Chereads / Infinite Sovereign [ Fantasi Indonesia ] / Chapter 26 - Bab 25: Harapan yang Tak Pernah Padam

Chapter 26 - Bab 25: Harapan yang Tak Pernah Padam

Setelah pertempuran sengit melawan Eldritch Sovereign yang terakhir, Sasuga berdiri di tengah kehancuran yang ditinggalkan. Cahaya yang memancar dari tubuhnya perlahan meredup, menyisakan jejak-jejak keemasan yang bertahan di udara. Meskipun tubuhnya kini dipenuhi oleh energi luar biasa, ia masih merasakan sentuhan kemanusiaannya, sesuatu yang tak dapat dicabut begitu saja, meskipun kekuatan yang ia miliki kini jauh melampaui batas manusia biasa.

Luna mendekat, matanya penuh kekhawatiran namun juga rasa bangga yang tak terucapkan. Ia melihat Sasuga yang kini berdiri tegak, tubuhnya bersinar dengan cahaya yang tampak berbeda—bukan hanya sekedar cahaya murni, tetapi juga kekuatan yang melampaui pemahamannya.

"Sasuga, kau..." Luna ragu-ragu, tak tahu kata-kata apa yang harus diucapkan. Ia tahu bahwa Sasuga telah melewati batas-batas yang tak terpikirkan sebelumnya. "Apakah kau... masih sama seperti dulu?"

Sasuga menatap Luna dengan mata yang penuh ketegasan, namun juga ada kelembutan di dalamnya. "Aku masih Sasuga. Mungkin aku lebih kuat sekarang, lebih besar dari sebelumnya, tapi aku tetap sama. Aku tidak akan pernah kehilangan diriku, Luna."

Luna menghela napas lega, meskipun ada kecemasan yang masih tersisa di matanya. "Aku... aku takut jika kekuatan itu akan mengubahmu. Apa yang akan terjadi jika kamu benar-benar kehilangan diri sendiri?"

Sasuga mengulurkan tangan, menggenggam tangan Luna dengan lembut. "Aku tahu kekuatanku sekarang jauh lebih besar, tapi itu tidak berarti aku akan kehilangan siapa aku. Aku memilih untuk tetap manusia—meskipun aku memiliki kekuatan yang luar biasa. Karena itu yang membuatku siapa aku, Luna. Itu yang membuatku ingin melindungi dunia ini."

Luna menatapnya dengan penuh kasih sayang. "Aku percaya padamu, Sasuga."

Namun, meskipun mereka berdua merasakan kenyamanan dalam kebersamaan mereka, ada sesuatu yang masih menggantung di udara. Sasuga tahu bahwa ancaman besar yang lebih dari sekedar Eldritch Sovereigns masih mengintai. Mereka belum menang sepenuhnya. Ada lebih banyak bahaya yang mengancam multiverse, dan tugas mereka untuk melindunginya belum selesai.

Sasuga dan Luna melangkah keluar dari reruntuhan yang sebelumnya menjadi medan pertempuran, menuju pusat Eden Prime. Di sana, mereka bertemu kembali dengan Lyra dan Aetherion, yang sudah menunggu dengan wajah serius.

"Ada sesuatu yang lebih besar lagi, bukan?" tanya Lyra, langsung menuju pokok masalah.

Sasuga mengangguk, matanya yang kini tampak lebih tajam. "Ya. Meskipun kita berhasil mengalahkan Eldritch Sovereigns, aku merasakan ada ancaman yang jauh lebih besar, lebih jauh di luar batas pemahaman kita. Sesuatu yang jauh lebih gelap dan lebih kuat dari apa pun yang kita hadapi sebelumnya. Dan aku tahu itu datang."

Aetherion, yang sedang memeriksa data yang ada di layar holografis, menoleh dan berkata dengan suara berat, "Kita telah mendapatkan informasi dari Eden Prime. Ada entitas yang lebih tua, lebih kuat, yang disebut The Architects of Time. Mereka adalah penguasa dimensi yang jauh lebih besar daripada apa yang kita ketahui. Bahkan kekuatan yang kita rasakan di Eden Prime pun hanya sebagian kecil dari apa yang mereka miliki."

Sasuga mengerutkan kening. "The Architects of Time? Itu... tidak pernah disebutkan sebelumnya."

"Karena mereka hampir tidak pernah muncul. Mereka adalah entitas yang telah tidur selama ribuan tahun, tersembunyi dalam dimensi yang tak terjangkau oleh siapapun. Tapi kini, dengan pertempuran besar yang kita hadapi, energi yang kita lepaskan telah menarik perhatian mereka. Mereka telah terbangun," jawab Aetherion dengan nada serius.

Luna menggenggam tangan Sasuga lebih erat. "Jadi kita harus bertarung lagi, kali ini melawan makhluk yang lebih kuat?"

"Ya," jawab Sasuga, namun kali ini, ada keteguhan di dalam suaranya. "Tapi aku tidak akan menyerah. Aku tidak akan membiarkan dunia ini hancur. Aku akan melindunginya."

Dengan informasi baru yang mereka peroleh, tim Sasuga mempersiapkan perjalanan mereka menuju dimensi yang lebih jauh—dimensi tempat The Architects of Time bersembunyi. Mereka tahu bahwa ini akan menjadi perjalanan yang penuh risiko, bahkan lebih berbahaya dari sebelumnya.

Di atas kapal dimensi yang baru, mereka melaju melintasi berbagai dimensi yang memutar dan mengaburkan realitas. Sasuga dapat merasakan ketegangan yang melanda seluruh timnya. Namun, dia juga merasa ada sesuatu yang lebih dalam—keinginan untuk melindungi, untuk memastikan bahwa dirinya tetap bisa melindungi dunia yang telah ia perjuangkan selama ini.

"Sasuga," suara Luna terdengar pelan, namun penuh dengan keyakinan. "Aku tahu apa yang kau rasakan. Tapi ingat, kita akan menghadapi ini bersama-sama. Apa pun yang terjadi, kita tidak akan membiarkanmu melakukannya sendiri."

Sasuga menatapnya dengan penuh kasih. "Terima kasih, Luna. Tapi aku tahu ini adalah pertempuran yang harus aku hadapi. Aku harus melindungi kalian semua, aku harus melindungi dunia ini."

Namun, sebelum mereka dapat melanjutkan perjalanan mereka, tiba-tiba sebuah perasaan mengerikan menghantam Sasuga. Sebuah gelombang energi gelap yang begitu kuat memancar dari arah yang tak terjangkau, memaksa mereka untuk berhenti di tengah perjalanan mereka.

"Ini… datang dari sana," Sasuga berkata dengan tegas, menunjuk ke arah dimensi yang semakin dekat. "Ini adalah tempat di mana The Architects of Time berada."

Dengan keteguhan dalam hatinya, Sasuga memimpin timnya ke dalam dimensi yang penuh dengan kegelapan yang mengerikan. Mereka segera menyadari bahwa ini adalah tempat yang bukan hanya penuh dengan ancaman fisik, tetapi juga dengan kekuatan yang bisa mengguncang esensi keberadaan mereka.

Di tengah kegelapan itu, mereka akhirnya berhadapan dengan The Architects of Time. Mereka muncul sebagai sosok besar yang mengapung di udara, dikelilingi oleh energi yang memutar waktu dan ruang. Wajah mereka tampak kabur, hampir tak bisa dikenali, namun aura mereka memancarkan rasa kekuasaan yang tak terbayangkan.

Sasuga berdiri tegak, meskipun tubuhnya mulai merasa lelah, dan cahaya yang ada pada dirinya kini semakin memudar. "Aku tidak akan membiarkan kalian menguasai dunia ini. Apa pun yang terjadi, aku akan melawan."

Sosok The Architect yang terbesar di tengah mereka tersenyum dingin, seolah meremehkan tekad Sasuga. "Kau ingin melindungi dunia yang hancur? Dunia yang sejak awal telah ditentukan untuk jatuh? Apa yang dapat seorang manusia lakukan terhadap kekuatan yang melintasi waktu ini?"

Sasuga merasa amarahnya memuncak. Namun, jauh di dalam dirinya, ia tahu satu hal yang lebih penting: ia tidak pernah benar-benar sendirian.

Dengan seluruh kekuatan yang tersisa, Sasuga melangkah maju, siap menghadapi tantangan terberat dalam hidupnya.