dalam dirinya, semakin kuat tekanan yang datang dari alam. Setiap bagian tubuhnya terasa seperti dihancurkan, seolah-olah ia harus memilih untuk melepaskan sesuatu apakah ia akan tetap bertahan, atau menyerah pada rasa sakit yang terus datang?

Keringat membasahi wajahnya, dan tubuhnya mulai gemetar. Namun, ada satu hal yang tidak bisa dihentikan tekad dalam hatinya. Ia tidak akan menyerah. Tidak sekarang. Tidak pernah.

"Jangan menyerah!" seru suara dalam hatinya, lebih kuat daripada sebelumnya. Itu adalah suara hatinya sendiri, suara yang mengingatkannya akan tujuannya, pada tekad yang lebih besar dari apapun.

Dengan sekuat tenaga, Li Xing melawan tekanan itu, mengendalikan setiap aliran energi yang mengalir dalam dirinya. Ia merasakan tubuhnya mulai terangkat, seolah-olah ia tidak lagi terikat oleh bumi. Ia terbang dalam aliran energi, bergerak lebih bebas daripada sebelumnya, seolah-olah ia telah melewati batasan tubuh fisiknya.

Beberapa detik kemudian, seluruh dunia di sekitarnya berhenti. Suasana menjadi tenang, dan hanya ada suara napas Li Xing yang berat dan terdengar jelas di telinganya. Kekuatan itu, yang sebelumnya menekan tubuhnya, kini menjadi bagian dari dirinya. Ia merasakan ketenangan yang luar biasa, seperti telah mencapai puncak dari segala pencapaian. Namun, ia tahu, ini hanyalah awal dari perjalanan yang lebih panjang.

Pria tua itu akhirnya berbicara, suaranya dalam dan penuh arti. "Kau telah melewati ujian pertama, Li Xing. Kekuatanmu tidak hanya berasal dari teknik atau fisik, tetapi dari kedalaman hatimu. Namun, ini baru permulaan. Apa yang telah kau capai saat ini hanyalah landasan untuk perjalanan yang jauh lebih berat."

Li Xing membuka matanya dan menatap pria tua itu. Wajahnya masih basah dengan keringat, namun matanya penuh dengan tekad yang lebih besar dari sebelumnya. "Aku siap," jawabnya dengan suara tegas, meskipun tubuhnya terasa lelah. "Aku akan terus berjuang. Aku akan mengalahkan semua yang menghalangiku."

Pria tua itu mengangguk perlahan, lalu membalikkan tubuhnya. "Ikuti aku," katanya. "Ujian yang sesungguhnya dimulai sekarang."

Li Xing mengikutinya tanpa ragu. Kini, ia tahu bahwa kekuatan yang ia miliki bukan hanya untuk membalaskan dendam, tetapi untuk menguasai nasibnya sendiri untuk melampaui batasan-batasan yang pernah mengikatnya. Ia siap menghadapi apapun yang datang, apapun yang menghalanginya.