Chereads / Infinite Sovereign [ Fantasi Indonesia ] / Chapter 27 - Bab 26: Menegakkan Takdir

Chapter 27 - Bab 26: Menegakkan Takdir

Kegelapan yang menyelimuti dimensi tempat The Architects of Time bersemayam semakin pekat. Setiap langkah Sasuga terasa berat, namun tekad di dalam hatinya tidak tergoyahkan. Wajahnya yang penuh ketegasan bersinar meskipun tubuhnya telah kelelahan, darahnya berdenyut seiring dengan suara dentuman waktu yang tak terhitung.

The Architects of Time, dengan tubuh mereka yang mengambang dan kekuatan yang memutar ruang dan waktu, menatapnya dengan pandangan yang seolah berasal dari dimensi yang berbeda. Wajah mereka kabur, namun cahaya di sekitar mereka tampak seperti aliran waktu yang mengalir di luar kendali, seolah menggulung segala sesuatu di sekitar mereka. Sasuga bisa merasakan perbedaan yang tajam antara dirinya dan mereka—mereka adalah makhluk yang telah melintasi batas-batas waktu, sementara ia hanya seorang manusia dengan kekuatan yang baru saja ia dapatkan. Namun, itu tidak menghentikan niatnya.

Luna berdiri di sampingnya, matanya penuh dengan kecemasan dan harapan. "Sasuga," suaranya lembut, namun penuh keteguhan. "Aku tahu kau bisa melakukan ini. Ingatlah, kau bukan hanya seorang manusia biasa lagi. Kau adalah pelindung multiverse ini."

Sasuga menatapnya dengan senyum tipis yang menunjukkan tekad yang kuat. "Aku tahu. Dan aku tidak akan pernah membiarkan siapapun merusak dunia ini, tidak peduli siapa mereka atau apa yang mereka wakili."

Sasuga mengalihkan pandangannya kembali kepada The Architects of Time. Mereka hanya mengamati, seolah menunggu untuk melihat apa yang akan dilakukan oleh seorang manusia dengan kekuatan luar biasa ini.

Salah satu dari mereka, yang tampaknya menjadi pemimpin, melangkah maju. Wajahnya yang tidak terdefinisi itu memancarkan kekuatan yang bahkan Sasuga sulit untuk dipahami. "Kau berani melawan kami, Sasuga, Sang Infinite Sovereign," suaranya terdengar seperti aliran sungai yang mengalir di ruang kosong, penuh dengan pengetahuan yang tak terhitung. "Namun, kau harus tahu satu hal—waktu bukanlah sesuatu yang bisa kau ubah. Dimensi ini telah dirancang sejak awal. Semua yang kau lakukan hanyalah sebuah bagian dari takdir yang sudah ditentukan."

Sasuga menarik napas dalam-dalam, merasakan setiap kata yang terucap, namun tetap berdiri tegak. "Takdir memang bisa berubah. Setiap pilihan yang kita buat adalah bagian dari takdir yang baru. Itu sebabnya aku akan melawan, untuk mengubah apa yang telah kau tentukan. Dunia ini, multiverse ini, berhak untuk memiliki pilihan."

The Architect tertawa, suara yang bergema seolah melintasi ribuan tahun. "Pilihan? Manusia selalu berbicara tentang pilihan. Tapi semua ini sudah ditentukan. Tidak ada yang bisa mengubahnya."

"Jika tidak ada yang bisa mengubahnya, lalu kenapa kalian terus mengamati?" Sasuga bertanya, suaranya penuh tantangan. "Kenapa kalian masih menguji kami, jika takdir sudah ditentukan?"

The Architect itu terdiam, matanya yang kabur kini seolah menatap lebih dalam ke dalam jiwa Sasuga. "Kami mengamati karena kami perlu memastikan—kekuatan seperti milikmu harus dilihat dan dihargai. Kekuatan yang tak seharusnya ada dalam tangan seorang manusia."

Sasuga merasakan sesuatu yang lebih kuat mengalir di dalam dirinya. Bukan hanya kekuatan yang ia peroleh dari Nexus Core atau kekuatan dari ibu yang telah memberinya energi baru—tapi kekuatan yang berasal dari dirinya sendiri. Dari tekadnya, dari kasih sayangnya terhadap dunia yang ingin ia lindungi. Sasuga bukan hanya sebuah entitas yang penuh dengan kekuatan. Ia adalah manusia, dengan segudang emosi, harapan, dan kemampuan untuk memilih untuk melawan takdir.

"Jika takdir memang telah ditentukan, maka aku akan membuktikan padamu bahwa manusia, dengan segala keterbatasannya, dapat mengubahnya," kata Sasuga dengan suara yang penuh keyakinan. "Aku bukan hanya Sang Infinite Sovereign. Aku Sasuga, dan aku memilih untuk melindungi dunia ini."

Dengan kata-kata itu, Sasuga mengangkat tangannya. Cahaya keemasan yang memancar dari tubuhnya kembali bersinar terang, kali ini lebih kuat dan lebih terarah. Cahaya itu berputar, mengalir ke udara di sekitarnya, membentuk pola yang rumit namun indah. Sasuga merasa energi yang mengalir di tubuhnya seperti aliran sungai yang tiada henti, membawa kekuatan yang lebih besar daripada yang pernah ia bayangkan.

The Architects of Time memandang dengan tatapan tak percaya. "Kau... kau benar-benar berani."

Dengan gerakan cepat, Sasuga menyerang. Namun, The Architects tidak bergerak begitu saja. Mereka memutar waktu, membuat setiap serangan yang Sasuga lancarkan tampak sia-sia, seolah ia menyerang bayangan yang tak bisa dijangkau.

Namun, Sasuga tidak menyerah. Setiap kali serangannya gagal, ia mengalihkan kekuatannya, menyesuaikan gerakannya dengan cepat. Ia tahu bahwa kekuatan ini bukanlah segalanya. Lebih dari itu, ia harus memanfaatkan akalnya, kekuatan kemanusiaannya yang tidak dimiliki oleh makhluk seperti The Architects.

Luna, yang berdiri di sampingnya, merasakan kekuatan yang melingkupi Sasuga. Ia tahu bahwa Sasuga kini berada di luar batasan fisik manusia, tetapi kekuatan itu tetap memiliki batas—batas yang tidak hanya tentang tubuh, tetapi tentang pilihan. Sasuga tidak hanya mengandalkan kekuatan, ia mengandalkan hatinya untuk menentukan langkahnya.

Sasuga melompat, kali ini dengan gerakan yang lebih lincah, lebih cepat dari sebelumnya. Cahaya yang mengelilinginya semakin menyilaukan. Ketika ia mendekati The Architects, ia melancarkan serangan yang berbeda dari sebelumnya—bukan hanya kekuatan fisik, tetapi kekuatan dari pilihannya. Pilihan untuk melawan, pilihan untuk melindungi, pilihan untuk menjadi manusia, meskipun kekuatan yang ia miliki jauh melampaui batasan manusia biasa.

Serangannya mengenai salah satu The Architects dengan sangat tepat, menggetarkan dimensi itu. Energi yang terlepas membuat seluruh ruang bergetar, seolah waktu itu sendiri tersentak.

The Architects terhuyung mundur, untuk pertama kalinya sejak kedatangan mereka. Sasuga berdiri di sana, nafasnya terengah-engah, tubuhnya bersinar lebih terang, namun ada keteguhan dalam dirinya yang tidak bisa dibendung.

"Kau mungkin tidak bisa mengubah takdir yang sudah kalian tentukan," kata Sasuga, suaranya penuh tantangan, "tapi aku akan menunjukkan bahwa pilihan kita untuk bertarung, untuk melindungi, lebih kuat dari apapun yang kalian buat."

The Architects hanya terdiam, tetapi tidak ada lagi tawa atau sikap meremehkan di wajah mereka. Mereka menyadari bahwa Sasuga, meskipun manusia, memiliki kekuatan yang bahkan mereka sendiri tak dapat prediksi.

Dan begitu, Sasuga melangkah lebih maju—tidak hanya untuk mengubah takdirnya, tetapi untuk memastikan bahwa multiverse ini memiliki masa depan yang penuh dengan harapan, pilihan, dan kehidupan.