Chereads / Oposcal Chronicles / Chapter 20 - Korai vs Lucius

Chapter 20 - Korai vs Lucius

Korai merasakan tubuhnya semakin lelah, tetapi ada sesuatu yang berbeda kali ini. Kekuatan yang terpendam dalam dirinya, yang selama ini hanya ia rasakan sebagai potensi, kini mulai mengalir dengan bebas. Matanya bersinar biru, dan tubuhnya dipenuhi energi yang luar biasa.

"Tidak... aku tidak bisa kalah sekarang," bisik Korai pada dirinya sendiri. Perasaan aneh menyelimuti dirinya, seolah dunia di sekitarnya melambat, sementara dirinya menjadi lebih cepat dan lebih kuat.

Kaede melihat perubahan yang terjadi pada Korai. "Korai, apa yang terjadi padamu?" tanyanya, suara penuh kekhawatiran.

Korai mengangkat tangannya, dan energi biru yang luar biasa kuat mengalir keluar dari tubuhnya, menciptakan perisai yang jauh lebih besar dan lebih kuat dari sebelumnya. "Aku tidak akan membiarkan ini berakhir seperti ini," kata Korai dengan suara yang lebih dalam dan penuh tekad.

Lucius yang melihat perubahan tersebut terkejut, tetapi segera mengangkat tangannya. "Kekuatan ini... kau tidak tahu apa yang sedang kau hadapi, Korai."

Lucius mengeluarkan kekuatan gelap yang jauh lebih besar, menciptakan gelombang energi hitam yang mengarah langsung ke Korai dan timnya. Korai mengangkat tangannya, berusaha menahan serangan tersebut dengan perisainya. Namun, serangan Lucius terlalu kuat, dan perisai Korai mulai retak.

"Korai, kita harus mundur!" teriak Hana, melihat perisai Korai yang hampir hancur.

Korai menggigit bibirnya. "Tidak! Aku bisa menghadapinya. Kalian mundur dulu!"

Namun, sebelum Korai bisa mengerahkan lebih banyak kekuatan, gelombang energi Lucius menghantamnya dengan keras, membuat tubuhnya terlempar ke dinding. Hana dan Kaede berlari untuk membantu, tetapi Lucius sudah berdiri di depan mereka.

"Tak ada yang bisa melawan kekuatanku," kata Lucius, matanya penuh kebencian

Kaede, yang sudah melihat Korai terjatuh, mengumpulkan seluruh kekuatannya. "Kalian semua, mundur! Aku yang akan menahan Lucius!"

Kaede mengangkat tangannya, menciptakan perisai penyembuhan yang besar untuk melindungi timnya. Namun, Lucius hanya tersenyum dingin.

"Perisai? Itu hanya pertahanan yang lemah, Kaede. Aku akan menghancurkannya dalam sekejap," kata Lucius, melepaskan gelombang energi hitam yang menghancurkan perisai Kaede dalam sekejap.

Hana melangkah maju, mengendalikan angin untuk menciptakan badai yang kuat, mencoba menghalangi serangan Lucius. Namun, angin itu hanya berputar di sekeliling Lucius tanpa bisa menghentikannya.

"Apa yang kalian coba lakukan? Kekuatan kalian tidak ada artinya," kata Lucius dengan suara yang penuh penghinaan.

Korai yang terjatuh dari serangan sebelumnya mulai bangkit, tubuhnya penuh dengan luka. Namun, ada api yang membara di dalam dirinya, dorongan untuk bertarung kembali.

"Kaede, Hana, kalian harus mundur," kata Korai dengan suara pelan namun penuh tekad. "Aku yang akan menghadapinya."

Kaede dan Hana saling bertukar pandang, tetapi mereka tahu bahwa Korai tidak akan menyerah begitu saja. "Korai, hati-hati!" kata Hana dengan cemas.

Korai mengangkat tangannya, dan energi biru yang lebih kuat mulai mengalir dari dalam dirinya. "Aku tidak akan membiarkan kalian kalah!"

Dengan sekuat tenaga, Korai melepaskan serangan energi yang sangat besar, menghantam Lucius dengan kekuatan yang luar biasa. Namun, Lucius hanya tersenyum dan mengangkat tangannya, menciptakan dinding energi hitam yang menyerap seluruh serangan Korai.

"Kau masih belum mengerti, Korai," kata Lucius, suaranya penuh ejekan. "Kekuatanmu masih jauh dari cukup."

Korai terengah-engah, tubuhnya mulai lelah, tetapi ia tidak menyerah. "Aku... tidak akan menyerah!"

Namun, sebelum Korai bisa melanjutkan serangannya, Lucius mengayunkan tangannya, menciptakan gelombang energi yang menghantam seluruh tim Korai. Mereka terlempar ke berbagai arah, tubuh mereka terluka parah.

Korai terjatuh ke tanah, tubuhnya terasa seperti dihantam truk. Namun, di dalam dirinya, ia merasakan sesuatu yang aneh—sebuah dorongan kuat untuk bangkit. Matanya bersinar biru, dan sebuah suara dalam dirinya berkata, Bangkitlah, Korai. Ini bukan akhir.

Korai mengerang, berusaha bangkit. Tubuhnya terasa berat, tetapi semangatnya tidak padam. "Aku... tidak akan... menyerah," bisiknya, perlahan bangkit dari tanah.

Lucius menatap Korai dengan jijik. "Kau masih berusaha? Kau tidak akan pernah menang."

Namun, Korai merasakan kekuatan baru yang mengalir dalam dirinya, sesuatu yang lebih besar dari sebelumnya. "Aku tidak peduli seberapa besar kekuatanmu, Lucius. Aku akan mengalahkanmu."

Dengan kekuatan yang terbangun, Korai melangkah maju, energi biru mengalir lebih deras dari sebelumnya. Ia melepaskan serangan besar, lebih kuat dari apa pun yang pernah ia lakukan sebelumnya. Serangan itu mengarah langsung ke Lucius, dan meskipun Lucius berusaha menahan serangan tersebut, gelombang energi itu terlalu kuat.

Lucius terhuyung mundur, matanya terbeliak kaget. "Tidak... ini tidak mungkin!"

Korai tidak memberi kesempatan untuk Lucius melawan. Dengan satu gerakan, ia menghancurkan dinding energi Lucius dan mengirimkan serangan terakhir yang menghancurkan tubuhnya sepenuhnya.

Lucius terjatuh ke tanah, tubuhnya hancur lebur. Korai terengah-engah, tubuhnya hampir tidak bisa bergerak, tetapi ia tahu bahwa kemenangan ini adalah milik mereka.

Korai jatuh ke lutut, tubuhnya terasa kelelahan. Hana dan Kaede berlari menghampirinya, membantu Korai berdiri.

"Kita... kita berhasil," kata Kaede dengan suara lemah.

Hana tersenyum, meskipun wajahnya penuh luka. "Ya, kita berhasil."

Namun, Korai hanya bisa menatap tubuh Lucius yang hancur. "Ini belum selesai. Kairo masih ada. Dan kita harus terus berjuang."