Setelah pertempuran sengit melawan Zephyr, Korai dan timnya kembali ke markas sementara di sebuah gua tersembunyi di luar kota. Luka-luka mereka dirawat, dan suasana dipenuhi dengan keheningan yang berat.
Hana duduk di samping Korai, memandangnya dengan raut wajah penuh kekhawatiran. "Kau hampir saja mati tadi. Kau tahu itu, kan?"
Korai menghela napas panjang, menatap pedang energi yang kini bisa ia panggil kapan saja. "Aku tahu. Tapi aku tidak bisa membiarkan mereka menang. Jika aku menyerah, kita semua akan mati."
Kaede, yang sedang merawat luka di lengannya, mendekat. "Kekuatan barumu memang luar biasa, Korai. Tapi Zephyr... dia bukan hanya musuh biasa. Dia bahkan tidak serius melawanmu tadi."
Kata-kata Kaede membuat semua orang terdiam. Mereka tahu itu benar. Zephyr adalah ancaman yang jauh lebih besar daripada yang bisa mereka bayangkan.
Hana memecah keheningan. "Kita harus mencari tahu lebih banyak tentang Aether. Jika mereka memiliki lebih banyak orang seperti Zephyr, kita tidak akan bertahan lama."
Korai mengangguk. "Kita butuh informasi. Dan kita butuh sekutu."
Beberapa hari kemudian, tim Korai memutuskan untuk menyusup ke salah satu fasilitas Aether yang tersembunyi di pinggiran kota. Informasi yang mereka peroleh menunjukkan bahwa tempat itu adalah pusat penelitian baru untuk eksperimen Oposcal.
"Kita harus berhati-hati," kata Kaede saat mereka mendekati fasilitas tersebut. "Tempat ini pasti dijaga ketat."
Korai memimpin timnya, menggunakan kekuatan barunya untuk merasakan keberadaan musuh. Mereka menyelinap masuk melalui jalur tersembunyi, menghindari kamera pengawas dan patroli penjaga.
Namun, saat mereka hampir mencapai pusat fasilitas, sebuah suara dingin menghentikan langkah mereka.
"Beraninya kalian masuk ke wilayah kami."
Dari kegelapan, muncul seorang wanita dengan rambut perak panjang yang berkilauan di bawah cahaya lampu neon. Matanya berwarna merah terang, dan senyumnya penuh rasa percaya diri.
"Aku adalah Astra," katanya, memperkenalkan diri. "Salah satu komandan Aether. Kalian benar-benar bodoh datang ke sini tanpa persiapan."
Korai segera memasang posisi bertarung. "Kami tidak takut padamu. Jika kau mencoba menghentikan kami, kau akan menyesal."
Astra tertawa kecil. "Menyesal? Kau tidak tahu siapa yang kau hadapi, bocah."
Dengan gerakan cepat, Astra meluncurkan serangan berupa ratusan pecahan energi yang melesat seperti anak panah. Korai menggunakan pedang energinya untuk menangkis serangan itu, tetapi kekuatan Astra terlalu besar.
Kaede dan Hana berusaha membantu, tetapi Astra dengan mudah menghalau mereka. Serangan energinya begitu cepat dan presisi, membuat mereka kesulitan untuk mendekat.
"Kalian semua lemah," kata Astra dengan nada mengejek. "Kalian tidak akan pernah bisa melawan Aether."
Korai menggertakkan giginya, merasa frustrasi. Kekuatan barunya tidak cukup untuk mengimbangi Astra.
"Aku tidak bisa menyerah di sini. Aku harus melindungi mereka."
Tiba-tiba, pedang energi Korai mulai berdenyut lebih kuat. Cahaya biru yang mengelilinginya berubah menjadi emas, dan tubuh Korai terasa lebih ringan.
Astra memperhatikan perubahan itu dengan mata menyipit. "Apa ini? Kau... berevolusi?"
Korai merasakan kekuatan yang luar biasa mengalir melalui tubuhnya. "Aku tidak tahu apa ini, tapi aku tidak akan membiarkanmu menang!"
Dia meluncur ke arah Astra dengan kecepatan yang jauh lebih cepat dari sebelumnya. Serangan pedangnya kini mampu menembus pertahanan Astra, membuat wanita itu mundur beberapa langkah.
Namun, Astra tidak menyerah begitu saja. Dia mengerahkan seluruh kekuatannya, menciptakan ledakan energi besar yang menghancurkan sebagian ruangan.
Pertarungan antara Korai dan Astra berlangsung sengit, dengan kedua belah pihak saling melancarkan serangan tanpa henti. Sementara itu, Kaede dan Hana berhasil menemukan pusat data fasilitas tersebut.
"Hana, cepat! Kita tidak punya banyak waktu," kata Kaede sambil mengunduh data ke dalam perangkat mereka.
Hana mengangguk, tangannya bergerak cepat. "Hampir selesai. Tapi suara pertarungan mereka semakin mendekat!"
Korai, yang masih bertarung dengan Astra, mulai kelelahan. Meski kekuatannya meningkat, Astra tampaknya masih memiliki keunggulan dalam pengalaman dan kontrol energi.
"Kau kuat, bocah," kata Astra sambil tersenyum sinis. "Tapi kekuatan saja tidak cukup untuk melawan kami."
Korai tersenyum tipis, meski napasnya tersengal-sengal. "Kau salah. Aku tidak hanya mengandalkan kekuatanku. Aku punya sesuatu yang lebih."
Astra mengangkat alis. "Oh? Dan apa itu?"
Korai melirik ke arah Kaede dan Hana, yang akhirnya berhasil menyelesaikan unduhan data. "Aku punya teman yang selalu mendukungku. Dan itulah yang membuatku lebih kuat darimu."
Dengan serangan terakhir yang penuh dengan semangat dan tekad, Korai berhasil memukul mundur Astra, membuatnya terlempar ke dinding. Namun, sebelum Astra bisa menyerang balik, Kaede berteriak.
"Korai, kita harus pergi sekarang!"
Korai mengangguk, lalu melompat mundur untuk bergabung dengan timnya. Mereka melarikan diri dari fasilitas tersebut, membawa data berharga yang mungkin menjadi kunci untuk menghentikan Aether.