Pertarungan dimulai dengan Magnus meluncurkan serangan besar-besaran. Setiap pukulannya menciptakan ledakan yang menghancurkan area di sekitarnya. Korai berusaha menahan serangan itu, tetapi kekuatan Magnus terlalu besar.
Korai mencoba melawan dengan serangan pedangnya yang kini telah diperkuat oleh energi emas, tetapi Magnus menangkisnya dengan mudah.
"Kekuatanmu memang mengesankan, bocah," kata Magnus sambil tertawa. "Tapi itu tidak cukup untuk melawan seorang komandan utama."
Korai terlempar ke tanah, tubuhnya terasa sakit di setiap inci. Magnus mendekatinya, siap memberikan pukulan terakhir.
Namun, sebelum Magnus sempat menyerang, Hana dan Kaede melompat ke depan, mencoba melindungi Korai.
"Jangan sentuh dia!" teriak Hana, meluncurkan serangan energi ke arah Magnus.
Magnus menepis serangan itu seperti tidak ada apa-apa. "Kalian hanya serangga di mataku."
Dia mengayunkan tangannya, menciptakan gelombang energi yang membuat Hana dan Kaede terlempar.
Korai, yang melihat temannya terluka, merasakan sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Rasa marah dan putus asa berubah menjadi kekuatan yang membara.
"Magnus!" teriak Korai, berdiri dengan tubuh yang kini memancarkan cahaya yang jauh lebih terang daripada sebelumnya.
Magnus berhenti sejenak, terlihat terkejut. "Apa ini...?"
Energi Korai berubah menjadi bentuk yang lebih stabil dan kuat. Pedangnya kini memancarkan aura emas yang bercampur dengan semburat merah, dan tubuhnya dikelilingi oleh cahaya yang berdenyut seperti api.
"Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti mereka lagi," kata Korai dengan suara yang lebih dalam dan penuh tekad.
Magnus tersenyum lebar. "Akhirnya, kau menunjukkan potensi aslimu. Tapi itu masih belum cukup!"
Pertarungan kembali dimulai, kali ini dengan Korai yang memiliki keunggulan. Serangan Magnus mulai kehilangan efektivitas, sementara Korai meluncurkan serangan balik yang semakin kuat.
Namun, meski Korai telah mencapai bentuk baru, Magnus masih memiliki kekuatan cadangan. Dengan gerakan cepat, dia menciptakan ledakan besar yang memisahkan Korai dari timnya.
"Kau memang kuat, bocah. Tapi aku belum selesai," kata Magnus sambil mengangkat tangannya ke langit.
Awan gelap mulai berkumpul di atas mereka, dan Magnus memanggil kekuatan terbesarnya: sebuah tombak energi raksasa yang berkilauan dengan petir.
Korai menatap tombak itu dengan mata penuh tekad. "Aku tidak akan kalah. Aku akan melindungi mereka!"
Dengan kekuatan barunya, Korai melompat ke udara, menantang tombak Magnus dengan serangan terakhirnya.
Ledakan besar terjadi saat serangan Korai dan Magnus bertabrakan. Cahaya terang memenuhi langit malam, membuat semua orang terdiam.
Ketika debu mulai mereda, Korai berdiri di tengah kawah besar, tubuhnya dipenuhi luka, tetapi matanya masih bersinar dengan semangat juang. Magnus terbaring di tanah, tubuhnya terluka parah, tetapi dia masih hidup.
"Kau... menang kali ini, bocah," kata Magnus dengan suara lemah. "Tapi perang ini belum selesai."
Korai tidak menjawab. Dia hanya menatap Magnus dengan tatapan penuh tekad.
Kaede dan Hana berlari mendekat, membantu Korai berdiri.
"Kau melakukannya, Korai," kata Hana dengan suara gemetar.
Korai mengangguk pelan. "Ini baru permulaan. Kita harus bersiap untuk apa yang akan datang."
Magnus tersenyum tipis sebelum tubuhnya menghilang dalam cahaya, teleportasi yang dibantu oleh teknologi Aether.
Korai mengepalkan tangannya. "Mereka akan kembali. Dan kita harus lebih kuat."