Ryo dan Axel bertarung dengan intensitas yang semakin meningkat. Api Ryo berkobar, membakar udara di sekitarnya, sementara Axel dengan tenang mengayunkan pedangnya, menciptakan gelombang energi yang memotong api Ryo menjadi potongan-potongan kecil.
"Ryo, kau tahu kau tidak bisa menang melawan aku," ejek Axel, matanya penuh rasa jijik.
Ryo mengepalkan tangannya, api semakin besar. "Aku tidak akan menyerah! Tidak lagi!"
Dengan satu lompatan cepat, Axel menghujamkan pedangnya ke arah Ryo, tetapi Ryo dengan sigap menghindar, mengubah serangannya menjadi bola api besar yang menghantam dinding di samping mereka.
"Ini bukan hanya soal menang atau kalah, Axel!" teriak Ryo. "Ini tentang kebebasan!"
Axel hanya tersenyum dingin. "Kebebasan? Kau sudah memilih jalan yang salah, Ryo."
Di sisi lain, Korai dan timnya terus bergerak, berusaha mencapai ruang kendali utama. Setiap langkah mereka terasa semakin berat, dengan pasukan Eclipse yang terus berdatangan.
"Hana, Kaede, kita harus segera sampai ke ruang kendali," kata Korai, matanya penuh tekad. "Ryo akan mengurus Axel."
Namun, Hana masih terlihat khawatir. "Apakah kita benar-benar bisa meninggalkan Ryo di sana?"
Korai menatapnya serius. "Dia tahu apa yang harus dilakukan. Kita harus fokus pada misi kita."
Korai dan timnya akhirnya mencapai pintu ruang kendali utama. Mereka tahu bahwa ini adalah titik krusial dalam pertempuran mereka. Korai mengangkat tangannya, menciptakan perisai energi untuk melindungi mereka dari kemungkinan serangan.
"Semua siap?" tanya Korai, matanya tajam.
Kaede mengangguk. "Kita tidak punya waktu lagi. Ayo masuk."
Pintu terbuka, dan mereka memasuki ruang kendali yang luas. Di dalamnya, terdapat layar-layar besar yang menampilkan peta, data, dan berbagai informasi terkait eksperimen Oposcal.
Namun, mereka tidak sendirian. Seorang pria tinggi dengan rambut putih dan mata tajam berdiri di depan mereka, mengenakan pakaian hitam Umbra.
"Kalian datang jauh-jauh hanya untuk menghentikan kami?" pria itu berkata dengan suara rendah dan penuh ancaman.
Korai mengerutkan kening. "Siapa kau?"
Pria itu tersenyum dingin. "Nama saya Lucius. Aku yang memimpin proyek ini."
Lucius melangkah maju, energi gelap berkumpul di tangannya. "Kalian terlalu naif jika berpikir kalian bisa menghentikan kami. Oposcal akan melahirkan dunia baru, dan kalian hanya penghalang."
Korai mengangkat tangannya, menciptakan perisai energi yang kuat. "Kami tidak akan membiarkanmu melanjutkan eksperimen ini."
Lucius tertawa pelan. "Kalian pikir kekuatan kalian bisa menghentikanku? Aku sudah melampaui batas kekuatan manusia."
Dengan satu gerakan cepat, Lucius melepaskan gelombang energi hitam yang sangat kuat. Korai dan timnya terpaksa mundur, berusaha menghindari serangan itu.
Kaede menatap Lucius dengan serius. "Kekuatanmu... apa itu?"
Lucius mengangkat bahu. "Kekuatan Oposcal yang telah dimurnikan. Aku lebih kuat dari kalian semua."
Korai merasakan kekuatan Lucius yang luar biasa. Dia tahu, ini bukan lawan yang bisa mereka hadapi dengan mudah.