Setelah mendapatkan informasi dari Lucien, Korai dan timnya memutuskan untuk mencari Void Nexus. Namun, perjalanan mereka tidak mudah. Lokasi itu berada di tengah gurun terpencil, dikelilingi oleh badai energi yang mematikan.
"Apa ini?" tanya Hana, memandangi badai energi yang berputar-putar di depan mereka.
"Ini adalah penghalang alami yang melindungi Void Nexus," kata Lucien. "Kalian harus menembusnya untuk masuk."
Korai melangkah maju, memfokuskan energinya. "Aku akan membuka jalan."
Dengan kekuatan barunya, Korai menciptakan perisai energi yang melindungi timnya dari badai. Mereka berjalan perlahan, menahan tekanan yang luar biasa.
Namun, di tengah perjalanan, mereka diserang oleh makhluk aneh yang muncul dari badai. Makhluk itu berbentuk seperti bayangan hidup, dengan mata merah yang menyala.
"Apa itu?!" teriak Kaede, melompat untuk menghindari serangan makhluk itu.
Lucien menghunus pedangnya. "Itu adalah penjaga Void Nexus. Mereka tidak akan membiarkan kita lewat dengan mudah."
Korai dan timnya bertarung melawan makhluk-makhluk itu, tetapi jumlah mereka terus bertambah. Korai merasa kekuatannya mulai melemah.
Kita tidak akan bisa bertahan lama!" teriak Hana.
Korai mengepalkan tangannya, mencoba memikirkan cara untuk mengalahkan makhluk-makhluk itu. Tiba-tiba, dia mendengar suara di dalam pikirannya.
"Korai... gunakan kekuatanmu yang sejati..."
Korai terkejut. "Siapa itu?"
"Percayalah pada dirimu sendiri. Kekuatanmu berasal dari hati, bukan hanya tubuh."
Korai menutup matanya, memfokuskan energinya. Dia merasakan sesuatu yang baru—sebuah kekuatan yang lebih besar dari sebelumnya.
Ketika dia membuka matanya, tubuhnya bersinar dengan cahaya emas yang lebih terang, dan pedangnya berubah bentuk, menjadi lebih besar dan tajam.
"Ini... kekuatan baruku," bisik Korai.
Dengan kekuatan barunya, Korai meluncurkan serangan yang menghancurkan semua makhluk bayangan dalam sekejap. Timnya menatapnya dengan kagum.
"Kau... berubah," kata Kaede.
Korai tersenyum tipis. "Ini baru permulaan."
Setelah menembus badai energi, mereka akhirnya mencapai Void Nexus. Di tengah tempat itu, ada sebuah pintu besar yang terbuat dari kristal hitam.
"Inilah pintu menuju Catalyst," kata Lucien. "Tapi untuk membukanya, kalian harus menghadapi ujian terakhir."
Korai melangkah maju, menatap pintu itu dengan penuh tekad. "Apa pun ujiannya, aku siap."
Namun, saat dia menyentuh pintu, dia tiba-tiba terlempar ke dunia lain. Di dunia itu, dia berdiri sendirian, dikelilingi oleh bayangan dirinya sendiri.
"Ini... apa?"
Salah satu bayangan itu berbicara. "Korai Inoue, apakah kau benar-benar layak memiliki kekuatan ini? Apakah kau siap mengorbankan segalanya untuk menghentikan Umbra?"
Korai mengepalkan tangannya. "Aku tidak peduli apa yang harus aku korbankan. Aku akan melindungi dunia ini, tidak peduli apa yang terjadi padaku."
Bayangan itu tersenyum. "Kalau begitu, buktikanlah."