Chereads / Infinite Sovereign [ Fantasi Indonesia ] / Chapter 14 - Bab 13: Pengkhianatan dalam Bayangan

Chapter 14 - Bab 13: Pengkhianatan dalam Bayangan

Sasuga dan timnya kembali ke Terra Nexus setelah berhasil menenangkan Void Scar. Meski kelelahan, mereka merasa bahwa ancaman terbesar telah berakhir. Namun, di balik layar, musuh mereka merencanakan sesuatu yang jauh lebih berbahaya.

Di dalam ruangan gelap di dimensi lain, The Architect duduk di atas singgasananya yang dikelilingi oleh mekanisme rumit. Di depannya, Altar berdiri dengan tangan di belakang punggung, senyumnya penuh arti.

"Semua berjalan sesuai rencana," kata The Architect dengan nada dingin.

"Benar," jawab Altar. "Mereka tak akan pernah menyangka bahwa kita bekerja sama. Sasuga dan timnya akan segera jatuh, dan ketika itu terjadi, multiverse akan menjadi milik kita."

Di Terra Nexus, Sasuga sedang memulihkan diri bersama Luna. Mereka berbincang di taman energi, tempat favorit mereka untuk menemukan ketenangan. Luna menatap Sasuga dengan penuh kasih, meskipun ia masih bisa merasakan beban yang dipikulnya.

"Kau terlihat lebih baik," kata Luna sambil menggenggam tangan Sasuga.

Sasuga tersenyum tipis. "Terima kasih padamu. Tanpamu, aku mungkin sudah menyerah sejak lama."

Namun, momen itu terhenti ketika Lyra berlari mendekat dengan wajah panik. "Sasuga! Ada anomali besar di dimensi Nexus Prime. Energinya sangat mirip dengan The Architect… dan Altar."

Mendengar itu, Sasuga langsung berdiri. "Altar? Tidak mungkin…"

"Sepertinya mereka berkolaborasi," kata Lyra serius. "Dan jika kita tidak bertindak cepat, Nexus Prime bisa hancur."

Sasuga dan timnya segera menuju Nexus Prime, dimensi yang menjadi jantung dari stabilitas multiverse. Namun, saat mereka tiba, mereka disergap oleh kekuatan gabungan The Architect dan Altar.

"Selamat datang, Sasuga," kata The Architect dengan nada angkuh. "Aku sudah menunggumu."

Altar muncul di sampingnya, senyum liciknya membuat darah Sasuga mendidih. "Kau pasti tidak menyangka kita bekerja sama, bukan? Dua pikiran terbesar di multiverse melawan satu pencipta. Kau tidak punya peluang."

Sebelum Sasuga bisa merespons, ruang di sekitar mereka berubah. Mereka terperangkap dalam dimensi yang sepenuhnya berada di bawah kendali Altar dan The Architect. Langit berubah menjadi gelap, dipenuhi dengan mekanisme kompleks dan energi yang tampaknya tak terbatas.

Pertarungan segera dimulai, dan Sasuga menyadari bahwa dia berada dalam posisi yang sulit. The Architect menggunakan kekuatannya untuk memanipulasi realitas, sementara Altar, dengan kecerdasannya, menciptakan jebakan yang terus-menerus menghentikan setiap gerakan Sasuga.

"Apa kau benar-benar berpikir kau bisa mengalahkan kami di sini?" ejek Altar sambil mengaktifkan mekanisme yang membuat tanah di bawah Sasuga runtuh.

Luna mencoba membantu, tetapi The Architect menghalanginya dengan penghalang energi. "Jangan ikut campur, wanita kecil. Ini urusan para dewa."

Sasuga bertarung sekuat tenaga, tetapi dia mulai kelelahan. Tubuhnya penuh luka, dan setiap serangan tampak tidak berpengaruh pada musuhnya.

"Ini akhirnya, Sasuga," kata The Architect. "Kau bukan lagi ancaman bagi kami."

Saat Sasuga hampir terbaring tak berdaya, Luna berteriak. "Sasuga! Jangan menyerah! Kau adalah harapan kami!"

Jeritan itu menembus hati Sasuga, membangkitkan sesuatu yang telah lama terpendam. Dalam sekejap, dia merasa kekuatan cinta Luna mengalir dalam dirinya, memulihkan semangatnya yang hampir pudar.

Sasuga bangkit perlahan, matanya bersinar dengan energi baru. "Kalian salah besar jika berpikir aku akan menyerah. Aku bukan hanya pencipta. Aku adalah pelindung, dan aku tidak akan membiarkan kalian menghancurkan apa yang aku cintai."

Dengan kekuatan cinta yang membara di dalam dirinya, Sasuga mulai memanipulasi dimensi itu. Sebelumnya, dimensi tersebut sepenuhnya berada di bawah kendali Altar dan The Architect, tetapi kini Sasuga mengambil alih segalanya.

Langit yang gelap berubah menjadi terang, mekanisme kompleks hancur, dan energi yang tadinya mengikat Sasuga kini menjadi miliknya.

"Apa yang terjadi?!" teriak Altar, tidak percaya.

The Architect mencoba melawan dengan segala kekuatannya, tetapi usahanya sia-sia. Sasuga mengubah dimensi itu menjadi miliknya sepenuhnya, menghilangkan semua kontrol yang dimiliki kedua musuhnya.

"Ini adalah akhir bagi kalian," kata Sasuga dengan suara yang penuh wibawa.

Dalam serangan terakhir, Sasuga menciptakan gelombang energi yang begitu kuat hingga menghancurkan semua sisa kekuatan The Architect dan Altar. Keduanya terlempar keluar dari dimensi itu, tidak lagi memiliki kekuatan untuk melawan.

Luna berlari ke arah Sasuga, memeluknya erat. "Aku tahu kau bisa melakukannya," katanya dengan air mata bahagia.

Sasuga tersenyum lelah, tetapi puas. "Aku tidak akan pernah menyerah, Luna. Selama kau di sisiku, aku akan selalu menemukan cara untuk menang."

Kemenangan atas The Architect dan Altar adalah momen besar bagi Sasuga dan timnya, tetapi mereka tahu bahwa ancaman baru mungkin masih akan datang.

"Ini belum berakhir," kata Sasuga kepada timnya. "Tapi dengan kalian di sisiku, aku tahu kita bisa menghadapi apapun."

Mereka kembali ke Terra Nexus dengan semangat baru, siap untuk melindungi multiverse dari ancaman apapun yang mungkin datang.