Chereads / Sang Pendekar Legendaris / Chapter 2 - Part 1: Kehilangan yang Membakar

Chapter 2 - Part 1: Kehilangan yang Membakar

Desa Kurozaki, yang biasa hidup dalam kedamaian, kini menjadi lautan api. Suara teriakan, dentuman ledakan, dan suara langkah kaki iblis yang berat memenuhi udara. Ryu berlari, kakinya terasa seperti ditarik oleh beban berat. Ia menembus kerumunan penduduk yang panik, mencoba mencari orang tuanya di tengah kekacauan yang semakin memuncak. Hatinya berdebar kencang, seperti dipukul oleh palu yang besar, merasakan ketakutan yang luar biasa.

Pemandangan yang ia temui sangat berbeda dari yang ia bayangkan. Rumah-rumah yang dulunya menjadi tempat berteduh bagi keluarga-keluarga kini terbakar, reruntuhan bangunan berserakan di jalan-jalan desa. Beberapa penduduk berlarian, sementara yang lain sudah terjatuh, tertusuk oleh pedang iblis atau terinjak-injak oleh makhluk raksasa yang mengamuk. Di tengah kekacauan itu, Ryu terus berlari, mencari ayah dan ibunya.

Ia berlari melewati rumah keluarganya, yang kini hanya tersisa puing-puing. Tidak ada suara. Ryu memanggil nama orang tuanya, tapi hanya ada keheningan yang mencekam. Tanpa berpikir panjang, ia berlari menuju bagian desa yang lebih dekat dengan hutan. Ayahnya sering berlatih di sana, di tempat yang jauh dari keramaian desa. Jika ada tempat aman, mungkin itu adalah tempatnya.

Ketika Ryu sampai di hutan, ia melihat sosok yang tidak asing. Ayahnya, Shin, berdiri di tengah lapangan terbuka, pedang panjangnya terhunus dan siap menghadapi pasukan iblis yang datang dengan kilatan api. Wajahnya tampak lelah dan terluka, tetapi matanya masih penuh tekad.

"Ayah!" teriak Ryu, berlari menghampiri.

Shin menoleh sejenak, wajahnya dipenuhi noda darah, namun senyum tipis muncul di bibirnya. "Ryu… cepat, pergi dari sini!" katanya, suaranya parau. "Ini bukan tempatmu. Mereka terlalu kuat…"

Tapi Ryu tidak bisa mundur. Rasa sakit dan amarah membakar di dalam dirinya. "Aku akan bertarung! Aku tidak akan lari lagi! Aku akan membantu Ayah!"

Shin menggelengkan kepala, matanya penuh keprihatinan. "Kamu belum siap, Ryu… kamu belum tahu apa yang akan kamu hadapi. Dunia ini jauh lebih gelap daripada yang bisa kamu bayangkan."

Tiba-tiba, terdengar suara langkah berat. Ryu menoleh dan melihat sosok raksasa yang melangkah dengan kekuatan yang mengguncang tanah. Itu adalah General Akuma, makhluk jahat yang memimpin pasukan iblis yang menyerang desa mereka. Wajahnya yang terdistorsi dengan kekuatan kegelapan mengarah pada mereka.

"Kau pikir bisa menghentikanku?" suara Akuma menggelegar, membuat tanah bergetar. Ia mengangkat tangan, dan api hitam mulai berkobar dari telapak tangannya. "Kehancuranmu sudah dimulai, manusia."

Tanpa banyak bicara, Akuma melemparkan serangan besar ke arah Shin. Ryu yang melihat itu, segera bergerak. Dengan cepat, ia menarik pedangnya, berusaha menghadang serangan tersebut, tetapi sebelum ia sempat melakukannya, sebuah ledakan dahsyat menghantam tanah di depan mereka. Ryu terpelanting ke belakang, tubuhnya terhempas ke tanah.

"Ayah!" teriak Ryu, namun Shin sudah lebih dulu terjatuh, pedangnya terguling menjauh. Wajah Shin memucat, dan darah mengalir deras dari tubuhnya. Dengan napas terengah-engah, ia berusaha berbicara, meskipun setiap kata yang keluar dari mulutnya terdengar berat.

"Ryu… ini bukan akhir untukmu…" katanya, mengulurkan tangan yang gemetar. "Kamu… kamu harus pergi. Dunia ini… dunia ini membutuhkanmu. Kamu adalah harapan terakhir. Jangan pernah berhenti berjuang… temukan takdirmu."

Dengan mata yang berkaca-kaca, Ryu memegang tangan ayahnya, tetapi Shin menggelengkan kepala. "Ambil ini… ini adalah… bagian dari *Flame Heart*. Hanya dengan ini… kau bisa mengalahkan mereka. Pergilah, Ryu… waktumu… belum selesai."

Sebelum Ryu bisa berkata apa-apa, ayahnya menghembuskan nafas terakhir. Ryu terdiam, tak bisa bergerak. Dunia seakan runtuh di sekitarnya. Hanya ada hening, kecuali suara deru api yang menghanguskan segala sesuatu di sekitarnya.

Tiba-tiba, sebuah cahaya kecil muncul dari telapak tangan Shin, batu berbentuk kecil yang bercahaya samar. Batu itu, *Flame Heart*, yang selama ini dipercaya menjadi sumber perlindungan desa, kini menjadi satu-satunya harapan Ryu untuk melanjutkan perjuangannya. Dengan tangan gemetar, Ryu meraih batu itu, dan sebuah kekuatan luar biasa mulai mengalir ke dalam dirinya, membuatnya merasakan panas yang membakar.

Akuma tertawa, menyaksikan ketakutan Ryu, tetapi Ryu, dengan kekuatan baru yang mengalir dalam tubuhnya, berdiri tegak. Rasa amarah yang mendalam membara di hatinya, tetapi di balik amarah itu, ada tekad yang tak tergoyahkan.

Dengan suara yang penuh kebulatan tekad, Ryu berkata, "Aku tidak akan lari lagi. Aku akan menghentikanmu, Akuma. Dunia ini… dunia ini masih milikku untuk dipertahankan."

Dengan pedang yang kini terhunus dan kekuatan baru yang mengalir dalam dirinya, Ryu bersiap untuk menghadapi musuh terbesar dalam hidupnya. Ini baru awal dari perjalanan panjang yang akan membawanya ke takdir yang lebih besar.