Setelah pertempuran yang hampir menghancurkan dimensi itu, Sasuga, Luna, dan timnya berhasil memaksa The Architects of Time untuk mundur—meskipun pertempuran itu belum sepenuhnya berakhir. Sasuga tahu bahwa meskipun mereka mendapatkan kemenangan kecil, ancaman yang jauh lebih besar masih tersembunyi di dalam bayang-bayang waktu.
Kekuatan baru yang ia terima dari ibunya kini membawanya pada perjalanan yang jauh lebih dalam. Bukan hanya tentang bertarung, tetapi juga tentang memahami takdir dan bagaimana ia harus melangkah dalam jalur yang telah ditentukan. Saat ini, mereka berada di dalam ruang yang hampa, dimensi yang tidak bisa mereka identifikasi. Setiap langkah mereka menapaki tanah yang terasa seperti waktu itu sendiri, bergulung dan berubah seiring dengan setiap gerakan mereka.
Luna berjalan di samping Sasuga, matanya tetap penuh dengan perhatian. "Kau tidak terlihat seperti dirimu sendiri, Sasuga," katanya lembut. "Kekuatan itu... apakah itu membuatmu merasa lebih dekat dengan dirimu yang dulu?"
Sasuga menatap Luna sejenak, merasakan kekuatan itu mengalir dalam dirinya. "Aku merasa lebih kuat, tentu saja. Tapi... juga lebih berat. Aku harus memahami kekuatan ini lebih dalam lagi, bukan hanya untuk melindungi, tetapi untuk memastikan aku tetap menjadi diriku sendiri."
Mereka melanjutkan perjalanan, memasuki area yang penuh dengan reruntuhan besar, seolah-olah dimensi ini adalah ciptaan yang sudah ada sejak zaman kuno, penuh dengan sejarah yang terlupakan. Struktur besar yang tampak seperti istana dan tembok-tembok yang melengkung, seolah menunjukkan jejak-jejak perjalanan waktu yang tak terhitung. Sasuga merasa ada sesuatu yang memanggil mereka, meskipun tidak ada suara yang terdengar.
"Ini aneh," gumam Lyra yang berjalan di belakang mereka. "Sepertinya dimensi ini menyimpan lebih banyak rahasia daripada yang kita duga."
Aetherion, yang tak jauh dari mereka, mengangguk. "Kemungkinan besar, ini adalah ruang yang diciptakan untuk menjaga keseimbangan antara dimensi. Tempat yang jarang dijangkau, bahkan oleh mereka yang memiliki kekuatan seperti kita."
Luna melirik Sasuga, merasakan ketegangan di udara. "Apa yang kita cari di sini?"
Sasuga berhenti sejenak, menatap langit yang tampak berubah warna, dari biru menjadi keemasan, seolah ada sesuatu yang sedang terjadi di dalam waktu itu sendiri. "Entah apa yang kita cari, Luna. Tapi, kita harus menemukannya. Kekuatan ini harus digunakan dengan bijaksana. Ada sesuatu di dalam dimensi ini yang mungkin bisa memberi kita petunjuk."
Tanpa berkata banyak lagi, mereka melanjutkan perjalanan. Semakin jauh mereka melangkah, semakin aneh pula suasana di sekitar mereka. Waktu tampaknya tidak berjalan seperti biasanya, seolah ada pelengkungan yang tidak terlihat namun terasa. Reruntuhan yang mereka lewati seakan mengisyaratkan bahwa tempat ini adalah pusat dari segala hal yang berhubungan dengan multiverse—sebuah tempat yang menjaga keseimbangan antara dunia yang satu dengan dunia lainnya.
Akhirnya, mereka sampai di sebuah ruang besar, dikelilingi oleh patung-patung misterius yang tampak menggambarkan sosok-sosok dari masa lalu, namun tidak satu pun dari mereka yang pernah dilihat sebelumnya. Di tengah ruangan itu, sebuah meja besar terbuat dari kristal yang berkilau, dengan simbol-simbol kuno yang terukir di atasnya.
"Ini... apa?" tanya Lyra, mendekati meja itu dengan hati-hati.
Sasuga melangkah maju, merasakan ada sesuatu yang memancar dari meja tersebut. Dengan gerakan yang hati-hati, ia meletakkan tangannya di atas meja itu. Seketika, simbol-simbol di permukaan meja itu mulai bersinar, dan sebuah suara bergema dalam pikirannya, seperti bisikan dari masa lalu yang jauh.
"Pemegang takdir, kau telah datang ke tempat ini. Di sini, waktu bukan hanya ilusi, tetapi kekuatan yang dapat disalurkan dan dimanfaatkan. Di sini, kau akan menemukan kunci untuk mengubah takdirmu."
Sasuga terkejut, namun ia tetap fokus. "Siapa yang berbicara?"
Suara itu menjawab, namun kali ini lebih jelas. "Aku adalah salah satu dari mereka yang menjaga keseimbangan waktu. Kekuatan yang kau miliki berasal dari dimensi yang lebih tinggi, dan kini saatnya untuk mengungkapkan rahasia-rahasia besar yang tersembunyi di balik kekuatan itu. Untuk itu, kau harus melalui ujian."
Luna menatap Sasuga, khawatir. "Apa maksudnya? Ujian apa?"
Sasuga mengangkat tangan, memberi isyarat agar Luna diam. Ia tahu bahwa perjalanan ini lebih besar dari sekadar pertempuran. Ini adalah tentang mengungkapkan rahasia yang tersembunyi, dan mungkin, cara untuk memastikan bahwa dirinya tidak kehilangan kendali atas kekuatan yang baru saja ia peroleh.
"Apakah ini ujian tentang kekuatanku?" Sasuga bertanya.
Suara itu kembali terdengar, kali ini lebih mendalam. "Bukan hanya kekuatanmu, tetapi juga hatimu. Hanya mereka yang dapat mengendalikan kekuatan tanpa kehilangan diri mereka yang dapat menjadi penguasa takdir. Jika kau gagal, waktu itu sendiri akan menghukummu."
Tiba-tiba, seluruh ruangan dipenuhi dengan cahaya yang begitu terang, membutakan mata mereka. Dalam sekejap, Sasuga merasa tubuhnya terangkat, seperti dibawa ke tempat yang jauh lebih tinggi, lebih jauh dari ruang dan waktu yang biasa mereka kenal.
Ketika cahaya itu mereda, Sasuga mendapati dirinya berada di tempat yang sangat berbeda. Ia berada di tengah-tengah padang rumput yang luas, dengan langit yang cerah dan angin yang sejuk. Namun, ada sesuatu yang aneh. Waktu di sini bergerak lebih lambat, seolah-olah dimensi ini berada di luar waktu yang biasa mereka alami.
Di depannya, seorang sosok muncul. Seorang wanita, dengan rambut panjang yang berkilau seperti cahaya bintang. Wajahnya tampak penuh dengan kedamaian dan kebijaksanaan yang tak terukur.
"Sasuga," suara wanita itu terdengar lembut namun penuh kekuatan. "Aku adalah penjaga dimensi waktu. Untuk melanjutkan perjalanan ini, kau harus menghadapiku terlebih dahulu."
Sasuga menyadari bahwa wanita ini adalah tantangan yang harus dihadapi—sebuah ujian untuk memahami kekuatannya lebih dalam. Namun, ada sesuatu yang lebih dalam di balik sosok ini, sesuatu yang tampaknya menghubungkannya dengan masa lalu yang belum sepenuhnya ia pahami.
"Aku siap," kata Sasuga, matanya penuh dengan tekad. "Beri aku ujianmu."
Wanita itu tersenyum, dan tanpa berkata lebih lanjut, ia melangkah maju, melepaskan kekuatan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Semua yang ada di sekitar mereka mulai berubah, dan Sasuga tahu—ini adalah ujian yang lebih dari sekadar pertarungan. Ini adalah perjalanan untuk memahami siapa dirinya sebenarnya.
Dan begitu, ujian besar dimulai.