Chereads / Oposcal Chronicles / Chapter 3 - Pertemuan dengan Ayah

Chapter 3 - Pertemuan dengan Ayah

Setelah latihan, Korai dipanggil ke ruang penelitian oleh ayahnya, Dr. Hiroshi Inoue. Di dalam ruangan itu, layar-layar besar menampilkan data tentang wabah Oposcal dan para terpilih.

"Kau memanggilku, Ayah?" tanya Korai.

Hiroshi menoleh, wajahnya serius. "Korai, ada sesuatu yang harus kau ketahui tentang Oposcal."

Korai duduk di kursi, merasa tegang.

"Wabah ini bukan fenomena alami," kata Hiroshi. "Oposcal adalah hasil eksperimen manusia."

Korai terkejut. "Apa maksudmu? Siapa yang menciptakannya?"

"Kami tidak tahu pasti siapa yang bertanggung jawab. Tetapi wabah ini dirancang untuk memisahkan yang kuat dari yang lemah. Hanya mereka yang dianggap 'layak' yang bisa bertahan dan mendapatkan kekuatan."

Korai menggenggam tangannya, mencoba mencerna informasi itu. "Jadi, aku hanya bertahan karena... aku 'layak'? Apa artinya itu?"

Hiroshi menatap putranya dengan penuh rasa bersalah. "Aku tidak tahu, Korai. Tapi aku yakin kau memiliki peran penting dalam semua ini. Dan itu sebabnya kau harus belajar mengendalikan kekuatanmu. Dunia membutuhkanmu."

Korai terdiam, merasa beban di pundaknya semakin berat.

Beberapa minggu kemudian, tim mereka mendapat misi baru: menyelidiki aktivitas mencurigakan di sebuah kota kecil yang dilaporkan menjadi pusat penyebaran wabah.

Saat mereka tiba, kota itu sudah hancur. Bangunan runtuh, jalanan penuh dengan mayat, dan udara terasa berat.

"Ini bukan wabah biasa," gumam Hana, merasa ngeri.

Tiba-tiba, suara langkah kaki berat terdengar. Dari balik reruntuhan, seorang pria besar dengan tubuh berotot muncul. Matanya bersinar merah, dan tubuhnya dipenuhi luka yang tampak seperti bercahaya.

"Akhirnya... aku menemukan kalian," katanya dengan suara menggelegar.

Kaede langsung berdiri di depan tim. "Siapa kau?"

Pria itu tersenyum dingin. "Namaku Raiden. Aku salah satu terpilih. Dan tugasku adalah menghancurkan kalian."

Raiden menyerang dengan kekuatan luar biasa, menciptakan gelombang kejut yang menghancurkan tanah di sekitar mereka. Tim Korai berusaha melawan, tetapi kekuatan Raiden terlalu besar.

Korai, yang masih belum sepenuhnya menguasai kemampuannya, mencoba melindungi teman-temannya. Namun, setiap kali ia menggunakan energinya, ia merasa tubuhnya semakin lemah.

"Kau terlalu lemah untuk melawanku!" ejek Raiden, menyerang Korai dengan pukulan keras.

Korai terlempar ke dinding, darah mengalir dari kepalanya. Namun, di tengah rasa sakit itu, ia mendengar suara yang familiar di kepalanya.

"Apakah kau siap menerima kekuatan sejati? Jika tidak, kau akan mati di sini."

Korai menggenggam tanah, bangkit perlahan. "Aku tidak akan membiarkan kalian terluka. Aku tidak akan lari."

Tubuhnya mulai bersinar lagi, tetapi kali ini lebih stabil. Ia merasakan kekuatannya mengalir dengan cara yang berbeda.

"Raiden, ini akan menjadi akhir dari kesombonganmu," ucap Korai, matanya bersinar biru terang.

To be contine...