Setelah peta holografik dari Chronos Fragment berhasil terungkap, sebuah titik koordinat merah berdenyut di tengahnya. Tanda itu menjadi pusat perhatian semua orang di ruang kontrol Terra Nexus.
"Dimensi mana ini?" tanya Sasuga dengan nada serius.
Lyra memperbesar peta, matanya menyipit saat membaca data yang muncul. "Ini adalah Dimensi Eridion, dikenal juga sebagai 'Labirin Ketakutan'. Sebuah dimensi yang terkenal karena tidak ada yang pernah kembali setelah memasukinya."
Luna menatap Sasuga dengan kekhawatiran. "Labirin Ketakutan? Itu terdengar seperti jebakan."
Aetherion, yang berdiri dengan tenang di sudut ruangan, berbicara dengan nada tegas. "Jika tanda itu menunjukkan pusat anomali, kita tidak punya pilihan selain pergi ke sana. Tapi kita harus siap menghadapi apa pun."
Sasuga mengangguk. "Kita akan pergi, tapi kita harus melakukannya bersama. Ini mungkin menjadi perjalanan paling berbahaya yang pernah kita lakukan."
Perjalanan ke Dimensi Eridion dimulai dengan atmosfer yang penuh ketegangan. Saat Ethereal Voyager mendekati dimensi itu, mereka melihat sesuatu yang belum pernah mereka lihat sebelumnya—sebuah dimensi yang tampak seperti pecahan kaca besar, dengan setiap pecahan memantulkan dunia yang berbeda.
"Ini luar biasa… dan mengerikan," bisik Luna, menatap pecahan-pecahan itu.
Ketika mereka memasuki dimensi itu, kapal mereka mulai terganggu oleh fluktuasi energi aneh. Sistem navigasi menjadi tidak stabil, dan layar holografik mulai menunjukkan gambar-gambar yang tampak seperti ilusi.
"Apa itu?" tanya Lyra dengan nada panik, menunjuk ke layar.
Di layar, mereka melihat bayangan diri mereka sendiri, tetapi dengan ekspresi yang penuh kebencian dan kekosongan.
"Dimensi ini membaca pikiran kita," kata Aetherion sambil memeriksa data. "Ia memanipulasi ketakutan kita dan mencoba menghancurkan mental kita."
Sasuga berdiri di tengah ruang kontrol, memfokuskan pikirannya untuk tetap tenang. "Kita tidak boleh terjebak dalam permainan ini. Fokus pada misi."
Dengan usaha keras, mereka berhasil mendarat di sebuah daratan terapung di tengah labirin dimensi itu. Namun, tantangan sebenarnya baru saja dimulai.
Saat mereka melangkah lebih dalam ke dalam labirin, suasana semakin mencekam. Dinding-dinding labirin yang terbuat dari energi tampak bergerak, menciptakan jalur baru dan menghapus jalur lama.
"Labirin ini hidup," kata Lyra dengan nada takut.
Tiba-tiba, mereka menemukan diri mereka di sebuah ruangan besar dengan cermin-cermin yang mengelilingi mereka. Di setiap cermin, bayangan mereka muncul, tetapi bukan sebagai refleksi biasa.
Bayangan Sasuga berbicara dengan suara yang dingin dan penuh cemoohan. "Kau tidak cukup kuat untuk melindungi mereka. Kau tahu itu. Kau hanya pura-pura menjadi pahlawan."
Luna menatap cerminnya sendiri, di mana bayangannya tampak menangis. "Kau hanya beban bagi mereka. Tanpa dirimu, mereka akan lebih baik."
Lyra dan Aetherion juga menghadapi bayangan mereka sendiri, masing-masing dengan kata-kata yang mengguncang hati mereka.
"Kita tidak boleh terjebak dalam ilusi ini," kata Sasuga dengan suara tegas. "Ketakutan adalah senjata mereka. Jangan biarkan itu menguasai kita."
Dengan bantuan Sasuga, mereka berhasil memecahkan cermin-cermin itu, mengungkap jalan keluar dari ruangan tersebut.
Namun, labirin itu tidak berhenti di sana. Di bagian berikutnya, mereka menghadapi ruangan yang dipenuhi dengan suara-suara aneh. Suara-suara itu memanggil nama mereka, meniru suara orang-orang yang mereka sayangi.
Luna mendengar suara ibunya, yang telah lama meninggal. "Luna, kenapa kau meninggalkanku? Aku butuh kau…"
Lyra mendengar suara saudara laki-lakinya, yang hilang dalam pertempuran beberapa tahun lalu. "Lyra, kau seharusnya melindungiku. Ini semua salahmu…"
Aetherion, meskipun tampak tenang, menunjukkan sedikit kegugupan di matanya. "Aku tahu kau tidak akan pernah memaafkanku…"
Sasuga, meskipun mendengar suara-suara yang mencoba memanipulasinya, tetap fokus. Ia mendekati Luna yang mulai terisak, menggenggam tangannya dengan lembut.
"Ini bukan mereka, Luna. Ini hanya bayangan dari masa lalu kita. Jangan biarkan itu menghancurkanmu."
Dengan dorongan itu, Luna menguatkan dirinya. Bersama-sama, mereka menemukan jalan keluar dari jebakan suara tersebut.
Saat mereka mencapai pusat labirin, mereka disambut oleh sosok besar yang tampak seperti makhluk bayangan, dengan tubuh yang terdiri dari energi gelap.
"Aku adalah penjaga Labirin Ketakutan," katanya dengan suara yang menggema. "Hanya mereka yang bisa mengalahkan ketakutan terdalam mereka yang bisa melanjutkan perjalanan."
Sasuga berdiri di depan, menatap makhluk itu tanpa rasa takut. "Kami telah melewati ujianmu. Kami tidak akan mundur."
Makhluk itu tertawa. "Ujian terakhir adalah menghadapi dirimu sendiri."
Tiba-tiba, makhluk itu berubah menjadi sosok Sasuga, tetapi dengan mata merah dan senyuman licik.
"Apa kau pikir kau bisa menyelamatkan semua orang? Kau bahkan tidak bisa menyelamatkan dirimu sendiri," kata bayangan itu.
Sasuga mengambil napas dalam-dalam. "Aku mungkin memiliki keraguan, tetapi aku tidak akan membiarkan mereka menguasai diriku. Aku adalah Sasuga, dan aku akan melindungi mereka yang aku cintai."
Dengan bantuan Luna dan timnya, Sasuga berhasil mengalahkan bayangan itu, membuktikan bahwa ia telah mengatasi ketakutan terdalamnya.
Setelah bayangan itu menghilang, labirin mulai runtuh. Namun, di tengah kehancuran itu, mereka menemukan sebuah kristal besar yang memancarkan cahaya emas.
"Ini adalah inti dari Labirin Ketakutan," kata Aetherion. "Energinya luar biasa. Ini pasti memiliki hubungan dengan Chronos Fragment."
Sasuga mengambil kristal itu, merasakan kekuatan yang mengalir darinya. Namun, ia tahu bahwa kekuatan itu bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk menyelamatkan multiverse.
Ketika mereka keluar dari labirin dan kembali ke Ethereal Voyager, mereka merasa lega, tetapi juga sadar bahwa perjalanan mereka masih panjang.
Saat mereka meninggalkan Dimensi Eridion, Sasuga memandangi kristal emas itu, berpikir tentang apa yang akan datang selanjutnya.
"Kita semakin dekat," katanya kepada timnya. "Tapi ini baru permulaan."
Luna, yang berdiri di sisinya, tersenyum. "Apa pun yang terjadi, kita akan menghadapinya bersama."
Sasuga membalas senyum itu, merasa sedikit lebih tenang. Untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa harapan masih ada, meskipun jalan di depan penuh dengan bahaya.