Korai terbaring di tanah, tubuhnya terasa berat dan penuh luka. Namun, di dalam dirinya, ada sesuatu yang berubah. Sebuah kekuatan yang sebelumnya tersembunyi mulai bangkit.
"Bangkitlah, Korai. Kau tidak boleh menyerah sekarang."
Sebuah suara terdengar di dalam kepalanya, suara yang tidak ia kenal namun terasa familiar. Korai membuka matanya, dan dunia di sekitarnya tiba-tiba melambat. Ia merasakan aliran energi yang luar biasa mengalir melalui tubuhnya.
Zephyr, yang berdiri di depannya, tampak terkejut. "Apa ini?"
Korai bangkit perlahan, tubuhnya kini dikelilingi oleh aura bercahaya biru yang berkilauan. Luka-lukanya sembuh dengan cepat, dan rasa sakit yang tadi mencekiknya hilang sepenuhnya.
"Zephyr, kau ingin tahu seberapa kuat aku? Biarkan aku menunjukkan padamu."
Korai mengangkat tangannya, dan sebuah pedang energi terbentuk dari cahaya di genggamannya. Pedang itu berdenyut dengan kekuatan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
Zephyr tersenyum tipis. "Menarik. Mari kita lihat sejauh mana kekuatan barumu ini."
Zephyr meluncur maju, menyerang dengan kecepatan yang luar biasa. Namun, Korai kini mampu mengimbangi setiap gerakannya. Pertarungan mereka berlangsung sengit, setiap benturan menciptakan gelombang energi yang menghancurkan lingkungan sekitar.
Hana dan Kaede hanya bisa menyaksikan dengan kagum dan cemas. Mereka tahu bahwa Korai telah mencapai level baru, tetapi mereka juga tahu bahwa Zephyr bukanlah lawan yang mudah.
Pertarungan antara Korai dan Zephyr mencapai puncaknya. Setiap serangan Korai menjadi lebih kuat, lebih terarah. Namun, Zephyr tetap tersenyum, seolah-olah dia masih memegang kendali.
"Kau memang kuat, Korai," kata Zephyr sambil mundur beberapa langkah. "Tapi ini belum cukup. Aku hanyalah salah satu dari banyak utusan Aether. Dan kau baru saja membuka pintu menuju kehancuranmu sendiri."
Korai mengarahkan pedangnya ke Zephyr. "Aku tidak peduli berapa banyak kalian. Aku akan menghentikan kalian semua, apa pun yang terjadi."
Zephyr tertawa kecil. "Kita lihat saja nanti. Tapi untuk sekarang, anggap ini sebagai peringatan."
Zephyr menghilang dalam sekejap, meninggalkan Korai dan timnya dalam kebingungan.
Korai menatap pedangnya yang masih bersinar. Ia tahu bahwa ini baru awal dari sesuatu yang jauh lebih besar.
Setelah pertempuran sengit melawan Zephyr, Korai dan timnya kembali ke markas sementara di sebuah gua tersembunyi di luar kota. Luka-luka mereka dirawat, dan suasana dipenuhi dengan keheningan yang berat.
Hana duduk di samping Korai, memandangnya dengan raut wajah penuh kekhawatiran. "Kau hampir saja mati tadi. Kau tahu itu, kan?"
Korai menghela napas panjang, menatap pedang energi yang kini bisa ia panggil kapan saja. "Aku tahu. Tapi aku tidak bisa membiarkan mereka menang. Jika aku menyerah, kita semua akan mati."
Kaede, yang sedang merawat luka di lengannya, mendekat. "Kekuatan barumu memang luar biasa, Korai. Tapi Zephyr... dia bukan hanya musuh biasa. Dia bahkan tidak serius melawanmu tadi."
Kata-kata Kaede membuat semua orang terdiam. Mereka tahu itu benar. Zephyr adalah ancaman yang jauh lebih besar daripada yang bisa mereka bayangkan.
Hana memecah keheningan. "Kita harus mencari tahu lebih banyak tentang Aether. Jika mereka memiliki lebih banyak orang seperti Zephyr, kita tidak akan bertahan lama."
Korai mengangguk. "Kita butuh informasi. Dan kita butuh sekutu."
"Aether…" gumamnya. "Aku akan menemukan kalian. Dan aku akan menghentikan semuanya."
Hana mendekatinya, menatapnya dengan cemas. "Korai, kau baik-baik saja?"
Korai mengangguk, meski tubuhnya masih gemetar karena kelelahan. "Aku baik-baik saja. Tapi kita harus bersiap. Mereka akan kembali, dan kali ini, kita harus lebih kuat."
Kaede menatap langit malam yang penuh bintang. "Ini belum berakhir. Tapi kita akan bertarung sampai akhir."