Medan pertempuran yang luas kini dipenuhi dengan keheningan. Angin berhembus perlahan, seolah alam semesta ikut merasakan akhir dari konflik yang baru saja terjadi. Li Xing berdiri dengan tubuhnya yang tercabik-cabik, napasnya berat, namun ada kilau yang berbeda dalam matanya. Kemenangan yang diraihnya bukan hanya sekadar kemenangan fisik lebih dari itu, ia merasakan perubahan yang mendalam dalam dirinya, sebuah kebangkitan yang memulai perjalanan baru.
Namun, kemenangan ini tidak memberikan kebahagiaan yang sejatinya ia harapkan. Setiap langkahnya terasa berat, karena meskipun Li Shan telah tumbang, dunia ini masih penuh dengan ancaman yang lebih besar. Setiap musuh yang ia hadapi, setiap konflik yang ia alami, terasa seperti rantai yang semakin mengikat dirinya ke dalam takdir yang suram.
Ia menatap langit yang gelap, merasakan hawa dingin yang mengalir dari angin yang menyapu dataran itu. Suasana yang seharusnya tenang kini terasa penuh dengan ketegangan yang mencekam, karena Li Xing tahu ini hanya permulaan.
Ketika ia berjalan dengan langkah yang mantap, sebuah bayangan bergerak di tengah kabut yang mulai turun. Li Xing berhenti, merasakan keberadaan makhluk lain yang mendekat. Instingnya tajam, dan ia segera mempersiapkan dirinya untuk kemungkinan serangan mendadak. Namun, alih-alih musuh, yang muncul adalah seorang pria tua dengan jubah hitam panjang yang sudah usang. Wajahnya dipenuhi kerutan, namun matanya yang tajam memancarkan kekuatan yang luar biasa.
Pria tua itu mendekat dengan tenang, seolah langkah kakinya tidak menginjak tanah, seolah dia melayang di atas permukaan bumi. Tidak ada suara yang keluar dari mulutnya, hanya pandangan matanya yang penuh dengan kebijaksanaan dan rahasia. Li Xing merasakan bahwa keberadaannya bukanlah sosok sembarangan ada aura yang sangat kuat yang mengelilinginya, sesuatu yang sangat familiar namun sulit dijelaskan.
"Apa yang kau cari, pemuda?" suara pria itu terdengar rendah dan dalam, namun tidak mengancam. Ada rasa hormat dalam kata-katanya, seolah dia mengakui Li Xing sebagai lawan yang layak.
Li Xing mengangkat alisnya, memperhatikan pria tua itu dengan penuh rasa ingin tahu. "Siapa kau?" tanya Li Xing, tidak ingin memberikan terlalu banyak informasi tentang dirinya tanpa mengetahui siapa lawan bicaranya.
Pria tua itu tersenyum samar, namun senyumannya tidak mengurangi ketegangan yang ada di antara mereka. "Aku bukan musuhmu, pemuda," jawabnya, "Aku hanya seorang pengembara, yang telah lama mengamati jalannya dunia."
Li Xing tetap tenang, meskipun hati kecilnya merasakan sesuatu yang tidak beres. "Apa maksudmu?" tanyanya, berusaha untuk tidak terprovokasi.
Pria itu menatapnya dengan tatapan yang tajam, namun penuh dengan kehangatan yang sulit dijelaskan. "Kekuatan yang kamu miliki bukanlah kekuatan biasa. Kau telah menapaki jalan yang penuh dengan ancaman, jalan yang tak terlihat oleh mata manusia biasa. Kekuatanmu datang dari sebuah perjalanan panjang, perjalanan yang akan membawa dirimu menuju takdir yang tak terhindarkan."
Li Xing terdiam, mencerna kata-kata pria itu. Ada kebenaran dalam ucapan orang tersebut, namun juga ada banyak teka-teki yang belum terpecahkan. "Jalan yang tak terlihat?" ucap Li Xing perlahan, "Apa yang kamu maksud?"
Pria tua itu tidak segera menjawab. Sebaliknya, ia melangkah maju dan berhenti di hadapan Li Xing. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, ia mengangkat tangannya, dan seketika itu juga, sebuah energi yang sangat besar mengalir di udara. Li Xing merasakan aliran energi tersebut menembus dirinya, seperti gelombang yang menyapu setiap sel dalam tubuhnya.
"Ini adalah kekuatan yang akan membimbingmu," ujar pria tua itu. "Kekuatan sejati tidak hanya datang dari pelatihan fisik atau spiritual. Kekuatan yang sebenarnya datang dari pemahaman tentang dunia ini, tentang takdir, dan tentang kekosongan yang ada dalam setiap kehidupan."
Li Xing merasakan pusing yang luar biasa, seperti ada sesuatu yang menarik dirinya ke dalam kekosongan yang dalam. Ia ingin melawan, namun tubuhnya terdiam, seolah energi pria itu menguasai segala aspek dirinya.
"Jalan yang tak terlihat adalah jalan yang penuh dengan pengorbanan. Jalan yang akan membawamu pada kekuatan sejati, namun pada saat yang sama, juga akan menguji dirimu hingga batas yang tak terbayangkan," lanjut pria itu, suaranya kini bergema di dalam benak Li Xing.
Li Xing berusaha untuk mengumpulkan kekuatannya, namun ada bagian dari dirinya yang mulai merasakan perasaan aneh. Perasaan yang selama ini ia hindari rasa takut. Bukan karena fisiknya yang terluka, bukan karena ancaman musuh yang datang, melainkan karena kenyataan bahwa jalan yang ia pilih tidak akan pernah mudah.
"Aku tidak takut," jawab Li Xing, meskipun suara hatinya mulai bergema dengan keraguan. "Aku tidak akan mundur."
Pria itu mengangguk perlahan, seolah menghargai keteguhan hati Li Xing. "Keteguhanmu adalah kunci, namun jangan terlalu sombong. Kekuatan sejati datang dengan pengertian yang lebih dalam. Jika kau ingin menjadi yang terkuat, kau harus siap kehilangan lebih banyak daripada yang kau kira.
Li Xing berdiri terpaku di tengah kabut yang perlahan menyelimuti medan pertempuran. Kabut itu membawa sensasi yang aneh, seperti memisahkan dirinya dari kenyataan sejenak. Namun, meskipun rasa kebingungannya semakin dalam, ada sesuatu yang lebih mendalam yang mulai terasa dalam dirinya. Energi yang baru saja diterima dari pria tua itu, entah itu ilmu atau kekuatan lainnya, berputar dalam dirinya seperti pusaran yang tak terkontrol.
Namun, meski kekuatan itu terasa sangat besar dan luar biasa, Li Xing tahu betul bahwa ada harga yang harus dibayar untuk itu. Setiap kekuatan memiliki konsekuensinya, setiap perjalanan menuju kekuasaan memerlukan pengorbanan. Dan itulah yang membuat perjalanan ini semakin menakutkan.
Pikirannya terus berputar tentang perkataan pria tua itu. "Kekuatan sejati datang dengan pemahaman tentang dunia ini, tentang takdir, dan tentang kekosongan yang ada dalam setiap kehidupan…" Kata-kata itu terus terngiang-ngiang, seolah menjadi mantra yang mengikat dirinya pada takdir yang lebih besar dari sekadar balas dendam atau kekuatan pribadi.
Setelah beberapa saat, Li Xing menarik napas dalam-dalam. Ia harus melanjutkan perjalanan ini. Meski jalan yang ia tempuh penuh dengan kabut dan ketidakpastian, ia tak bisa mundur. Kematian kekasihnya, yang menjadi pemicu dari semua ini, tetap menjadi beban yang tak terhapuskan. Rasa kehilangan itu terlalu dalam, terlalu menyakitkan untuk dilepaskan begitu saja. Namun, semakin ia berpikir tentang kekuatan yang telah ia terima, semakin ia merasa bahwa ada hal lain yang harus ia capai bukan hanya untuk membalaskan dendam, tetapi untuk memahami dirinya sendiri.
Tanpa sadar, ia berjalan menuju ujung medan pertempuran, ke arah hutan yang gelap dan sepi. Hutan ini penuh dengan energi yang gelap, penuh dengan ancaman yang tak terlihat. Namun, Li Xing merasa ada sesuatu yang memanggilnya ke sana. Sesuatu yang lebih besar dari sekadar rasa ingin tahu. Sesuatu yang terkait dengan tujuan yang lebih tinggi, yang belum sepenuhnya ia pahami.
Di dalam hutan yang sunyi, Li Xing berhenti sejenak. Dalam keheningan yang mencekam, ia mendengar suara langkah kaki yang datang mendekat. Instingnya langsung bereaksi, tubuhnya bergerak cepat, bersiap menghadapi kemungkinan serangan. Namun, kali ini yang muncul bukan musuh, melainkan seorang wanita muda dengan mata yang memancarkan cahaya biru yang tajam. Ia mengenakan pakaian tipis berwarna putih, dengan aura yang penuh misteri.
"Li Xing," kata wanita itu dengan suara lembut namun penuh dengan kekuatan. "Aku telah menunggumu."
Li Xing terkejut. Ia tidak mengenal wanita ini, namun ada sesuatu yang familiar dalam tatapannya. Wanita itu tidak tampak seperti musuh, namun juga tidak bisa dianggap remeh. Ada aura yang sangat kuat yang mengelilinginya sebuah aura yang bahkan Li Xing bisa rasakan meskipun ia belum tahu dari mana datangnya.
"Apa maksudmu?" tanya Li Xing dengan hati-hati, menilai setiap gerakan wanita itu. "Siapa kau?"
Wanita itu tersenyum, senyuman yang seolah mengandung ribuan rahasia yang tersembunyi. "Aku adalah seseorang yang telah mengamati perjalananmu. Seperti halnya yang telah kau dengar dari pria tua itu, jalanmu bukanlah jalan yang biasa. Kekuatan yang telah kau terima akan mengubah dirimu, dan takdirmu akan segera menuntutmu untuk memilih jalan yang akan kau tempuh."
Li Xing mengerutkan dahi. "Takdir? Jalan apa yang kau maksudkan?"
Wanita itu mengangguk, matanya yang biru bersinar dalam kegelapan hutan. "Takdir yang kau tempuh bukan hanya milikmu sendiri. Ada lebih banyak kekuatan yang akan datang, lebih banyak musuh yang akan menghadang. Dan meskipun kau telah menerima kekuatan yang besar, itu hanya sebagian kecil dari apa yang akan datang. Kekuatan yang sejati berasal dari pemahaman tentang kekosongan, tentang keseimbangan dalam alam semesta ini. Dan hanya dengan memahaminya, kau akan bisa mengatasi semua yang menghalangimu."
Li Xing merasa hatinya berdegup lebih cepat. Ada perasaan yang tidak bisa ia jelaskan, tetapi juga tidak bisa ia abaikan. Kata-kata wanita ini menyentuh sesuatu yang dalam dalam dirinya. Sebuah pengertian yang seolah-olah telah ada jauh di dalam jiwa, namun selama ini terkubur oleh rasa marah dan dendam.
"Jika kau ingin mencapai puncak, jika kau ingin menjadi yang terkuat, kau harus belajar mengatasi dirimu sendiri terlebih dahulu," lanjut wanita itu dengan nada serius. "Kekuatanmu akan terbuang sia-sia jika kau tidak tahu bagaimana menggunakannya. Semua yang kau lakukan setiap langkah yang kau ambil akan membentuk takdirmu."
Li Xing menatap wanita itu dengan tatapan tajam. "Lalu, apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku bisa mengendalikan kekuatanku dan melangkah lebih jauh?"
Wanita itu tersenyum kembali, namun kali ini senyumnya lebih mendalam, seperti seseorang yang tahu sesuatu yang lebih besar daripada sekadar jawaban yang sederhana. "Cobalah untuk memahami kekosongan. Cobalah untuk memahami dunia ini dan apa yang tersembunyi di baliknya. Ketika kau mengerti, kekuatanmu akan terbangun dengan sendirinya."
Dengan kata-kata itu, wanita itu menghilang begitu saja, seperti kabut yang menguap di udara. Li Xing berdiri sendirian di tengah hutan, namun pikirannya dipenuhi dengan keraguan dan kebingungan. Meskipun demikian, satu hal yang pasti perjalanannya tidak akan mudah. Kekuatan yang ia miliki bukanlah segalanya. Ia harus mencari pemahaman yang lebih dalam, dan itu hanya bisa ditemukan jika ia mau membuka dirinya pada dunia yang lebih besar dari apa yang pernah ia bayangkan.