Li Xing berdiri, napasnya berat, tubuhnya gemetar karena kelelahan, tetapi matanya tetap terbakar dengan tekad. Meski energi Dao dalam dirinya mulai berkurang, rasa sakit dan kelelahan tak mampu meruntuhkan semangat yang telah ia bangun selama ini. Li Shan, meskipun sedikit terguncang, tampak tidak terpengaruh oleh serangan Li Xing yang barusan. Bahkan, senyum dinginnya tetap terukir di wajahnya, seolah-olah pertarungan ini hanyalah permainan kecil yang bisa dimenangkan dengan mudah.
"Bagus sekali," Li Shan berkata, matanya menyala dengan rasa kagum yang sinis. "Ternyata, kau lebih kuat daripada yang aku kira. Tapi kekuatanmu masih jauh dari cukup untuk mengalahkan aku."
Li Xing menatapnya dengan tajam, darah yang mengalir dari luka-lukanya mulai mengering. Ia bisa merasakan energi gelap yang mengalir di udara, memengaruhi segala sesuatu yang ada di sekitar mereka. Tentu saja, Li Shan memiliki keuntungan besar dengan kekuatan itu kekuatan yang lahir dari penderitaan dan pengorbanan, yang telah mengubahnya menjadi sosok yang tak kenal takut.
"Jika itu yang kau pikirkan, berarti kau belum cukup mengenalku," jawab Li Xing dengan suara yang hampir tak terdengar, tetapi penuh dengan ancaman.
Li Shan tertawa pelan, lalu mengangkat tangannya ke udara. "Kekuatan itu datang dengan harga, Li Xing. Kami yang telah mengarungi jalan penderitaan ini tahu betul apa artinya kehilangan. Dan kau... kau masih naif. Kau pikir dengan sedikit kekuatan Dao dan sedikit pelatihan, kau bisa mengalahkan sekte yang telah ada selama berabad-abad?"
Li Xing tidak menghiraukan kata-kata itu. Ia sudah tahu bahwa ini bukan hanya pertarungan fisik, tetapi ujian terhadap segala yang ia percayai. Kekuatan Dao yang ia gunakan adalah wujud dari pemahaman tentang alam semesta yang lebih dalam tentang keseimbangan, tentang keteguhan, dan tentang tekad yang tak tergoyahkan. Namun, apa yang dihadapi kini adalah kekuatan yang berhubungan dengan penderitaan, sebuah kekuatan yang lahir dari kedalaman jiwa yang gelap.
Dengan gerakan cepat, Li Shan meluncurkan serangan berikutnya. Serangan itu bukan hanya mengandalkan kekuatan fisik, tetapi juga mengalirkan energi yang menguasai pikiran dan perasaan. Li Xing merasakan adanya tekanan pada kesadarannya sebuah kekuatan yang mencoba merobohkan ketenangan dalam dirinya. Energi gelap itu mengancam untuk merasuki pikirannya, untuk menaklukkannya dari dalam.
Li Xing menutup matanya sejenak, mengingat ajaran yang pernah diterimanya tentang bagaimana menghadapi kekuatan yang berasal dari jiwa. Ia menarik napas dalam-dalam dan mengumpulkan sisa-sisa energi Dao yang ada dalam tubuhnya. Dalam hati, ia berdoa kepada kekuatan alam semesta, kepada keberanian yang telah membawanya sejauh ini. Ini adalah saat yang akan menentukan, apakah ia bisa mengatasi bayang-bayang yang mencoba merasuki dirinya.
Setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, Li Xing membuka matanya. Cahaya putih berkilau di sekeliling tubuhnya, menyinari kegelapan yang mencoba menyelimuti dunia. Energi Dao yang murni berputar di dalam tubuhnya, mengalir lebih kuat dari sebelumnya. Li Shan, yang sedang memusatkan energi gelapnya, tiba-tiba merasakan gelombang perlawanan yang luar biasa.
Dengan cepat, Li Xing melompat ke depan, menggunakan teknik yang telah ia latih dengan keras selama bertahun-tahun. Tubuhnya bergerak dengan kelincahan yang tak tertandingi, serangan Li Shan melewatkan tubuhnya, dan dalam sekejap, Li Xing sudah berada di belakangnya. Tanpa memberi kesempatan, ia melancarkan serangan balik dengan kecepatan yang luar biasa.
Gelombang energi yang ditimbulkan oleh serangannya menyebar ke seluruh medan pertempuran, menciptakan dentuman yang mengguncang tanah. Li Shan terkejut, tubuhnya terhuyung mundur untuk pertama kalinya. Wajahnya yang dingin mulai memudar, digantikan oleh ekspresi terkejut yang sangat jarang ia tunjukkan.
Li Xing tidak memberi ampun. Setiap serangan yang dilancarkannya mengandung kekuatan yang sangat terfokus. Ia tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik, tetapi juga kejelian dalam membaca pergerakan musuh, sebuah kecerdikan yang semakin terasah dalam dirinya. Li Shan mulai kesulitan mengimbangi gerakan cepat dan serangan tajam yang datang bertubi-tubi.
Namun, Li Shan bukanlah musuh yang mudah dikalahkan. Dengan cepat, ia mengerahkan seluruh kekuatan gelap yang ada dalam dirinya, menciptakan sebuah medan energi yang melindungi tubuhnya. Seluruh dunia seakan tertutup oleh bayangan hitam, dan udara menjadi semakin berat.
Li Xing terhenti sejenak, menyadari bahwa meskipun ia terus menyerang, Li Shan tetap mampu bertahan dengan kekuatan itu. Ia tahu bahwa dalam pertempuran ini, ia tidak bisa mengandalkan kekuatan fisik semata. Ia harus menggali lebih dalam lagi, menggali lebih jauh ke dalam dirinya, untuk menemukan sesuatu yang lebih besar dari apa yang telah ia miliki.
"Jika kau ingin mengalahkanku," Li Shan berkata, matanya penuh dengan penghinaan, "kau harus mengorbankan lebih banyak lagi. Kekuatan sejati hanya bisa ditemukan melalui penderitaan yang lebih besar."
Li Xing menggigit bibirnya, memusatkan perhatian pada Dao yang mengalir dalam dirinya. "Aku tidak akan mengikuti jalanmu. Kekuatan sejati bukan datang dari penderitaan, tapi dari pengendalian diri dan keberanian untuk menghadapi kegelapan tanpa menyerah padanya."
Dengan itu, ia meluncurkan serangan terakhir yang paling kuat yang pernah ia lakukan, menggabungkan seluruh kekuatan Dao yang ada dalam dirinya. Energi itu menyatu dalam satu titik, siap untuk menghancurkan apa pun yang ada di depannya.
Li Shan, yang merasa terancam, mencoba untuk menangkis serangan tersebut dengan seluruh kekuatan gelap yang ia miliki. Kedua kekuatan itu bertabrakan dengan dahsyat, mengguncang seluruh tempat di sekeliling mereka.
Dunia seakan berhenti, dan saat semuanya kembali, hanya ada satu yang bisa bertahan...
Saat dunia kembali bergerak, keheningan yang mencekam menyelimuti medan pertempuran. Li Xing terengah-engah, tubuhnya hampir roboh karena kelelahan, namun ada cahaya yang bersinar dari dalam dirinya, menguatkan setiap langkah yang diambilnya. Sementara itu, Li Shan terhuyung mundur, wajahnya terbalut rasa kaget dan kesakitan yang jarang sekali terlihat di wajahnya yang dingin.
Gelombang energi yang berasal dari tabrakan serangan mereka telah meninggalkan kerusakan parah pada medan sekitar. Tanah retak, pohon-pohon tumbang, dan langit yang tadinya cerah kini dipenuhi dengan awan gelap, seolah alam pun merasakan getaran dari kekuatan yang baru saja dilepaskan.
Li Shan menarik napas panjang, matanya yang sebelumnya penuh dengan rasa percaya diri kini menyiratkan ketegangan. Kekuatan gelap yang biasanya mengalir lancar dalam dirinya kini terasa sedikit terhambat, seolah ada sesuatu yang telah mengganggu alirannya. Ini adalah pertama kalinya ia merasakan hal ini dalam waktu yang sangat lama.
Li Xing berdiri tegak, meskipun tubuhnya terasa berat dan hampir tidak bisa bergerak, ia tahu bahwa ini adalah kesempatan yang langka. Peluang untuk mengakhiri pertarungan ini. Wajahnya yang penuh dengan luka dan darah tidak menutupi kenyataan bahwa ada api yang menyala di dalam dirinya sebuah tekad yang lebih kuat dari apa pun.
"Aku tahu," Li Xing berkata dengan suara yang hampir tak terdengar, namun penuh dengan keteguhan, "kau mengandalkan kekuatan gelap untuk melawan lawanmu. Tapi aku berbeda. Aku akan melawan dengan kekuatan yang ada dalam diriku, dan aku akan mengalahkanmu, tidak peduli seberapa kuat kekuatanmu."
Li Shan terdiam, sejenak merenung. Ia menyadari bahwa Li Xing bukanlah lawan biasa. Dalam diri pemuda ini, ada kekuatan yang berasal dari kedalaman jiwa, sesuatu yang tidak bisa dihancurkan oleh kekuatan gelap yang telah ia serap selama bertahun-tahun.
"Hmph," Li Shan mendengus, lalu mengangkat tangan. "Kau memang menarik, Li Xing. Tapi kau harus ingat bahwa kekuatan itu datang dengan harga yang besar. Apa yang akan kau korbankan untuk mencapai tujuannya?"
Li Xing tidak menjawab. Sebaliknya, ia memusatkan seluruh perhatiannya pada Dao dalam dirinya, merasakan setiap aliran energi yang mengalir melalui tubuhnya, setiap getaran yang terhubung dengan alam semesta. Ia tahu bahwa ini adalah ujian terakhir, ujian yang akan menentukan apakah ia bisa melampaui batas kemampuannya.
Serangan berikutnya datang begitu cepat, begitu mendalam, sehingga Li Shan tidak sempat menghindar. Namun, kali ini, bukan hanya tubuh fisik Li Xing yang bergerak. Jiwa dan ruhaninya turut terlibat dalam setiap gerakan. Tubuhnya memancarkan cahaya yang lebih terang, memantulkan sinar yang menyilaukan di sekitar mereka.
Li Shan terkejut, mengangkat kedua tangan untuk melindungi dirinya. Namun, serangan itu bukanlah sesuatu yang bisa ia tahan dengan mudah. Ada kekuatan yang lebih besar dari sekadar energi fisik, ada sesuatu yang lebih dalam kekuatan Dao yang mengalir dengan bebas, mengalir melalui alam semesta dan menghubungkan segala hal yang ada.
Saat energi itu mengenai Li Shan, seolah-olah seluruh tubuhnya dihantam oleh badai yang luar biasa. Dia terhuyung mundur, tubuhnya terseret oleh kekuatan yang tak terduga. Tidak ada tempat untuknya bersembunyi lagi. Gelombang kekuatan itu terus mendorongnya, menghancurkan setiap pertahanan yang ia bangun selama ini.
Li Shan, yang terkejut dengan serangan Li Xing, akhirnya terjatuh ke tanah. Wajahnya yang sebelumnya penuh dengan kebanggaan kini dipenuhi dengan ketegangan dan ketakutan yang nyata. Li Xing berdiri di atasnya, napasnya terengah-engah, tetapi matanya tetap tegas dan penuh dengan tekad.
"Ini belum berakhir," Li Shan berkata dengan suara yang tertahan, darah mengalir dari mulutnya. "Aku... tidak akan membiarkanmu menang begitu saja."
Namun, kata-katanya terdengar semakin lemah. Kekuatan gelap yang ia andalkan kini tampak berkurang, tidak lagi mampu menahan serangan yang datang dari Li Xing. Li Shan tahu bahwa ia telah meremehkan musuhnya, bahwa ada sesuatu dalam diri Li Xing yang lebih besar dari apa yang ia kira.
Li Xing menatapnya dengan mata penuh kebencian, tetapi juga penuh dengan pemahaman. Ia tahu bahwa ini adalah pertarungan yang lebih dari sekadar kekuatan fisik. Ini adalah pertarungan jiwa. Dan ia tidak akan membiarkan kekuatan gelap yang berakar dari penderitaan mengalahkannya. "Kekuatan sejati tidak datang dari penderitaan. Kekuatan sejati datang dari keberanian untuk bangkit, meskipun dunia menekan kita ke bawah."
Dengan itu, Li Xing melangkah maju, siap untuk menghancurkan sisa-sisa pertahanan yang ada. Di hadapannya, Li Shan hanya bisa menatapnya dengan keputusasaan, menyadari bahwa dia telah kehilangan. Namun, seperti yang selalu ia lakukan, ia mencoba mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya untuk satu serangan terakhir.
Namun, serangan itu tidak pernah datang. Sebuah kabut gelap yang melingkupi tubuh Li Shan perlahan menghilang, dan ia pun akhirnya terjatuh, terbungkam oleh kekuatan Li Xing yang luar biasa.
Li Xing berdiri di atas medan yang sunyi, merasakan keheningan yang mengisi udara di sekelilingnya. Kemenangan ini bukan hanya kemenangan fisik, tetapi juga kemenangan atas dirinya sendiri. Ia telah mengalahkan bagian dari dirinya yang dulu percaya bahwa penderitaan adalah jalan satu-satunya untuk mendapatkan kekuatan.