Di balik pegunungan yang menjulang tinggi dan hutan lebat yang tak pernah disentuh tangan manusia, ada sebuah desa kecil yang hidup dalam kedamaian yang hampir sempurna. Desa Kurozaki, tempat di mana alam dan manusia hidup berdampingan, terlindung oleh sebuah kekuatan kuno yang telah melindungi mereka selama berabad-abad. Kekuatan itu berasal dari sebuah batu mistis bernama Flame Heart, batu yang dipenuhi dengan energi magis yang mampu melindungi desa dari segala ancaman, baik dari roh-roh jahat maupun makhluk-makhluk mistis yang sering mengganggu dunia manusia. Tidak ada yang tahu dari mana asal kekuatan itu, tetapi bagi penduduk desa, Flame Heart adalah pelindung mereka, simbol perdamaian yang tak tergoyahkan.
Namun bagi Ryu, pemuda yang lahir dan besar di desa itu, kehidupan yang terlindung dan damai itu terasa seperti penjara. Setiap hari, ia berlatih dengan pedangnya di tepi hutan, mengasah keterampilan yang ia pelajari dari ayahnya, seorang pendekar desa yang telah pensiun. Ryu memiliki mimpi besar—menjadi seorang pendekar legendaris, seperti tokoh-tokoh yang sering ia dengar dalam cerita-cerita kuno. Namun, kehidupan di desa yang terlindung ini tidak memberinya kesempatan untuk membuktikan kemampuannya. Tak ada musuh yang datang, tak ada tantangan yang menguji kemampuannya. Semua orang di desa hidup dalam damai, dan Ryu merasa terperangkap dalam kehidupan yang ia anggap membosankan.
Pagi itu, seperti biasa, Ryu bangun lebih awal untuk berlatih. Matahari baru saja terbit, dan kabut tipis masih menyelimuti lereng gunung. Ryu berdiri di tengah lapangan, memegang pedangnya yang sudah berkarat karena jarang digunakan dalam pertempuran. Ia memandang ke arah hutan, membayangkan dirinya bertarung melawan musuh yang hebat, melawan pasukan iblis atau makhluk buas, dan meraih kemenangan. Tapi kenyataan yang ia hadapi jauh berbeda. Tidak ada yang datang untuk menguji kemampuan seorang pendekar muda seperti dirinya.
Tiba-tiba, angin yang semula tenang berhembus dengan keras, membawa bau aneh yang membuat Ryu merasakan ketegangan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Langit yang cerah tiba-tiba gelap, diselimuti awan tebal yang datang dengan cepat. Ryu berhenti sejenak, menatap langit yang berubah menjadi hitam pekat. Sesuatu yang buruk pasti akan datang.
Suara gemuruh terdengar dari kejauhan, mengguncang kedamaian yang selama ini menyelimuti desa. Ryu berlari menuju desa, hatinya dipenuhi kekhawatiran. Sesampainya di sana, pemandangan yang ia saksikan membuat tubuhnya membeku. Desa yang selama ini damai kini dilanda kekacauan. Langit gelap dipenuhi oleh cahaya petir yang menyambar, sementara suara teriakan dan ledakan mengisi udara. Pasukan iblis, dipimpin oleh seorang makhluk raksasa yang menakutkan, menyerang tanpa ampun. Mereka datang dari kabut hitam yang menyelimuti pegunungan, mengubah desa yang damai menjadi lautan api dan kehancuran.
Di tengah kekacauan itu, Ryu berlari mencari orang tuanya. Ia menemukan ibunya yang terluka parah, berusaha melindungi mereka dari serangan musuh. Tanpa bisa melakukan apa-apa, Ryu menyaksikan ibunya jatuh ke tanah, tubuhnya dipenuhi luka. Dalam ketakutan dan kepanikan, ia berlari ke arah ayahnya, yang sedang melawan pasukan iblis dengan sekuat tenaga. Tetapi ayahnya terjatuh, terluka parah, dan dalam detik-detik terakhir hidupnya, ia memberikan sebuah benda kecil berbentuk batu yang bersinar kepada Ryu.
"Ryu... dunia ini membutuhkanmu… pergilah… temukan takdirmu…" kata ayahnya, suaranya melemah, sebelum akhirnya ia menghembuskan nafas terakhir.
Dengan batu yang masih bersinar di tangannya, Ryu berdiri di tengah kehancuran, darah ibunya yang menggenang di tanah, dan tubuh ayahnya yang tak bergerak. Rasa sakit dan amarah membakar dalam dirinya, tetapi juga kebingungan yang mendalam. Apa yang harus ia lakukan? Bagaimana ia bisa menyelamatkan dunia yang telah hancur?
Dengan tekad yang bulat, Ryu berlari ke medan pertempuran, pedang yang sebelumnya hanya digunakan untuk berlatih kini menjadi simbol dari tekadnya untuk membalas dendam. Ia harus menemukan jalan untuk menghentikan pasukan iblis ini, mencari kekuatan untuk mengalahkan musuh yang lebih kuat dari apapun yang pernah ia bayangkan. Dalam hatinya, satu hal jelas: dunia yang ia kenal telah berubah selamanya, dan kini ia harus berjuang untuk menyelamatkannya.
Namun, dalam setiap langkah yang ia ambil, satu pertanyaan terus bergema dalam benaknya—apakah ia siap menghadapi takdir yang lebih besar dari dirinya?