Chereads / Oposcal Chronicles / Chapter 2 - Perjalanan Di mulai

Chapter 2 - Perjalanan Di mulai

Korai mulai menyadari bahwa menjadi terpilih bukanlah berkah, melainkan beban. Ia harus menghadapi orang-orang yang takut padanya, pemerintah yang ingin mengontrolnya, dan musuh-musuh yang terus bermunculan.

Namun, ia juga tahu bahwa ia memiliki tanggung jawab besar. Dengan kekuatannya, ia bisa melindungi orang-orang yang ia cintai dan membantu menciptakan dunia yang lebih baik.

"Ini bukan tentang kekuatan yang aku miliki, tapi bagaimana aku menggunakannya," pikir Korai.

Korai duduk di atas atap fasilitas rahasia pemerintah, tempat para terpilih dilatih. Langit malam penuh bintang, tetapi pikirannya gelap. Kemenangan atas Akira Kuroda terasa pahit. Ia merasa gagal melindungi orang-orang di kota itu—kerusakan yang ia sebabkan dengan kekuatannya lebih besar dari yang ia bayangkan.

Langkah kaki ringan terdengar di belakangnya.

"Kau suka melamun, ya?" suara Hana Takagi, rekan satu timnya, memecah keheningan.

Korai menoleh, melihat gadis itu berdiri dengan tangan di pinggang. Rambut hitam panjangnya berkibar tertiup angin.

"Hana... aku hanya berpikir. Apa aku benar-benar cocok untuk ini?" Korai berkata, suaranya pelan.

Hana mendekat dan duduk di sampingnya. "Kau bercanda? Kau menyelamatkan kami semua saat melawan Akira. Kalau bukan karena energimu, kita mungkin sudah mati sekarang."

"Tapi aku hampir membunuh kalian juga. Aku tidak bisa mengontrol kekuatanku. Bagaimana kalau lain kali aku benar-benar kehilangan kendali?"

Hana terdiam sejenak, memandang langit. "Aku juga takut, tahu. Setiap kali aku menggunakan kekuatanku, aku merasa seperti angin itu bisa menghancurkan semuanya, termasuk diriku sendiri. Tapi aku memilih untuk percaya pada diriku. Dan pada kalian."

Korai menatap Hana, merasa sedikit lega mendengar kata-katanya. Tapi sebelum ia bisa menjawab, suara berat Ryo Matsuda terdengar dari bawah.

"Oi, kalian berdua! Kalau mau pacaran, jangan di atap! Kita ada latihan pagi besok!"

Hana langsung berdiri, wajahnya memerah. "Apa? Siapa yang pacaran?!" teriaknya, menendang batu kecil ke arah Ryo.

Ryo hanya tertawa keras dari bawah, sementara Korai tersenyum kecil. Untuk pertama kalinya dalam beberapa hari, ia merasa sedikit lebih ringan.

Keesokan paginya, tim mereka berkumpul di ruang latihan. Fasilitas itu dilengkapi teknologi canggih untuk menguji dan mengembangkan kekuatan para terpilih.

"Baiklah, semuanya. Fokus hari ini adalah pengendalian kekuatan," ujar Kaede Shimizu, pemimpin tim mereka. Suaranya tegas, tetapi ada kelembutan dalam nada bicaranya.

"Korai, kau yang pertama," lanjut Kaede sambil menunjuk ke arah arena latihan.

Korai menghela napas dalam-dalam dan melangkah maju. Di hadapannya, sebuah target logam besar berdiri kokoh.

"Kau harus menghancurkan target itu tanpa menyebabkan kerusakan di sekitarnya," jelas Kaede.

Korai mengangkat tangannya, mencoba memusatkan energinya. Tubuhnya mulai bersinar dengan cahaya biru, dan udara di sekitarnya bergetar. Namun, saat ia melepaskan energi itu, ledakannya terlalu besar, menghancurkan target sekaligus dinding di belakangnya.

"Korai!" Kaede berteriak, melindungi yang lain dengan perisai energinya.

Korai terjatuh, kehabisan napas. "Aku... aku tidak bisa mengendalikannya."

Kaede berjalan mendekat, menatapnya dengan tajam. "Dengar, Korai. Kekuatanmu luar biasa, tetapi jika kau terus membiarkan ketakutan menguasaimu, kau tidak akan pernah belajar mengendalikannya. Percaya pada dirimu sendiri."

Korai mengangguk pelan. Kata-kata Kaede menusuk hatinya, tetapi ia tahu itu benar.