Chereads / In The Shadow Of The Veil Of Void / Chapter 2 - Pengemis yang tersembunyi

Chapter 2 - Pengemis yang tersembunyi

Yan Xuan menghilang dari dunia selama 70 tahun. Selama itu, ia memilih untuk hidup dalam kesendirian, jauh dari kehidupan yang pernah ia kenal. Goa kecil di kaki Gunung Tenang menjadi tempat perlindungannya, di mana ia melatih dirinya, mengembangkan teknik-teknik pedang dan kultivasi yang hanya ia mengerti. Dunia luar yang penuh dengan pertarungan antar klan dan ambisi yang menghancurkan sudah tidak lagi menarik baginya. Ia memilih untuk mengasingkan diri, hidup dengan ketenangan dan mencari pemahaman yang lebih dalam tentang dirinya sendiri.

Namun, meskipun ia telah mengasingkan diri begitu lama, kenyataan tidak bisa dihindari. Pada usia 80 tahun, setelah 10 tahun hidup sebagai seorang pengemis, ia menjadi buta. Kebutaan itu datang secara perlahan, seperti bayangan yang menyelimuti penglihatannya. Satu-satunya hal yang bisa ia andalkan adalah Qi yang mengalir dalam tubuhnya, yang memungkinkannya untuk merasakan dunia dengan cara yang berbeda. Meskipun tampak buta, Qi memberinya kemampuan untuk "melihat" lebih dalam dari apa yang dapat dipahami oleh orang biasa.

Selama 10 tahun terakhir itu, ia hidup dalam kemiskinan. Ia berjalan dari kota ke kota, mengais remah-remah kehidupan dari tangan orang yang melaluinya. Tidak ada yang tahu siapa dirinya atau dari mana ia berasal. Dengan rambut yang berantakan dan pakaian lusuh, Yan Xuan bertahan hidup di tengah kerasnya dunia, namun dalam dirinya, ia tetap menjaga rahasia besar. Ia tidak lagi dikenal sebagai seorang murid Klan Namgoong atau seseorang dengan kemampuan luar biasa. Ia hanyalah seorang pengemis, yang bahkan tidak memiliki uang sepeser pun di sakunya.

Pada suatu hari, setelah bertahun-tahun hidup dengan cara ini, Yan Xuan memutuskan untuk meninggalkan kehidupan sebagai pengemis. Meskipun ia buta, ia merasa bahwa sudah waktunya untuk keluar dari bayang-bayang dan kembali menghadapi dunia. Ia berjalan menuju tepi kota, merasa setiap langkah dengan Qi yang mengalir dalam tubuhnya. Matanya yang buta tidak bisa melihat jalan di depannya, namun ia merasakan setiap getaran dan pergerakan di sekitarnya dengan lebih jelas daripada sebelumnya.

Di tengah perjalanan, sebuah kelompok orang dari Klan Namgoong mendekatinya. Mereka tidak tahu siapa dirinya, hanya melihat seorang pengemis yang tampak asing. Namun, Yan Xuan bisa merasakan adanya sesuatu yang berbeda dalam kehadiran mereka. Mereka membawa Qi yang khas—Qi dari Klan Namgoong.

"Apakah kau butuh bantuan?" salah seorang dari mereka bertanya, melihat penampilannya yang compang-camping.

Yan Xuan menatap mereka dengan tatapan kosong, matanya yang buta tidak memberi petunjuk tentang siapa dirinya. "Aku tidak membutuhkan bantuan," jawabnya dengan suara yang tenang namun penuh ketegasan.

Namun, mereka tetap mendekat. Mereka tidak tahu siapa dirinya, tapi mereka merasakan ada sesuatu yang mengganggu mereka. Ada sesuatu yang tak biasa dengan pria tua ini—sesuatu yang tidak dapat mereka pahami.

"Apakah kamu seorang ahli bela diri?" tanya salah seorang dari mereka, suara penuh rasa ingin tahu.

Yan Xuan tidak menjawab langsung. Ia hanya mengangguk perlahan, meskipun ia tahu bahwa identitasnya bukanlah hal yang mereka butuhkan untuk tahu. "Aku bukan siapa-siapa," katanya, "Aku hanyalah orang yang ingin hidup dengan damai."

Kelompok itu akhirnya pergi, meninggalkan Yan Xuan dalam kesunyian. Tidak ada yang tahu siapa dirinya, dan itu yang ia inginkan. Ia tidak ingin dikenal atau diingat sebagai seseorang yang memiliki kekuatan besar. Hanya di dalam kesendirian dan keterasinganlah, ia merasa bebas.

Malam itu, seperti biasa, Yan Xuan duduk di pinggir jalan, mendengarkan suara angin yang berhembus. Di balik kegelapan dunia yang ia tinggalkan, ia merasa ada kedamaian yang aneh. Meski dunia terus berputar dengan konflik dan ketegangan, ia tahu bahwa kini saatnya untuk lebih banyak merenung. Apa pun yang terjadi, ia tidak akan pernah kembali ke dunia yang ia tinggalkan, apalagi setelah apa yang ia alami.