Chereads / Infinite Sovereign [ Fantasi Indonesia ] / Chapter 5 - Bab 4: Demi Cinta dan Kehidupan

Chapter 5 - Bab 4: Demi Cinta dan Kehidupan

Setelah pertemuan takdir dengan Luna di Rift Temporal, Sasuga merasa ada perubahan besar dalam hidupnya. Kehadirannya membawa harapan, namun juga keraguan. Di Terra Nexus, markas pusat perlawanan multiverse, Sasuga, Luna, Lyra, dan Aetherion merancang langkah selanjutnya untuk melawan Xeraphon.

Luna berdiri di depan hologram Rift Nexus, mempelajari alur energi yang menunjukkan pergerakan Xeraphon. Ia terlihat begitu fokus, namun Sasuga bisa merasakan ketegangan yang terselubung di balik matanya.

"Xeraphon sedang bergerak menuju Void Nexus," kata Luna tanpa menoleh. "Jika dia sampai di sana, seluruh inti multiverse akan hancur."

"Void Nexus?" Sasuga bertanya dengan alis terangkat. "Dimensi itu seharusnya terkunci. Tidak ada yang bisa mencapainya tanpa… kekuatan absolut."

Luna menatap Sasuga dengan serius. "Dan itulah sebabnya kita harus menghentikannya sebelum terlambat."

"Kita?" Lyra menyela. "Aku tahu kau penting, Luna, tapi ini bukan perangmu. Void Nexus terlalu berbahaya, bahkan bagi kami."

Luna menghela napas dan menatap Lyra dengan mata penuh keyakinan. "Aku mungkin bukan petarung seperti kalian, tapi aku juga bukan orang yang akan duduk diam sementara masa depan hancur. Aku akan ikut."

Sasuga, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Luna benar. Jika kita ingin menang, kita membutuhkan semua kekuatan yang kita punya. Tapi kau harus berjanji, Luna. Tetaplah di belakangku."

Luna tersenyum kecil. "Selama kau tetap hidup, aku tidak akan melanggar janji itu."

Portal menuju Void Nexus tersembunyi di kedalaman Rift Nexus, sebuah wilayah penuh pusaran energi yang dapat menghancurkan siapa saja yang mendekat tanpa perlindungan. Aetherion memimpin tim dengan perhitungan matematis presisi, sementara Sasuga menggunakan kekuatannya untuk melindungi mereka dari distorsi ruang-waktu.

"Kalian merasa ini terlalu… mudah?" tanya Lyra, matanya menyapu lingkungan sekitar.

"Itu jebakan," jawab Sasuga dengan nada tenang. "Xeraphon tidak perlu menghentikan kita sekarang. Dia tahu Void Nexus akan cukup untuk menghancurkan kita."

Ketika mereka tiba di portal, suasana berubah drastis. Void Nexus adalah dimensi yang berbeda dari yang pernah mereka lihat sebelumnya—seperti kekosongan tanpa ujung dengan kilatan energi tak beraturan.

"Ini tempat di mana hukum fisika berhenti berlaku," kata Aetherion, suaranya terdengar datar namun penuh peringatan. "Kita harus bergerak cepat."

Saat mereka masuk lebih dalam ke Void Nexus, suara gemuruh besar menggema. Dari kegelapan, muncul Xeraphon, tubuhnya bersinar dengan energi destruktif.

"Sasuga," suara mekaniknya bergema. "Aku sudah menunggumu."

Sasuga melangkah maju, menghadapi Xeraphon dengan tatapan dingin. "Kau telah cukup menghancurkan dunia-duniaku. Kali ini, aku tidak akan membiarkanmu melangkah lebih jauh."

Xeraphon tertawa kecil, suaranya bergetar di antara kekosongan. "Kau tidak mengerti, pencipta. Ini semua adalah konsekuensi dari tindakanmu. Dunia-dunia ini hancur karena keberadaanmu. Aku hanya memastikan siklus penderitaan ini berakhir."

Luna, yang berdiri di belakang Sasuga, merasakan dadanya sesak mendengar tuduhan itu. Namun, ia tidak ragu bahwa Sasuga bukanlah sumber kehancuran, melainkan harapan.

"Tidak ada siklus yang tak bisa diubah," kata Sasuga dengan tegas. "Dan aku akan membuktikannya sekarang."

Xeraphon menyerang tanpa peringatan. Ledakan energi menghantam mereka, memaksa Aetherion untuk memanggil perisai pelindung. Sasuga melawan dengan kekuatannya, memanipulasi ruang dan waktu untuk menghentikan serangan musuh.

Namun, Void Nexus adalah medan yang tidak stabil. Setiap kali Sasuga menggunakan kekuatannya, dimensi itu sendiri mulai melawan, menciptakan distorsi yang mengancam keberadaan mereka.

"Sasuga, ini tidak akan berhasil!" teriak Lyra, berusaha melindungi Luna dari serpihan energi yang terlempar.

"Aku tahu!" balas Sasuga. "Tapi kita tidak punya pilihan."

Luna, meskipun tidak memiliki kekuatan seperti mereka, maju untuk membantu. Ia menggunakan kemampuan analisisnya untuk mengidentifikasi pola serangan Xeraphon, memberikan informasi kepada Sasuga dan Lyra.

"Dia memiliki titik lemah di inti energinya!" seru Luna. "Kita harus menyerang saat dia sedang memulihkan energi."

Sasuga mengangguk, mengikuti petunjuk Luna. Namun, ketika ia melancarkan serangan terakhir, Xeraphon tiba-tiba berubah bentuk, tubuhnya berkilauan dengan energi yang bahkan Sasuga belum pernah lihat sebelumnya.

"Kau pikir kau bisa mengalahkanku di sini, di domainku sendiri?" Xeraphon mengejek.

Saat keadaan semakin memburuk, Luna melihat Sasuga mulai kehabisan tenaga. Ia berlari ke sisinya, mengulurkan tangan untuk menyentuh bahunya.

"Sasuga, dengarkan aku," katanya lembut. "Kau tidak sendiri. Kita semua di sini bersamamu."

Dari sentuhan itu, sebuah keajaiban terjadi. Sasuga merasakan kekuatan baru mengalir dalam dirinya—bukan kekuatan yang berasal dari destruksi, tetapi dari cinta dan kepercayaan.

"Apa ini?" tanya Sasuga dengan nada bingung.

"Itu adalah ikatan kita," jawab Luna, matanya bersinar lembut. "Kekuatan untuk melindungi, bukan untuk menghancurkan."

Dengan kekuatan baru itu, Sasuga berhasil menciptakan serangan yang tidak hanya menghentikan Xeraphon, tetapi juga memulihkan stabilitas Void Nexus. Namun, ia tahu bahwa kekuatan ini terlalu besar untuk dibiarkan begitu saja.

"Aku harus menyegelnya," kata Sasuga pelan, suaranya penuh tekad.

"Apa maksudmu?" tanya Luna, khawatir.

"Kekuatan ini terlalu berbahaya. Jika aku membiarkannya, aku bisa menjadi ancaman yang lebih besar daripada Xeraphon. Aku harus menyegelnya—sekarang."

Luna menatap Sasuga dengan air mata di matanya, tetapi ia tahu bahwa ini adalah keputusan yang benar.

"Kami bersamamu, Sasuga," katanya dengan suara bergetar.

Dengan bantuan Aetherion dan Lyra, Sasuga berhasil menyegel kekuatan barunya di Void Nexus, memastikan bahwa ia tidak akan pernah jatuh ke tangan yang salah.

Ketika mereka kembali ke Terra Nexus, Sasuga merasa lega, tetapi juga lelah. Luna mendekatinya, memegang tangannya dengan lembut.

"Kau membuat pilihan yang sulit, tapi itu adalah pilihan yang benar," kata Luna.

"Terima kasih, Luna," jawab Sasuga. "Tanpamu, aku tidak tahu apakah aku bisa melakukannya."

Luna tersenyum kecil. "Aku akan selalu ada untukmu, Sasuga. Kita akan melindungi dunia ini bersama."

Dengan itu, babak baru dalam hidup mereka dimulai—bukan hanya sebagai penjaga multiverse, tetapi juga sebagai dua hati yang saling terikat oleh cinta dan pengorbanan.