Chereads / Oposcal Chronicles / Chapter 18 - Api Yang Hilang

Chapter 18 - Api Yang Hilang

Korai dan timnya melangkah semakin dalam ke markas besar Umbra. Suasana terasa mencekam, dengan bayangan gelap menari di sepanjang dinding logam hitam. Suara langkah kaki mereka bergema, menambah ketegangan yang semakin memuncak.

Namun, tiba-tiba mereka mendengar suara langkah kaki lain dari ujung lorong.

"Berhenti," bisik Kaede, mengangkat tangannya yang mulai bersinar dengan energi penyembuh.

Semua orang bersiap untuk bertarung, tetapi dari balik bayangan, seorang pria muncul. Rambut hitamnya berantakan, matanya memancarkan cahaya oranye, dan di tangannya, api berkobar dengan intensitas yang mengintimidasi.

"Ryo Matsuda..." gumam Hana, matanya membelalak.

Korai terkejut. "Ryo? Kau... masih hidup?"

Ryo tersenyum tipis, tetapi kelelahan jelas terlihat di wajahnya. "Ya, aku masih hidup. Tapi aku bukan orang yang sama seperti dulu."

Hana melangkah maju, emosinya campur aduk. "Ryo, kami mengira kau sudah mati. Apa yang terjadi padamu?"

Ryo menjelaskan bahwa setelah pertempuran pertama mereka melawan Kairo, dia tertangkap oleh Umbra. Mereka memanfaatkan kekuatannya untuk eksperimen kejam, mencoba menciptakan senjata berbasis api.

"Mereka memaksaku melawan orang lain—orang-orang yang juga terjangkit Oposcal," kata Ryo dengan suara berat. "Aku dipaksa membunuh mereka untuk bertahan hidup. Aku menjadi monster."

Korai mengepalkan tinjunya. "Jadi, kau bekerja untuk mereka sekarang?"

Ryo menggeleng, api di tangannya meredup. "Tidak. Aku berhasil melarikan diri, tapi aku tahu mereka membiarkanku pergi. Mereka ingin aku kembali ke kalian... untuk mengawasi. Tapi aku tidak akan melakukannya."

Hana menatapnya penuh keraguan. "Bagaimana kami tahu kalau kau tidak berbohong?"

Ryo menatap Hana dengan tatapan penuh rasa bersalah. "Aku tahu kalian tidak punya alasan untuk mempercayai aku. Tapi aku bersumpah, aku di sini untuk membantu kalian menghancurkan mereka."

Kaede melangkah maju, menatap Ryo tajam. "Kalau kau benar-benar ingin membantu, buktikan. Apa yang kau ketahui tentang markas ini?"

Ryo mengangguk. "Aku tahu rute tersembunyi menuju ruang kendali utama. Tapi itu tidak akan mudah. Mereka memiliki penjaga elit di setiap sudut."

Korai menghela napas dalam-dalam. "Kalau begitu, kau ikut dengan kami. Tapi ingat, kalau kau berkhianat..."

"Aku tahu," potong Ryo. "Kalian boleh membunuhku."

Dengan bantuan Ryo, tim Korai menemukan jalur tersembunyi yang membawa mereka lebih dekat ke ruang kendali utama. Namun, perjalanan mereka tidak berjalan mulus. Di tengah perjalanan, mereka dihadang oleh pasukan Eclipse yang dilengkapi dengan senjata berbasis energi.

"Serang!" teriak Korai, melompat ke depan dan menciptakan perisai energi untuk melindungi timnya.

Ryo melangkah maju, tangannya menyala dengan api yang membara. "Biarkan aku menangani mereka."

Dengan gerakan cepat, Ryo melepaskan gelombang api besar yang membakar pasukan Eclipse. Namun, salah satu dari mereka berhasil mengaktifkan alarm, memanggil bala bantuan.

"Kita harus bergerak cepat!" teriak Hana, menarik Kaede yang hampir terkena tembakan.

Ryo memimpin jalan, membuka jalan dengan serangan apinya. Namun, di tengah kekacauan, dia mendengar suara yang familiar.

"Ryo... kau kembali."

Dari balik asap, seorang pria tinggi dengan rambut putih dan mata tajam muncul. Dia mengenakan seragam hitam Umbra, dan di tangannya terdapat pedang bercahaya merah.

"Axel," bisik Ryo, wajahnya tegang.

Korai menatap pria itu dengan curiga. "Siapa dia?"

Ryo menelan ludah. "Dia... salah satu komandan elit Umbra. Dan juga... teman lamaku."

Axel tersenyum dingin. "Kau meninggalkan kami, Ryo. Kau tahu apa artinya itu, bukan?"

Ryo mengepalkan tinjunya, api di tangannya semakin besar. "Aku tidak akan kembali ke sana. Kau harus menghentikanku."

Axel mengangkat pedangnya, mengarahkannya ke Ryo. "Dengan senang hati."