Chereads / Infinite Sovereign [ Fantasi Indonesia ] / Chapter 4 - Bab 3: Pertemuan Takdir

Chapter 4 - Bab 3: Pertemuan Takdir

(The Fateful Encounter)

Omega Rift telah menjadi saksi perjalanan Sasuga dan timnya. Setelah berhasil melumpuhkan jantung pengendali Xeraphon, mereka kembali ke Terra Nexus dengan luka dan kelelahan yang dalam. Namun, meski kemenangan diraih, hati Sasuga tidak sepenuhnya tenang.

Di ruang observasi, ia berdiri di depan panel transparan, memandang hamparan dimensi yang luas di kejauhan. Dalam keheningan, ia memikirkan kata-kata Xeraphon: "Aku adalah cerminan dari kesalahanmu."

"Apakah aku benar-benar penyebab semua ini?" gumamnya pelan, nyaris tidak terdengar.

Langkah lembut mendekatinya. Lyra berdiri di belakangnya, membawa segelas minuman hangat.

"Kau terlalu keras pada dirimu sendiri, Sasuga," katanya sambil menyerahkan gelas itu. "Apa pun yang terjadi, kami ada di sini karena kau memberikannya kehidupan."

Sasuga menerima gelas itu, tapi tatapannya tetap terpaku pada kehampaan. "Jika kehidupan itu hanya untuk dihancurkan, apakah itu layak disebut sebuah anugerah?"

Lyra hendak menjawab, tetapi tiba-tiba Aetherion memasuki ruangan. "Tuan Sasuga, ada sinyal aneh dari dimensi lain. Saya rasa Anda ingin melihat ini."

Pesan dari Masa Depan

Sasuga dan Lyra mengikuti Aetherion ke pusat kendali Terra Nexus. Di sana, sebuah hologram memproyeksikan gambar seorang wanita muda dengan rambut perak yang bersinar lembut. Wajahnya terlihat akrab, tetapi Sasuga tidak bisa mengingat siapa dia.

"Ini adalah pesan temporal," jelas Aetherion. "Terkirim dari masa depan yang belum terjadi."

Wanita itu mulai berbicara. Suaranya lembut, tetapi penuh dengan kesedihan.

"Sasuga," katanya, tatapannya langsung menembus ke dalam jiwa. "Jika kau melihat pesan ini, itu berarti aku gagal menghentikan kehancuran. Xeraphon telah menghancurkan segalanya. Aku... aku tidak bisa melakukannya sendiri."

Sasuga mengernyit. "Siapa dia?"

"Namaku Luna," lanjut wanita itu. "Aku tahu kau mungkin tidak mengenaliku, tapi aku berasal dari masa depan, dari saat kau telah kehilangan segalanya. Aku adalah seseorang yang mencintaimu, yang kau percayai lebih dari siapa pun."

Kata-kata itu menghentikan napas Sasuga. Ia merasa sesuatu bergolak di dalam hatinya, seperti memori yang terkunci di masa lalu.

"Aku membutuhkanmu," lanjut Luna. "Kau harus kembali. Jika kau tidak melakukannya, tidak ada harapan bagi masa depan."

Sinyal itu tiba-tiba terputus, meninggalkan ruangan dalam keheningan yang mencekam.

Misi Baru

"Siapa dia?" tanya Lyra, suaranya terdengar tajam.

Sasuga menatap tempat hologram tadi. "Aku tidak tahu," katanya, meski ada keraguan dalam suaranya. "Tapi jika dia berasal dari masa depan, dan dia membutuhkan bantuanku, aku tidak bisa mengabaikannya."

Aetherion menatap Sasuga. "Tuan, pesan itu menyebutkan dimensi temporal yang terisolasi. Saya dapat melacaknya, tetapi perjalanannya akan sangat berbahaya. Kita harus bersiap."

"Kita tidak punya pilihan lain," jawab Sasuga. "Jika masa depan benar-benar hancur, kita harus menghentikannya sekarang."

Tim mereka segera bersiap untuk perjalanan baru. Kael, Ryn, dan Mira tetap di markas untuk memperbaiki kerusakan akibat pertempuran terakhir, sementara Sasuga, Lyra, dan Aetherion menuju ke dimensi temporal tempat pesan Luna berasal.

Dimensi Temporal

Dimensi tempat mereka tiba benar-benar berbeda. Langitnya gelap, tetapi penuh dengan cahaya seperti aurora yang bergerak lambat. Waktu terasa aneh di sini—seperti berhenti, tetapi terus bergerak sekaligus.

"Dimensi ini tidak stabil," kata Aetherion. "Kita harus berhati-hati. Satu langkah salah bisa membuat kita terjebak di sini selamanya."

Mereka berjalan melalui lanskap yang aneh, di mana tanah berubah menjadi air dan kembali lagi dalam sekejap. Sasuga memimpin, matanya fokus mencari tanda-tanda kehadiran Luna.

Akhirnya, mereka tiba di sebuah tempat yang terlihat seperti reruntuhan istana. Di tengahnya berdiri seorang wanita dengan rambut perak yang memancarkan cahaya lembut.

"Sasuga," katanya, suaranya terdengar penuh emosi.

Sasuga berjalan mendekatinya, tapi Lyra menahan lengannya. "Hati-hati," bisiknya.

Namun, Sasuga melepaskan diri. "Aku harus tahu siapa dia."

Pertemuan dengan Luna

Luna tersenyum lemah ketika Sasuga mendekatinya. "Kau benar-benar di sini," katanya. "Aku hampir kehilangan harapan."

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Sasuga, suaranya tegas tetapi tidak mengancam.

Luna mendekat, matanya menatap dalam-dalam ke mata Sasuga. "Aku adalah seseorang yang mencintaimu," katanya pelan. "Aku berasal dari masa depan di mana kita telah berjuang bersama. Tapi Xeraphon menghancurkan segalanya. Aku kembali ke masa ini untuk memperingatkanmu."

Sasuga merasakan sesuatu yang aneh di dadanya, seperti ikatan yang tak terlihat. Ia tidak tahu kenapa, tetapi ia percaya pada wanita ini.

"Tapi kenapa aku tidak mengingatmu?" tanyanya.

Luna menggeleng. "Karena masa depan itu belum terjadi. Namun, jika kita tidak menghentikan Xeraphon sekarang, masa depan itu tidak akan pernah ada."

Lyra mendekat, matanya penuh kecurigaan. "Bagaimana kami tahu kau tidak berbohong?"

Luna memandang Lyra dengan tenang. "Aku tidak bisa membuktikannya. Tapi jika kalian tidak mempercayaiku, seluruh multiverse akan hancur."

Keputusan Berat

Sasuga menghela napas. "Aku percaya padamu," katanya akhirnya. "Tapi jika kau benar, kita tidak bisa melakukannya sendiri. Kita membutuhkan kekuatan yang lebih besar."

Luna mengangguk. "Kau harus mendapatkan kembali kekuatan absolutmu, Sasuga. Tanpa itu, kita tidak akan bisa mengalahkan Xeraphon."

Lyra terkejut. "Kekuatan absolutnya? Itu berbahaya! Jika dia menggunakan kekuatan itu lagi, seluruh multiverse bisa runtuh!"

Sasuga memandang Lyra dengan serius. "Aku tahu risikonya. Tapi jika itu satu-satunya cara, aku tidak punya pilihan lain."

Luna menatap Sasuga dengan penuh keyakinan. "Aku akan bersamamu. Apa pun yang terjadi, kita akan menghadapi ini bersama."