Chereads / Sang Pendekar Legendaris / Chapter 6 - Part 5: Bayangan yang Mengikuti

Chapter 6 - Part 5: Bayangan yang Mengikuti

Perjalanan mereka berlanjut tanpa banyak gangguan, namun ketegangan yang mengintai semakin nyata. Setiap langkah yang mereka ambil terasa lebih berat, lebih penuh dengan perasaan bahwa mereka tidak sendirian. Ryu merasakan pandangan yang terus mengikutinya, suara langkah-langkah yang samar tetapi tak pernah jauh dari jangkauan mereka. Pemburu Bayangan itu mungkin telah pergi, tetapi ancaman yang ditinggalkannya masih terasa.

Setelah beberapa hari berjalan melalui pegunungan yang terjal, mereka tiba di sebuah desa kecil yang tampaknya damai, namun sesuatu di balik wajah desa itu tidak terasa benar. Warga desa menyambut mereka dengan ramah, namun ada tatapan cemas yang tersembunyi di balik senyum mereka.

"Apakah ada sesuatu yang salah di sini?" tanya Ryu pada seorang penduduk desa yang tampak lebih tua, yang menyambut mereka saat mereka memasuki pintu desa.

Pria itu menghindari mata Ryu sejenak sebelum akhirnya mengangguk perlahan. "Desa ini... kami sudah lama terisolasi. Ada sesuatu yang gelap yang mengawasi kami. Setiap kali malam tiba, kami merasakan kehadiran yang mengerikan, sesuatu yang bukan berasal dari dunia ini."

Aya menatap Ryu, merasa sesuatu yang aneh di udara. "Ini tidak baik. Kita tidak bisa tinggal di sini terlalu lama," katanya dengan tegas.

Namun, Master Toshi melangkah maju, merasakan atmosfer yang berat. "Kita harus beristirahat sebentar. Kita tidak tahu apa yang akan kita hadapi selanjutnya, dan kita butuh persiapan."

Malam hari tiba, dan mereka memutuskan untuk tinggal di rumah seorang penduduk desa yang baik hati. Namun, saat malam semakin larut, Ryu merasakan ketegangan yang meningkat. Kegelapan terasa lebih dalam daripada biasanya, dan di kejauhan, ia bisa mendengar suara-suara aneh yang datang dari hutan. Angin malam berhembus dengan keras, seperti membawa bisikan yang tidak bisa dimengerti.

"Tidak bisa... aku harus mencari tahu," gumam Ryu pada dirinya sendiri, sebelum diam-diam keluar dari rumah tanpa memberi tahu siapa pun.

Ia berjalan menuju hutan yang mengelilingi desa. Setiap langkahnya terasa semakin berat, tetapi ia tidak bisa menahan rasa penasaran yang semakin menggerogoti dirinya. Semakin jauh ia berjalan, semakin gelap suasana di sekitar hutan, dan semakin jelas pula suara-suara itu. Suara seperti bisikan, yang terdengar seperti kata-kata yang tidak bisa dipahami. Perlahan, Ryu mulai merasa seperti ada sesuatu yang mendekatinya.

Tiba-tiba, sosok bayangan muncul dari balik pohon. Ryu berbalik cepat, menarik pedangnya dengan tangan yang bergetar. Bayangan itu memudar secepat ia muncul, meninggalkan Ryu dengan rasa cemas yang semakin membara.

"Siapa di sana?" teriak Ryu, namun jawabannya hanya keheningan.

Tak lama setelah itu, sosok itu kembali muncul, kali ini lebih dekat. Wajahnya tersembunyi di balik topeng yang dipenuhi dengan simbol-simbol aneh. "Kau tidak seharusnya datang ke sini, Ryu," katanya dengan suara yang dalam dan bergetar, seolah-olah berasal dari tempat yang jauh.

Ryu mengangkat pedangnya, siap untuk bertarung, namun sosok itu hanya tertawa pelan. "Kau tidak bisa melarikan diri dari takdirmu. *Flame Heart* akan membawa kehancuran, dan kau tidak akan bisa menahannya."

"Apa maksudmu?" tanya Ryu, matanya berkilat dengan amarah. "Kau mengancamku? Apa yang kau inginkan dariku?"

Sosok itu menatapnya dengan pandangan kosong. "Kau adalah keturunan dari garis darah yang terkutuk, Ryu. Kekuatan yang ada dalam dirimu tidak bisa dikendalikan. Kegelapan yang datang bersamamu hanya akan membawa kematian."

Dengan itu, sosok bayangan itu menghilang, membiarkan Ryu berdiri sendirian di tengah hutan yang gelap. Suara bisikan itu kembali terdengar, lebih kuat dari sebelumnya, seperti mengisi setiap sudut hatinya dengan rasa takut yang dalam.

Ryu berdiri di tempat, terdiam, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. "Takdirku..." gumamnya pelan. "Apakah aku memang dilahirkan untuk menghancurkan dunia ini?"

Perasaan cemas dan kebingungan semakin mencekiknya. Di satu sisi, ia merasa bahwa ia harus terus berjuang untuk menghentikan General Akuma, tetapi di sisi lain, kata-kata sosok bayangan itu terus menghantuinya. Kegelapan dalam dirinya, yang ia kira bisa dikendalikan, mulai terasa semakin liar.

Ketika ia kembali ke desa, wajahnya penuh dengan keraguan. Aya dan Master Toshi sudah menunggunya di luar rumah.

"Ryu, ada apa?" tanya Aya, menyadari perubahan di wajah Ryu.

Ryu menghela napas panjang. "Ada sesuatu di sini. Sesuatu yang tidak bisa dijelaskan, tetapi... aku rasa itu ada hubungannya dengan *Flame Heart*."

Master Toshi mendekat, menilai dengan seksama. "Kita harus pergi sebelum bahaya yang lebih besar datang. Pemburu Bayangan itu mungkin hanya bagian dari masalah yang lebih besar yang akan kita hadapi."

Namun, Ryu tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa apa yang dia alami hanya permulaan dari sesuatu yang jauh lebih gelap. Takdirnya sudah digariskan, dan meskipun ia merasa terjebak antara kegelapan dan terang, ia tahu satu hal pasti: perjalanan ini hanya akan membawa mereka lebih dalam ke dalam dunia yang penuh dengan bahaya, pengkhianatan, dan ujian yang akan mengubah segalanya.

Dengan perasaan bimbang yang menyelimuti hati, Ryu menatap jalan di depan mereka. "Kita tidak bisa mundur. Apapun yang menunggu kita, kita harus siap menghadapi itu," katanya dengan suara yang lebih tegas dari sebelumnya.

Dan dengan itu, mereka melanjutkan perjalanan mereka, meninggalkan desa yang penuh dengan rahasia dan ketakutan, menuju jalan yang lebih gelap dari yang mereka bayangkan.