Chereads / Sang Pendekar Legendaris / Chapter 7 - Part 6: Pengkhianatan dalam Kegelapan

Chapter 7 - Part 6: Pengkhianatan dalam Kegelapan

Hari-hari mereka berlalu dengan penuh ketegangan. Setiap langkah terasa semakin berat, dan suasana di sekitar mereka seolah dipenuhi dengan kehadiran yang tidak terlihat, yang terus mengintai di balik bayangan. Ryu semakin merasakan betapa rapuhnya tekadnya untuk melawan takdir. Mimpi untuk menjadi pendekar legendaris yang melindungi dunia terasa semakin jauh, semakin kabur, dan semakin sulit digapai.

Kehadiran sosok bayangan yang menuntutnya untuk menerima kegelapan dalam dirinya terus menghantui setiap pemikirannya. Ia merasa terkepung dalam lingkaran yang tak bisa ia pecahkan, dan meskipun ia berusaha untuk tetap fokus pada misinya, keraguan dan ketakutan terus menggerogoti hatinya.

Mereka melanjutkan perjalanan, dan tak lama setelah meninggalkan desa tersebut, mereka sampai di kaki gunung yang tinggi, tempat yang konon menyimpan banyak rahasia kuno. Di sana, mereka mendengar kabar tentang sebuah kuil kuno yang diyakini menyimpan salah satu kunci penting untuk mengalahkan General Akuma. Kuil itu tersembunyi di balik lapisan kabut tebal, hanya bisa dijangkau oleh mereka yang memiliki keberanian untuk menghadapinya.

Namun, saat mereka mendekati kaki gunung, ketegangan yang sudah lama terpendam mulai meledak. Kaito, yang selama ini selalu tampak sebagai teman yang setia, mulai menunjukkan sikap yang berbeda. Ada sesuatu dalam tatapannya yang tidak bisa Ryu abaikan, sesuatu yang terasa jauh dari kebaikan yang selama ini mereka percayai.

"Sesuatu tidak beres," bisik Aya, yang juga merasakan perubahan sikap Kaito. "Kaito... Apa yang kau sembunyikan?"

Kaito hanya tersenyum tipis, namun senyum itu tidak menyembunyikan keraguan di balik matanya. "Aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan. Aku hanya mencoba melanjutkan perjalanan ini dengan kalian, seperti yang kita rencanakan."

Namun, ada sesuatu dalam cara Kaito berbicara yang membuat Ryu tidak bisa menahan kecurigaannya. Ryu memandangnya tajam, merasa ada sesuatu yang semakin gelap dan tak terduga dalam sikap Kaito. Sesuatu yang mungkin tidak pernah mereka ketahui sebelumnya.

Ketika mereka mencapai puncak gunung, mereka akhirnya menemukan kuil yang tersembunyi dalam kabut tebal. Kuil itu tampak seperti sebuah bangunan tua yang dikelilingi oleh batu-batu besar, dengan pintu utama yang tertutup rapat dan dipenuhi dengan simbol-simbol kuno yang hampir tak bisa dibaca.

"Ini dia," kata Master Toshi, matanya penuh dengan kewaspadaan. "Kuil ini mungkin menyimpan jawaban yang kita cari. Tapi kita harus berhati-hati. Kekuatan yang ada di sini bukan untuk sembarangan orang."

Namun, sebelum mereka bisa melangkah lebih jauh, suara langkah berat terdengar dari belakang. Kaito mundur beberapa langkah, lalu menoleh ke arah Ryu dan yang lainnya dengan wajah yang penuh penyesalan.

"Aku... aku tidak bisa melanjutkan perjalanan ini bersama kalian," kata Kaito, suara yang penuh dengan ketegangan dan kebingungan. "Ada sesuatu yang harus kulakukan, sesuatu yang lebih besar dari sekadar ini. Aku mohon, beri aku kesempatan untuk menjelaskan."

Ryu merasa darahnya berhenti sejenak. "Apa maksudmu, Kaito? Apa yang kau sembunyikan?"

Kaito menundukkan kepala, matanya penuh dengan ketegangan. "Aku... aku telah dijanjikan kekuatan untuk mengalahkan Akuma. Kekuatan yang akan memberi aku segala yang aku inginkan, termasuk kemampuan untuk mengendalikan kegelapan yang ada dalam diri kalian semua. Aku terjebak dalam janji yang sulit untuk ditolak."

Aya terkejut. "Kaito, ini tidak mungkin. Kenapa kau melakukan ini?"

Kaito menghela napas panjang. "Aku tidak punya pilihan. Ketika aku tahu tentang *Flame Heart* dan kekuatan yang dimilikinya, aku berpikir jika aku bisa menguasainya, aku bisa mengubah dunia ini, bisa mengendalikan takdirku sendiri."

Ryu merasa dunia di sekitarnya berputar. "Jadi, sejak awal... semua ini hanya permainan bagimu? Kau mengkhianati kami?"

Kaito mengangkat kepala, matanya terlihat lebih tajam, lebih dingin. "Aku tidak mengkhianatimu, Ryu. Aku hanya mengikuti jalan yang lebih jelas. Kekuatan yang aku inginkan tidak bisa didapatkan dengan cara yang mudah, dan aku siap untuk melakukan apapun untuk mencapainya."

Ryu merasakan perasaan hancur di dalam dirinya. Ia tidak bisa mempercayai apa yang baru saja didengar. Teman yang telah berjuang bersama, yang telah melewati begitu banyak bahaya bersama, ternyata telah memiliki niat tersembunyi yang sama sekali berbeda.

Master Toshi mengangkat pedangnya, matanya bersinar tajam. "Jadi ini alasanmu? Kau bersedia mengorbankan kami semua hanya untuk kekuatan itu?"

Kaito menatapnya tanpa rasa takut. "Aku tidak menginginkan pertarungan. Aku hanya ingin mengambil apa yang menjadi hakku."

Suasana menjadi semakin tegang, dan Ryu merasakan kebingungan yang mendalam. Perasaan pengkhianatan menyelimuti hatinya, namun dalam hati kecilnya, ia tahu satu hal: Kaito telah memilih jalannya, dan mereka tidak bisa membiarkannya menghalangi perjalanan mereka.

Dengan langkah yang mantap, Ryu menatap Kaito. "Jika itu pilihanmu, maka kami akan melanjutkan perjalanan ini tanpamu."

Kaito hanya tersenyum sinis, lalu mundur. "Kita akan bertemu lagi. Ketika saatnya tiba."

Ryu menatapnya dengan rasa kecewa yang mendalam. Meskipun ia masih berharap bisa menyelamatkan Kaito dari jalannya yang gelap, ia tahu bahwa perjalanan mereka harus terus berlanjut.

Dengan berat hati, mereka melangkah memasuki kuil yang penuh misteri, meninggalkan Kaito di belakang dengan pilihan yang telah ia buat. Namun, Ryu tahu satu hal dengan pasti: dunia mereka kini semakin gelap, dan pengkhianatan ini hanya bagian dari perjalanan panjang yang belum selesai.