Li Xing telah menjalani pelatihan keras di bawah bimbingan Jian Feng selama beberapa tahun terakhir. Dalam perjalanan yang panjang itu, ia telah menemui berbagai kesulitan, tetapi setiap tantangan yang ia hadapi seolah-olah hanya memperkuat tekadnya untuk mencapai tujuan utamanya membalaskan dendam Yi Lan dan menjadi orang terkuat di seluruh alam semesta. Seiring berjalannya waktu, kekuatan spiritualnya berkembang pesat, dan ia mulai memahami bahwa dunia ini jauh lebih rumit daripada yang pernah ia bayangkan.
Jian Feng mengajarinya tentang berbagai teknik kultivasi, mengajarkan Li Xing untuk menguasai kekuatan yang lebih dalam, yang melampaui sekadar kekuatan fisik. Salah satu konsep utama yang ia pelajari adalah Dao jalan hidup yang mengalir melalui segala hal di dunia ini. Dao bukan sekadar kekuatan atau energi, melainkan prinsip kehidupan yang mengatur alam semesta dan segala isinya. Mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang Dao akan memungkinkan Li Xing untuk mengakses potensi luar biasa yang tersembunyi dalam dirinya.
Namun, meskipun Li Xing mulai menguasai teknik-teknik ini, ia tak pernah bisa melupakan Yi Lan. Wajah kekasihnya yang tergeletak tak bernyawa, darahnya yang mengalir di tanah yang membeku, terus menghantui pikirannya. Dendam yang ada di dalam hati Li Xing adalah api yang tak kunjung padam, dan meskipun ia mulai mencapai kekuatan luar biasa, ia merasa ada sesuatu yang masih hilang. Ia tahu bahwa untuk menjadi benar-benar kuat, ia harus mempelajari lebih banyak lagi tentang dunia kultivasi dan para penguasa yang berkuasa di dalamnya.
Pada suatu malam yang sunyi, saat Li Xing sedang duduk meditasi di bawah pohon besar di tengah hutan, Jian Feng datang menghampirinya dengan wajah serius. "Li Xing," kata Jian Feng, "Saat ini, kau sudah cukup kuat untuk menghadapinya. Tapi jalanmu masih panjang. Ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar balas dendam. Dunia ini penuh dengan kekuatan yang lebih dalam dan lebih gelap dari apa yang kau bayangkan."
Li Xing membuka matanya, menatap gurunya dengan penuh rasa ingin tahu. "Apa maksudmu, Guru?"
Jian Feng menghela napas panjang, seolah-olah kata-kata yang akan keluar dari mulutnya adalah hal yang sulit untuk diungkapkan. "Ada kekuatan yang lebih besar daripada yang kita ketahui. Ada entitas yang mengendalikan takdir kita semua. Mereka adalah para penguasa yang telah menguasai seluruh dunia ini, entitas yang telah hidup berabad-abad dan memiliki pengetahuan tentang Dao yang jauh melampaui apa yang bisa kita bayangkan. Mereka yang mengatur kehidupan dan kematian."
Li Xing merasa seolah-olah dunia di sekitarnya menghilang sejenak. Dalam hatinya, ia merasa bahwa ini adalah jawaban yang ia cari selama ini jawaban yang mengarahkannya untuk lebih mendalam dalam perjalanan pencariannya akan kekuatan.
"Tapi bagaimana aku bisa menghadapinya? Aku hanya seorang pemuda yang kehilangan segalanya. Aku tidak peduli dengan kekuatan dunia ini, yang kuinginkan hanya satu balas dendam!" teriak Li Xing, suaranya penuh dengan amarah yang tak terbendung.
Jian Feng memandangnya dengan tatapan penuh kebijaksanaan. "Kemarahan adalah api yang bisa menghanguskanmu, Li Xing. Tetapi jika kau belajar untuk mengendalikannya, api itu bisa menjadi kekuatan yang tak terhingga. Aku akan membimbingmu lebih jauh, tapi kau harus memutuskan untuk memilih jalan yang lebih besar daripada sekadar balas dendam."
Li Xing terdiam, merenung dalam-dalam. Bagaimana jika ada sesuatu yang lebih besar daripada sekadar pembalasan? Jika ada cara untuk melampaui batasan-batasan kekuatan yang ia kenal, ia bisa melampaui musuh-musuhnya yang jauh lebih kuat darinya. Namun, perasaan kehilangan Yi Lan masih terlalu kuat untuk ia abaikan begitu saja.
Akhirnya, dengan tekad yang bulat, Li Xing menundukkan kepalanya dan berkata, "Aku akan belajar lebih banyak, Guru. Aku akan menjadi yang terkuat dan akan melawan siapa pun yang menghalangi jalanku."
Jian Feng mengangguk, merasa puas dengan keputusan Li Xing. "Baiklah, tapi ingatlah, setiap kekuatan yang kau dapatkan akan membawa tanggung jawab besar. Dunia ini lebih gelap dari yang kau bayangkan, dan kadang-kadang, musuh terbesar tidak datang dalam bentuk yang jelas. Mereka bisa bersembunyi dalam bayang-bayang, memainkan permainan yang jauh lebih besar daripada yang kita ketahui."
Hari-hari berikutnya menjadi lebih berat bagi Li Xing. Ia berlatih dengan tekun, melatih tubuh dan pikirannya hingga hampir mencapai batasnya. Jian Feng mengajarkan berbagai teknik meditasi yang mendalam, yang membantunya mengakses kekuatan batinnya dan memanipulasi energi Dao di sekitarnya. Namun, meskipun ia merasakan peningkatan yang luar biasa, ia juga merasa bahwa jalan yang ia tempuh semakin rumit. Setiap langkah yang ia ambil menuntunnya lebih jauh ke dalam dunia kultivasi yang penuh dengan misteri dan bahaya yang tersembunyi.
Pada suatu malam, ketika Li Xing sedang berjalan di sebuah lembah terpencil yang dikelilingi pegunungan, ia mendengar suara aneh yang mengusik pikirannya. Suara itu terdengar seperti bisikan angin, namun ada sesuatu yang lebih dalam dalam setiap kata yang diucapkan. "Li Xing... balas dendammu masih jauh... jalanmu baru dimulai..."
Li Xing berhenti sejenak, mencari sumber suara tersebut, namun ia hanya mendapati kesunyian malam yang mencekam. Tidak ada yang terlihat, hanya kabut tebal yang menghalangi pandangannya. Suara itu terasa seperti peringatan, sebuah tanda bahwa ada lebih banyak yang harus ia pelajari, lebih banyak yang harus ia hadapi.
Dengan tekad yang lebih kuat dari sebelumnya, Li Xing melangkah maju, meskipun ia tahu bahwa setiap langkahnya semakin membawa dirinya ke dalam pusaran takdir yang tak terelakkan. Pembalasan hanya merupakan bagian dari perjalanan panjangnya untuk menguasai dunia ini sebuah dunia yang lebih gelap, lebih penuh dengan bahaya dan misteri, daripada yang pernah ia bayangkan.
Li Xing melangkah lebih jauh, semakin mendalami dunia yang kini begitu asing baginya. Setiap jejak yang ia tinggalkan seolah menuntun pada takdir yang lebih besar dan lebih gelap. Ia telah melalui banyak ujian dalam pelatihannya, tetapi masih ada kekosongan dalam dirinya yang belum terisi sebuah perasaan bahwa meskipun ia menjadi lebih kuat, ia belum mencapai tujuan sejatinya. Kebesaran yang ia idamkan belum tercapai.
Sambil memikirkan perjalanan panjangnya, ia kembali ke tempat yang selalu menjadi tempat pelatihannya: lembah terpencil di kaki pegunungan, tempat ia pertama kali bertemu dengan Jian Feng. Namun kali ini, ada yang berbeda. Udara terasa lebih dingin, dan kabut yang melingkupi lembah tampak lebih tebal dari biasanya, seakan dunia ini menyembunyikan sesuatu yang gelap dan misterius. Li Xing merasakan kehadiran yang tak tampak, sebuah energi yang melingkupi tempat itu dengan cara yang tak bisa dijelaskan.
"Li Xing, kau datang untuk menghadapi takdirmu," suara itu kembali terdengar. Kali ini, bisikan itu lebih jelas, lebih mendalam, seolah berasal dari dalam dirinya sendiri.
Li Xing menajamkan pendengarannya dan berusaha mencari sumber suara tersebut, namun kabut yang tebal menghalanginya. Ia melangkah ke arah suara itu, menyadari bahwa ini mungkin ujian lain dari takdirnya. Tanpa ragu, ia memusatkan perhatian pada jiwa dan energi sekitarnya, mengalirkan energi Dao melalui tubuhnya. Seiring dengan itu, kekuatan spiritualnya mulai bergetar, merespons suara yang ia dengar.
Akhirnya, di tengah kabut yang tebal, ia melihat sebuah bayangan gelap, samar-samar. Bayangan itu perlahan mulai membentuk sosok seorang pria yang tampak misterius. Wajahnya tertutup oleh topeng hitam, hanya mata merah menyala yang tampak menatapnya tajam.
"Siapa kamu?" tanya Li Xing dengan suara yang penuh tekad, meskipun hati kecilnya merasakan ketegangan yang luar biasa.
Pria itu tersenyum tipis di balik topengnya. "Aku adalah penjaga jalan yang telah ditinggalkan oleh para penguasa yang lebih besar. Aku bukan musuhmu, Li Xing. Aku ada di sini untuk membimbingmu, jika kau memilih untuk mendengarkan."
Li Xing merasakan aura kekuatan yang tak terhingga dari sosok itu, sebuah kekuatan yang bahkan jauh melebihi apa yang ia pelajari sejauh ini. Ini bukanlah kekuatan biasa ini adalah kekuatan yang mengalir dalam seluruh alam semesta. Ia merasa bahwa sosok ini mungkin mengetahui lebih banyak tentang dunia kultivasi dan takdirnya daripada siapa pun yang pernah ia temui.
"Apa yang kau bicarakan? Aku hanya ingin balas dendam, dan menjadi yang terkuat. Aku tidak peduli dengan hal-hal yang lebih besar," jawab Li Xing dengan suara dingin, meskipun di dalam hatinya, rasa ingin tahu mulai tumbuh.
Pria itu menggelengkan kepala. "Dendam hanya akan membakar jiwamu, Li Xing. Jalan ini lebih berbahaya daripada yang kau bayangkan. Setiap langkah yang kau ambil akan membuka lebih banyak pintu menuju takdir yang lebih kelam. Kekuatan yang kau cari bukanlah milikmu untuk dimiliki begitu saja. Itu adalah ujian dari dunia ini."
Li Xing terdiam, merenungkan kata-kata pria tersebut. Sesuatu dalam dirinya merasa bahwa apa yang dikatakan pria itu tidak sepenuhnya salah. Namun, ia tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa kekuatan yang ia impikan adalah satu-satunya cara untuk membalaskan Yi Lan, dan itu adalah motivasi yang terus menggerakkannya maju.
"Jika kau ingin menjadi yang terkuat, kau harus siap untuk kehilangan lebih banyak lagi, Li Xing. Apa yang kau cari di dunia ini hanyalah cerminan dari dirimu sendiri. Kekuatan sejati tidak ditemukan dalam balas dendam atau kekuasaan. Kekuatan sejati ada dalam pemahaman tentang dunia dan takdir," lanjut pria itu, suaranya penuh dengan kebijaksanaan yang dalam.
Li Xing menggigit bibirnya, menahan amarah yang mulai menggelegak di dalam dirinya. "Aku sudah kehilangan segalanya. Yi Lan, orang yang kucintai, telah dibunuh. Aku tidak peduli apa yang kau katakan. Aku akan membalas dendam, apa pun yang terjadi."
Pria itu mengangkat tangannya dengan lembut, dan tiba-tiba, kabut yang mengelilingi mereka mulai berpisah, mengungkapkan gambaran yang menakutkan. Di tengah kabut itu, Li Xing melihat bayangan Yi Lan wajahnya yang cantik, yang kini hanya tersisa sebagai kenangan yang mengiris hati. Di sekelilingnya, darah menggenang, dan suasana yang seharusnya penuh cinta, kini dipenuhi dengan kehampaan yang dalam.
"Ini adalah kenyataan yang kau hindari, Li Xing," kata pria itu. "Dendam hanya akan membawa lebih banyak kehancuran. Tidak ada kebahagiaan yang bisa ditemukan dalam kekuatan yang dikuasai oleh amarah. Kekuatan sejati berasal dari kemampuan untuk memahami dan menerima kehidupan termasuk kematian."
Li Xing terpana, perasaan kesedihan dan amarahnya semakin mendalam melihat gambaran tersebut. Bagaimana bisa ia menerima kenyataan ini? Bagaimana bisa ia melupakan Yi Lan yang telah pergi?
Namun, dalam keheningan yang menyelimuti dirinya, Li Xing merasa adanya energi yang kuat mengalir melalui dirinya. Suara pria itu menggema dalam pikirannya, dan perlahan, ia mulai memahami bahwa jalan yang ia pilih tidak akan membawanya kepada kedamaian sejati. Kekuatan bukan hanya soal membalas dendam, tapi bagaimana ia bisa mengatasi kesedihannya dan menemukan arti hidup yang lebih besar.
"Jalanmu belum selesai, Li Xing. Pilihanmu ada di tanganmu. Ingat, kekuatan yang besar datang dengan beban yang berat," kata pria itu, sebelum sosoknya menghilang dalam kabut yang tebal.
Li Xing berdiri di tengah lembah itu, merenung dalam diam. Ia tahu bahwa ia harus mengubah jalan yang telah ia pilih. Kekuatan yang ia cari harus lebih dari sekadar balas dendam. Ia harus menemukan cara untuk mengatasi kehilangan, untuk menemukan kedamaian dalam dirinya, dan untuk mengatasi bayang-bayang yang menghantui hidupnya. Jalan yang lebih besar menunggunya, dan Li Xing tahu bahwa ia harus bersiap menghadapi apa pun yang datang.