Tim Korai bergerak cepat menuju markas Aether yang tersembunyi di dalam pegunungan. Mereka tahu bahwa ini akan menjadi pertarungan yang lebih berat dari sebelumnya. Semakin mereka mendekat, semakin terasa tekanan yang mengintai mereka.
Namun, saat mereka tiba di lokasi yang diperkirakan, mereka terkejut. Tidak ada markas, tidak ada pasukan yang terlihat. Hanya keheningan yang mencekam.
"Kenapa ini begitu sunyi?" tanya Kaede, matanya waspada.
Korai mengerutkan kening. "Ini tidak beres. Mereka sedang menunggu kita."
Tiba-tiba, dari dalam kegelapan, muncul sosok yang sangat familiar—Raiden, yang seharusnya sudah mati.
"Raiden?" Korai bertanya, terkejut melihat musuh lama itu masih hidup.
Raiden tersenyum dingin, matanya penuh dengan kebencian. "Kalian pikir kalian sudah menang? Kalian hanya melawan bayangan dari Aether. Aku adalah utusan mereka, dan kalian tidak akan pernah bisa menghentikan kami."
Korai merasa tubuhnya kaku. "Kau... kau seharusnya sudah mati. Apa yang terjadi padamu?"
Raiden tertawa sinis. "Kematian adalah awal dari kebangkitan. Aku bukan lagi manusia biasa. Aku adalah bagian dari Aether sekarang. Mereka memberiku kekuatan yang tak terbayangkan. Kalian tidak akan pernah bisa mengalahkanku."
Korai merasakan kegelisahan yang mendalam. Ini bukan lagi pertempuran biasa. Raiden bukan hanya musuh yang lebih kuat, tetapi dia juga memiliki kekuatan yang jauh melampaui apa yang mereka hadapi sebelumnya.
"Apa yang harus kita lakukan, Korai?" Hana bertanya, suaranya penuh kecemasan.
Korai menggigit bibirnya. "Kita harus bertarung, tidak peduli seberapa besar kekuatan mereka. Jika kita menyerah sekarang, semuanya akan sia-sia."
Namun, Raiden sudah siap untuk menyerang. Dengan satu gerakan cepat, dia meluncurkan serangan yang begitu kuat, menghancurkan tanah di sekitar mereka.
Korai berusaha untuk menahan serangan itu dengan perisai energi, tetapi serangan Raiden terlalu kuat. Korai merasa tubuhnya terhantam keras, dan perisainya hampir hancur.
"Korai!" teriak Kaede, berlari untuk membantu.
"Jangan!" teriak Korai. "Aku bisa menghadapinya. Kalian harus bertahan."
Namun, meskipun Korai berusaha keras, tubuhnya semakin lelah. Ia tahu bahwa mereka tidak akan bisa bertahan lama jika Raiden terus menyerang dengan kekuatan sebesar itu.
Raiden melangkah maju, matanya penuh dengan kebencian. "Kalian tidak bisa melawan kami. Aether sudah terlalu kuat."
Korai menggigit bibirnya, berusaha mengumpulkan sisa-sisa kekuatan yang ada. "Aku... aku tidak akan menyerah."
Namun, semakin lama, semakin banyak keraguan yang muncul dalam dirinya. Seperti ada sesuatu yang menggerogoti tekadnya, memaksanya untuk bertanya-tanya apakah mereka benar-benar bisa mengalahkan musuh yang jauh lebih kuat ini.
Korai terengah-engah, tubuhnya hampir roboh setelah menerima serangan terakhir dari Raiden. Sosok musuhnya berdiri kokoh, wajahnya dipenuhi senyuman dingin. Raiden kini lebih kuat dari sebelumnya, tubuhnya diliputi aura gelap yang terasa menekan.
"Kau pikir aku akan kalah secepat itu, Korai?" Raiden menyeringai, tangannya menyala dengan energi hitam yang berdenyut seperti jantung. "Aether telah memberiku kekuatan yang jauh melampaui apa yang pernah kau bayangkan. Kau tidak akan pernah menang."
Korai menggertakkan giginya, tangannya bergetar saat mencoba bangkit kembali. "Aku tidak peduli seberapa kuat kau sekarang, Raiden. Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan dunia ini."
Hana dan Kaede, yang juga terluka parah, mencoba mendekat untuk membantu, tetapi Raiden hanya melambaikan tangannya. Sebuah gelombang energi gelap menghantam mereka, membuat keduanya terlempar ke belakang.
"Tidak ada yang akan menyelamatkanmu kali ini, Korai," kata Raiden sambil berjalan perlahan mendekat.
Namun, saat Raiden mengangkat tangannya untuk menyerang, sebuah suara berat tiba-tiba terdengar dari kegelapan.
"Cukup, Raiden. Kau bermain terlalu lama."
Semua orang terdiam. Dari bayangan, muncul seorang pria tinggi dengan jubah hitam yang menjuntai hingga tanah. Wajahnya tersembunyi di balik topeng perak, dan aura yang memancar darinya bahkan lebih menakutkan daripada Raiden.
"Siapa kau?" tanya Korai, mencoba menahan rasa takut yang menjalar di tubuhnya.
Pria itu tidak menjawab. Sebaliknya, dia melirik Raiden dengan tajam. "Kau diberi tugas untuk menghancurkan mereka, bukan untuk bermain-main. Kau mengecewakan kami, Raiden."
Raiden tampak terkejut, bahkan sedikit takut. "T-Tuan Zephyr… aku hanya—"
"Cukup," potong pria itu, yang kini diketahui bernama Zephyr. "Aku akan menyelesaikan ini sendiri."
Zephyr mengangkat tangannya, dan dalam sekejap, tubuh Raiden tersentak seperti ditarik oleh kekuatan tak terlihat. Dalam sekejap mata, Raiden lenyap, seperti ditelan oleh kegelapan.
Korai menatap Zephyr dengan ngeri. "Apa yang kau inginkan? Mengapa kau melakukan semua ini?"
Zephyr menatap Korai, suaranya tenang namun penuh ancaman. "Kami tidak menginginkan apa pun darimu, anak muda. Kau hanyalah bagian kecil dari rencana besar kami. Namun, kau terlalu berbahaya untuk dibiarkan hidup."
Sebelum Korai bisa merespons, Zephyr mengayunkan tangannya, dan sebuah gelombang energi besar melesat ke arahnya. Korai mencoba bertahan, tetapi kekuatan itu terlalu besar. Tubuhnya terpental keras, menghantam dinding dengan suara gemuruh.
"Korai!" teriak Hana, berlari ke arahnya.
Namun, Zephyr hanya melirik ke arah Hana. "Kalian semua hanyalah pengganggu kecil. Kalian tidak layak untuk hidup."
Zephyr mengangkat tangannya lagi, tetapi sebelum dia sempat menyerang, tubuh Korai tiba-tiba memancarkan cahaya terang.
To be Contine..