Chereads / Pembantaian Nirwana / Chapter 10 - 10. Pertarungan Batin

Chapter 10 - 10. Pertarungan Batin

Li Xing berjalan dengan langkah mantap, meski pikiran dan perasaannya masih dipenuhi dengan berbagai tanda tanya. Wanita misterius yang baru saja ia temui, dengan kata-katanya yang membingungkan, meninggalkan kesan mendalam dalam dirinya. Kekuatan yang ia terima dari pria tua itu bukanlah akhir dari perjalanannya, melainkan awal dari sesuatu yang lebih besar dan lebih rumit. Ia harus mencari pemahaman lebih dalam mengenai kekosongan dan keseimbangan yang wanita itu bicarakan. Namun, untuk sampai ke sana, ia harus menghadapi lebih banyak rintangan, dan tidak sedikit dari rintangan itu akan mencoba menghalangi tujuannya.

Hari mulai menjelang senja ketika Li Xing keluar dari hutan. Cahaya matahari yang redup menyinari wajahnya, seolah menyampaikan pesan samar tentang perjalanan yang panjang dan penuh tantangan di depannya. Ia tahu bahwa ia berada di jalan yang benar, tetapi juga menyadari bahwa setiap keputusan yang ia ambil bisa membawa konsekuensi yang jauh lebih besar dari yang ia bayangkan.

Tak lama kemudian, ia sampai di sebuah desa kecil yang terletak di tepi pegunungan. Desa itu terlihat tenang, dengan rumah-rumah yang tersebar di sepanjang jalan berdebu. Tidak ada tanda-tanda kehidupan yang mencurigakan, tetapi Li Xing tahu betul bahwa desa seperti ini sering menjadi tempat persembunyian bagi orang-orang dengan tujuan gelap. Tentu saja, ia tidak menganggap desa ini sebagai tempat yang aman ia harus tetap waspada.

Di ujung jalan, sebuah kedai sederhana dengan papan kayu yang usang menarik perhatian Li Xing. Sebuah aroma harum dari dalam kedai tercium, membuat perutnya merengek lapar setelah perjalanan panjang. Namun, ia tahu bahwa kedai itu mungkin menyimpan lebih dari sekadar makanan. Mungkin ada informasi penting yang bisa diperolehnya di sini, atau bahkan, mungkin ada orang yang mengetahui lebih banyak tentang kekuatan yang sedang ia cari.

Li Xing memasuki kedai dengan hati-hati. Di dalam, suasana gelap, hanya diterangi oleh beberapa lentera yang menggantung di dinding. Di balik meja, seorang pria tua dengan janggut putih panjang sedang duduk, menatapnya dengan mata tajam yang penuh kewaspadaan. Tidak ada kata-kata yang terucap saat Li Xing duduk di salah satu kursi dekat meja, hanya tatapan penuh makna yang saling berbagi.

"Apakah kau mencari sesuatu?" tanya pria itu akhirnya, suaranya berat, namun tidak ramah.

Li Xing mengangguk, berusaha tetap tenang. "Aku sedang mencari informasi tentang kekuatan... Kekuatan yang lebih besar daripada yang biasa ditemukan. Apakah ada yang tahu sesuatu tentang itu?"

Pria tua itu mengamati Li Xing beberapa saat, seolah menilai apakah pemuda ini pantas untuk diberi jawaban. Setelah beberapa detik, ia akhirnya berbicara lagi. "Kekuatan yang kau cari bukanlah hal yang mudah didapat. Banyak yang mencarinya, tetapi sedikit yang mampu mengendalikannya. Kau datang ke tempat yang tepat, namun hanya jika kau siap untuk membayar harga yang setimpal."

Li Xing menatap pria itu, penasaran. "Harga apa yang dimaksud?"

Pria tua itu tersenyum tipis, namun senyum itu tidak mengandung kebaikan. "Harga kekuatan adalah pengorbanan. Setiap kekuatan besar memerlukan pengorbanan besar. Tidak hanya fisik, tetapi juga jiwa. Kau harus siap untuk kehilangan lebih banyak dari apa yang sudah hilang darimu."

Kata-kata itu terasa seperti peringatan, namun juga seperti tantangan. Li Xing tidak takut. Ia sudah kehilangan banyak hal dalam hidupnya, dan rasa kehilangan itu telah menjadi bagian dari dirinya. "Apa yang harus aku lakukan?" tanyanya dengan tegas.

Pria tua itu mengangkat bahunya, seolah tidak peduli dengan jawaban yang ia berikan. "Kekuatan sejati tidak datang dengan mudah. Tidak ada yang memberikannya tanpa alasan. Jika kau ingin menguasainya, kau harus menjalani ujian—ujian yang menguji keberanianmu, ketekunanmu, dan yang lebih penting lagi, kesetiaanmu pada tujuanmu."

Li Xing terdiam, memikirkan kata-kata pria itu. Ujian, pengorbanan semuanya terdengar seperti bagian dari takdir yang tak bisa dihindari. Namun, apakah ia sudah siap untuk menerima harga yang harus dibayar?

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar di luar kedai, mengganggu keheningan yang membungkus percakapan mereka. Li Xing merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Dengan insting tajamnya, ia segera berdiri dan menatap keluar melalui jendela kecil di sisi kedai. Di luar, beberapa sosok tampak berjalan mendekat. Mereka mengenakan jubah hitam, dengan tatapan yang gelap dan penuh niat buruk.

"Siapa mereka?" tanya Li Xing, tidak bisa menahan rasa curiga yang tumbuh dalam dirinya.

Pria tua itu mengerutkan kening, namun ekspresinya tidak menunjukkan rasa khawatir. "Mereka adalah pemburu pemburu yang sering datang ke sini untuk mencari orang-orang dengan kekuatan spesial. Jika kau tidak ingin mereka mengganggumu, lebih baik kau pergi sekarang."

Li Xing tidak perlu diberi peringatan dua kali. Tanpa ragu, ia segera melangkah keluar dari kedai dan menghilang dalam bayang-bayang malam. Sesuatu yang lebih besar sedang menunggu di luar sana, dan ia harus siap untuk menghadapinya. Namun, di dalam hatinya, satu hal tetap jelas jalan yang ia pilih akan dipenuhi dengan bahaya dan ujian, tetapi ia tidak akan mundur. Karena ia tahu, hanya dengan melewati ujian itu, ia akan bisa mencapai tujuan utamanya: menjadi yang terkuat di dunia ini, dan membalaskan dendam kekasihnya yang telah lama pergi.

Li Xing terdiam dalam keheningan gua. Perasaannya campur aduk, antara kemenangan yang tak sepenuhnya dirasakannya dan rasa bingung yang mulai menghimpit. Meskipun ia berhasil bertahan, pertempuran ini hanyalah sebagian kecil dari apa yang akan datang. "Penguji jalanmu," kata sosok itu. Begitu banyak yang masih belum ia mengerti, namun satu hal yang pasti ini bukan akhir, melainkan awal dari ujian yang lebih berat lagi.

Ia berjongkok, menurunkan tubuhnya untuk mengatur napas. Luka-luka di tubuhnya masih terasa nyeri, namun jauh di dalam dirinya ada perasaan kuat yang membara. Mungkin ini bukan tentang kekuatan fisik semata, tetapi tentang seberapa jauh ia mampu bertahan dalam menghadapi takdir yang semakin mengerikan.

Li Xing berdiri perlahan, dengan hati-hati meraba luka-lukanya yang mulai membekas. Meskipun terhuyung, ia tetap merasa bahwa ia harus terus maju. Mengingat tujuannya yang tidak bisa ditunda, ia kembali mengumpulkan energi spiritualnya, mengalirkan kekuatan yang dipelajarinya untuk mempercepat proses pemulihan tubuhnya.

Tak lama kemudian, ia mulai merasakan dampak dari latihan dan pembelajaran yang telah ia jalani. Energi spiritual yang sebelumnya terasa terhambat kini mulai mengalir lebih lancar, menyatu dengan tubuhnya. Itu adalah tanda bahwa ia sudah melangkah lebih jauh dari sebelumnya.

Namun, masih ada hal yang terus menggelayuti pikirannya: siapa sosok itu? Apa yang sebenarnya diinginkan oleh penguji itu? Dan lebih penting lagi, kenapa ia dibawa ke dalam ujian yang tampaknya tak ada habisnya?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus menghantui pikiran Li Xing, tetapi ia tahu bahwa jawabannya tak akan datang begitu saja. Yang bisa ia lakukan hanyalah terus maju, menghadapi setiap rintangan dengan tekad yang tak tergoyahkan.

Melangkah keluar dari gua, Li Xing menatap langit malam yang pekat, seolah menanti bintang-bintang memberi petunjuk. Namun, di atas sana, hanya ada kegelapan yang tak berujung, seperti perjalanan yang harus ia jalani.

Di kejauhan, sebuah suara menyapa telinganya. Terdengar langkah kaki yang mendekat, dan di antara kabut, siluet seorang wanita muncul. Dengan gerakan gesit, Li Xing langsung menyiapkan diri, tetapi wanita itu berhenti tepat di depan dirinya.

"Ternyata kau masih hidup," suara wanita itu terdengar tenang namun penuh teka-teki. "Aku sudah menduga kau akan bertahan, meskipun tidak banyak yang tahu apa yang sebenarnya ada di balik perjalananmu."

Li Xing menatap wanita itu dengan waspada. Ia tak mengenalnya, tetapi ada sesuatu yang familiar dalam aura yang dipancarkan oleh wanita itu. Kekuatan spiritual yang kuat, namun tersembunyi dengan sangat rapi.

"Siapa kau?" tanya Li Xing, suaranya dingin namun terkontrol. Ia tidak ingin mengambil resiko menghadapi ancaman yang tidak dikenalnya.

Wanita itu tersenyum samar. "Nama aku Feng Xiu, dan aku datang untuk memberi tahu kamu satu hal takdirmu tidak akan seperti yang kamu bayangkan."

Li Xing menyipitkan matanya, merasakan sesuatu yang tidak biasa dalam kata-kata itu. "Apa maksudmu?"

Feng Xiu melangkah lebih dekat, suaranya berubah lebih serius. "Kau pikir kamu hanya berbicara tentang kekuatan untuk membalaskan dendam, tetapi ada hal yang jauh lebih besar dari itu. Kau tak akan menemukan jawaban dengan hanya mengejar musuhmu satu per satu."

Li Xing tetap diam, namun hatinya mulai tergetar. Apakah mungkin ada yang lebih besar dari sekadar dendam yang membakar hatinya?

Feng Xiu melanjutkan, "Dunia ini lebih luas dari yang kau kira. Ada kekuatan yang tersembunyi di balik setiap langkahmu, dan kekuatan-kekuatan itu saling terhubung. Tetapi jika kau hanya fokus pada balas dendam, kau akan terjebak dalam lingkaran yang tiada habisnya."

Li Xing menatap wanita itu dengan tatapan tajam. "Apa yang harus aku lakukan?"

Feng Xiu mengangkat tangan, menunjukkan sebuah simbol yang bersinar di telapak tangannya sebuah lambang kuno yang terpancar dengan cahaya biru lembut.

"Carilah mereka yang menguasai kunci-kunci kekuatan sejati," kata Feng Xiu dengan suara tegas. "Mereka adalah orang-orang yang mengetahui rahasia-rahasia dunia ini, dan mereka juga yang memegang kunci untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi pada kekasihmu."

Kata-kata itu menambah ketegangan dalam diri Li Xing. "Kunci kekuatan sejati?" tanyanya dengan bingung.

Feng Xiu hanya mengangguk. "Tapi ingatlah satu hal, Li Xing untuk memperoleh kekuatan itu, kau harus siap untuk mengorbankan lebih dari yang kau bayangkan. Setiap kekuatan yang kau raih, setiap langkah yang kau ambil, akan membawa konsekuensinya sendiri."

Li Xing merasa hati kecilnya berdebar. Apa yang dimaksud dengan konsekuensi itu? Apakah itu berarti lebih banyak penderitaan, ataukah malah sesuatu yang lebih besar dan berbahaya?

"Apakah kamu siap?" tanya Feng Xiu, matanya menatap dalam.

Li Xing hanya bisa mengangguk, meskipun ia tahu bahwa perjalanan ini akan jauh lebih rumit dan berbahaya daripada yang ia bayangkan. Tak ada jalan mundur, tak ada pilihan lain selain terus maju.

Feng Xiu menghilang dalam bayangan kabut yang mulai mengalir di sekitar mereka, meninggalkan Li Xing dengan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Namun, satu hal yang pasti: perjalanan ini baru saja dimulai, dan tak ada yang bisa menghentikannya.