Chereads / Infinite Sovereign [ Fantasi Indonesia ] / Chapter 32 - Bab 32: Jejak Tersembunyi di Xythera

Chapter 32 - Bab 32: Jejak Tersembunyi di Xythera

Setelah menembus portal dimensi yang membawanya ke Xythera, Sasuga dan timnya mendapati diri mereka berada di dunia yang tampak seperti sebuah teka-teki besar. Langit Xythera berwarna keunguan dengan kilatan-kilatan aurora yang terus bergerak, sedangkan daratannya penuh dengan formasi kristal raksasa yang memantulkan cahaya. Namun, di balik keindahan itu, ada perasaan mencekam.

"Ini bukan tempat biasa," gumam Lyra sambil menggenggam senjatanya erat. "Energi di sini... tidak stabil, tapi sangat tua."

Aetherion menyesuaikan sensor di tubuhnya. "Deteksi energiku menunjukkan adanya konsentrasi Nexus Core di bagian utara. Tapi ada hal lain yang mengganggu... sesuatu yang tidak terdefinisi."

"Apakah itu ancaman?" tanya Luna dengan nada tegas.

"Belum bisa dipastikan, tapi kita harus tetap waspada," jawab Aetherion.

Sasuga melangkah maju, mantel hitamnya berkibar tertiup angin lembut namun dingin. Ia menatap jauh ke arah utara, ke tempat di mana kristal-kristal besar tampak membentuk pola seperti labirin.

"Kalau energi Nexus Core ada di sana, itu artinya jalan ini adalah ujian berikutnya," katanya pelan.

Perjalanan menuju labirin bukanlah sesuatu yang mudah. Kristal-kristal di sekitarnya tampaknya hidup. Beberapa kali, mereka memancarkan gelombang cahaya yang membuat tim kehilangan orientasi.

"Awas! Jangan terlalu dekat dengan kristal!" seru Lyra ketika salah satu anggota tim, seorang prajurit bernama Kael, hampir menyentuh salah satu kristal dan langsung terjatuh, pingsan.

Sasuga mendekati Kael, menempatkan tangannya di atas dada prajurit itu. Dengan aliran energi yang ia kendalikan, ia membantu menstabilkan kondisinya.

"Kristal ini tidak hanya mengganggu pikiran. Mereka seolah-olah menghisap energi jiwa," katanya serius.

"Jadi, apa rencanamu?" tanya Luna.

"Kita harus tetap fokus. Jangan biarkan pikiran kita melayang, dan jangan menyentuh apa pun kecuali benar-benar perlu," jawab Sasuga.

Dengan hati-hati, mereka melanjutkan perjalanan ke dalam labirin. Setiap langkah terasa seperti ujian kesabaran dan ketahanan mental. Kadang-kadang, bayangan mereka sendiri tampak bergerak, seolah-olah kristal menciptakan ilusi untuk menguji mereka.

Setelah berjam-jam berjalan tanpa henti, mereka tiba di pusat labirin. Di sana, berdiri sebuah monumen kristal besar dengan tulisan kuno yang terukir di permukaannya. Sasuga mendekatinya, dan tiba-tiba monumen itu memancarkan cahaya yang menyilaukan.

Sebuah sosok holografik muncul dari monumen itu, seorang pria tua dengan jubah putih panjang.

"Selamat datang, Sang Infinite Sovereign," kata sosok itu. "Aku adalah Zythor, penjaga Xythera."

"Penjaga?" tanya Sasuga dengan nada rendah.

"Ya. Tugas kami adalah melindungi inti energi Nexus Core yang tersembunyi di Xythera. Namun, kini segel yang melindungi energi tersebut mulai melemah karena kebangkitan Eldritch Sovereign," jelas Zythor.

Sasuga mengangguk kecil. "Kami di sini untuk memastikan Nexus Core tidak jatuh ke tangan mereka."

Zythor mengangguk, tapi ekspresinya berubah muram. "Namun, untuk mencapai Nexus Core, kau harus menyelesaikan ujian terakhir, Sasuga. Ini adalah ujian yang tidak hanya menguji kekuatanmu, tapi juga hatimu. Karena Nexus Core hanya akan menerima jiwa yang benar-benar layak."

Zythor menjelaskan bahwa ujian akan membawa Sasuga ke dalam pikirannya sendiri, menghadapkan dirinya dengan bayangan masa lalunya. Tanpa ragu, Sasuga menerima tantangan itu.

Saat ia menyentuh monumen kristal, dunia di sekitarnya berubah. Ia mendapati dirinya berada di sebuah ruang kosong, dikelilingi oleh kilatan-kilatan memori.

Di depannya, muncul sosok seorang anak kecil—dirinya sendiri saat masih muda. Anak itu memandangnya dengan mata penuh ketakutan.

"Mengapa kau meninggalkan semuanya?" tanya anak itu.

Sasuga terdiam sejenak. Ia tahu pertanyaan itu mengacu pada masa lalunya, ketika ia memilih untuk menyegel kekuatannya dan mengasingkan diri.

"Aku melakukannya karena aku takut. Aku takut pada kekuatanku sendiri," jawab Sasuga.

Anak itu menatapnya dengan tajam. "Tapi ketakutanmu membuat dunia ini hancur. Kau meninggalkan tanggung jawabmu."

Sebelum Sasuga sempat menjawab, bayangan lain muncul. Kali ini, itu adalah sosok ayahnya, sosok yang pernah ia hormati tetapi juga menjadi sumber luka terbesarnya.

"Aku menciptakanmu untuk menjadi sempurna, Sasuga," kata sang ayah dengan nada dingin. "Tapi kau mengecewakanku."

Sasuga mengepalkan tangannya. "Aku bukan alatmu, dan aku bukan dewa yang sempurna. Aku adalah diriku sendiri."

Ketika ia mengucapkan kata-kata itu, ruang di sekitarnya mulai retak. Bayangan-bayangan itu memudar, digantikan oleh cahaya terang.

Sasuga terbangun dari ujian, berdiri di depan monumen kristal. Di sekitarnya, Luna dan timnya menatapnya dengan cemas.

"Kau baik-baik saja?" tanya Luna.

Sasuga mengangguk. "Aku telah menerima diriku sepenuhnya. Sekarang, mari kita lanjutkan."

Monumen itu membuka jalan ke sebuah ruang tersembunyi, tempat Nexus Core berada. Namun, mereka segera menyadari bahwa mereka tidak sendirian.

Di tengah ruangan, berdiri salah satu Eldritch Sovereign, sosok yang memancarkan aura gelap dan mengintimidasi.

"Jadi, kau berhasil mencapai Nexus Core," katanya dengan nada mengejek. "Tapi ini sejauh yang bisa kau capai, Sang Infinite Sovereign."

Sasuga menatapnya tanpa gentar. Ia tahu bahwa pertarungan ini tidak bisa dihindari, tapi ia juga tahu bahwa dengan timnya di sisinya, ia bisa mengatasi apa pun yang menghadang.

Bab ini berakhir dengan Sasuga dan timnya bersiap menghadapi ancaman baru di depan mereka, membawa pembaca ke babak baru yang penuh ketegangan dan harapan.