Chereads / Oposcal Chronicles / Chapter 4 - Kekuatan Sejati

Chapter 4 - Kekuatan Sejati

Korai berdiri tegak, tubuhnya bersinar dengan cahaya biru yang semakin intens. Raiden, yang sebelumnya menganggap enteng lawan-lawannya, kini melihat perubahan yang mencolok pada Korai.

"Begitu... jadi kau akhirnya mulai menguasai kekuatanmu," kata Raiden, matanya menyipit. "Tapi itu tidak akan cukup untuk mengalahkanku."

Korai mengangkat kedua tangannya, merasakan energi mengalir deras ke seluruh tubuhnya. Suara angin berputar di sekitarnya, dan tanah di bawah kakinya bergetar. Ia bisa merasakan kekuatan yang lebih besar daripada sebelumnya, seolah seluruh dunia berada dalam genggamannya.

"Raiden, kau benar-benar tidak mengerti. Kekuatan bukan hanya soal menghancurkan. Ini tentang mengendalikan diri." Korai berbicara dengan suara yang penuh tekad.

Raiden tertawa sinis. "Kendalikan diri? Kau benar-benar pikir itu cukup? Dunia ini hanya akan menghargai kekuatan, Korai. Hanya yang kuat yang bertahan hidup!"

Dengan kecepatan luar biasa, Raiden meluncurkan serangan, menciptakan gelombang kejut yang menghancurkan segala yang ada di jalurnya. Korai, dengan refleks yang lebih cepat dari sebelumnya, mengangkat tangannya dan menyalurkan energi untuk menciptakan perisai energi yang memblokir serangan Raiden.

Namun, kekuatan Raiden begitu besar sehingga perisai Korai hampir hancur. Tubuh Korai berguncang, tetapi ia tetap berdiri. "Aku tidak akan menyerah," gumamnya, berusaha menstabilkan energinya.

Tiba-tiba, tubuh Korai mengeluarkan ledakan energi yang sangat kuat, mendorong Raiden mundur beberapa langkah. Korai mengendalikan energi itu dengan lebih baik, mengubahnya menjadi gelombang yang menghancurkan tanah di sekitarnya, tetapi tetap menghindari teman-temannya yang berada di belakang.

"Ini... ini adalah kekuatanku yang sesungguhnya," bisik Korai, merasa seperti ia baru saja menyentuh potensi terbesarnya.

Raiden mundur, terengah-engah, matanya penuh kebencian. "Kau... kau lebih kuat dari yang aku kira. Tapi aku tidak akan kalah begitu saja!"

Dengan penuh kemarahan, Raiden menyerang lagi, kali ini dengan kekuatan yang lebih mematikan. Namun, Korai sudah siap. Ia mengangkat tangannya, memfokuskan energi untuk menciptakan sebuah bola energi raksasa yang berputar di udara.

"Cobalah ini!" Korai berteriak, melepaskan bola energi yang menghancurkan segala yang ada di jalurnya, termasuk Raiden yang terlempar ke belakang, tubuhnya terhantam tanah dengan keras.

Raiden terjatuh ke tanah, tidak bergerak. Korai terengah-engah, tubuhnya terasa lelah setelah menggunakan kekuatan sebesar itu.

Kaede, yang sebelumnya berada di belakang, berjalan maju dengan hati-hati. "Korai... kau berhasil."

Korai menatap Kaede, matanya masih berkilau dengan sisa-sisa energi. "Aku... aku tidak tahu bagaimana bisa mengendalikan kekuatan ini. Tapi aku tidak bisa berhenti. Tidak sekarang."

Setelah pertarungan dengan Raiden, Korai dan timnya kembali ke fasilitas untuk memulihkan diri. Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama. Korai merasa ada sesuatu yang tidak beres. Sesuatu yang lebih besar dari wabah Oposcal.

Suatu malam, Korai memutuskan untuk menemui ayahnya, Dr. Hiroshi Inoue, di ruang laboratorium. Ia merasa ada yang disembunyikan dari dirinya—sesuatu yang penting tentang asal-usul Oposcal.

"Ayah, ada yang ingin aku tanyakan," kata Korai dengan serius.

Hiroshi menatap putranya dengan tatapan khawatir. "Apa itu, Korai?"

"Aku ingin tahu lebih banyak tentang Oposcal. Mengapa wabah ini muncul? Siapa yang menciptakannya?"

Hiroshi menghela napas panjang, matanya penuh kelelahan. "Korai... ada sesuatu yang harus kau ketahui. Oposcal bukan hanya wabah yang dirancang untuk memilih yang kuat. Itu adalah eksperimen besar yang dilakukan oleh organisasi yang disebut Kairo."

Korai terkejut. "Kairo? Aku pernah mendengarnya... tapi mereka itu siapa?"

Hiroshi menunduk, tampak ragu untuk melanjutkan. "Kairo adalah kelompok rahasia yang berusaha menciptakan ras manusia baru, yang lebih kuat dan lebih tahan terhadap segala ancaman. Mereka menggunakan wabah Oposcal untuk menguji apakah manusia bisa beradaptasi dengan kekuatan yang luar biasa. Dan mereka memilihmu, Korai, karena kamu adalah subjek yang paling berhasil."

Korai terdiam, kata-kata ayahnya mengganggu pikirannya. "Jadi, aku... aku hanya percobaan mereka?"

"Aku tidak tahu seberapa besar peranmu dalam rencana mereka, Korai. Tapi aku tahu satu hal—kau memiliki potensi yang lebih besar daripada yang mereka kira. Kekuatanmu bukan hanya karena Oposcal. Itu adalah sesuatu yang lebih dalam."

Korai merasakan beban yang semakin berat. Ia tidak hanya berjuang untuk mengendalikan kekuatannya, tetapi juga untuk mencari tahu siapa yang benar-benar mengendalikan takdirnya.