(The Path Toward Hope)
Di dalam ruang pertemuan markas Terra Nexus, suasana tegang terasa saat Sasuga berdiri di hadapan para penjaga dimensi. Wajah-wajah lelah dan putus asa menatapnya, berharap pada sesuatu yang mungkin tidak ada: keajaiban.
Di meja holo di tengah ruangan, peta dimensi Terra Nexus diproyeksikan, menunjukkan retakan ruang-waktu yang semakin meluas. Lyra berdiri di samping Sasuga, tangannya menunjuk pada satu titik pusat.
"Ini inti permasalahannya," kata Lyra, suaranya penuh keyakinan. "Jantung pengendali Xeraphon berada di sektor Omega Rift. Jika kita menghancurkannya, mereka akan kehilangan akses ke dimensi ini."
Sasuga memandang peta itu dengan serius, kemudian menatap Lyra. "Omega Rift bukanlah tempat biasa. Itu adalah salah satu dimensi paling tidak stabil yang pernah kubuat."
"Tapi itu satu-satunya cara," sela Aetherion. "Kami telah mencoba segalanya, Tuan Sasuga. Semua senjata kami tidak cukup untuk melawan mereka."
Sasuga mengangguk pelan. "Kalau begitu, kita harus pergi ke sana. Tapi aku tidak bisa menjanjikan bahwa ini akan mudah."
Tim Perlawanan
Keputusan dibuat. Sasuga memimpin tim kecil menuju Omega Rift, terdiri dari dirinya, Lyra, Aetherion, dan tiga penjaga dimensi: Kael, seorang pejuang dengan kekuatan api, Ryn, penembak jitu dengan kemampuan telekinesis, dan Mira, seorang ahli teknologi yang bisa membajak sistem biomekanik.
Di dalam pesawat antar-dimensi, suasana tegang. Lyra duduk di samping Sasuga, mencoba memecah keheningan.
"Kau yakin kita bisa melakukan ini?" tanyanya pelan.
Sasuga menatap keluar jendela, melihat cahaya kosmik yang mengalir di sekitar pesawat. "Aku tidak tahu. Tapi jika aku tidak mencoba, dunia ini akan berakhir."
Kael, yang duduk di depan mereka, menyeringai. "Hah, kau terdengar seperti manusia biasa, padahal kau adalah Infinite Sovereign."
Sasuga tersenyum tipis. "Mungkin itu karena aku lebih manusia dari yang kalian pikirkan."
Omega Rift: Dimensi yang Terkoyak
Saat mereka tiba di Omega Rift, pemandangan yang mereka lihat sungguh mengerikan. Dimensi ini seperti potongan-potongan dunia yang dihancurkan dan disatukan secara paksa. Gunung-gunung melayang di udara, lautan terbakar, dan langit dipenuhi celah dimensi yang mengeluarkan energi tak stabil.
"Ini... luar biasa kacau," gumam Mira, matanya terpaku pada kehancuran di depan mereka.
Sasuga melangkah maju, jubah hitamnya berkibar. "Kacau, ya. Tapi tetap saja, ini ciptaanku. Dan aku akan memperbaikinya."
Mereka berjalan dengan hati-hati melewati reruntuhan, dikelilingi oleh makhluk biomekanik Xeraphon yang berpatroli. Aetherion mengambil alih sebagai pengintai, menggunakan sistem kamuflasenya untuk menghindari deteksi.
"Sasuga," kata Aetherion melalui saluran komunikasi. "Ada patroli besar di depan. Kita harus mengambil jalur lain."
Sasuga mengangguk. "Pimpin kami, Aetherion."
Serangan yang Tak Terduga
Namun, perjalanan mereka tidak semulus yang diharapkan. Ketika mereka mendekati jantung pengendali, mereka disergap oleh pasukan besar Xeraphon. Ledakan terjadi, dan tim terpecah menjadi dua.
Lyra dan Sasuga berlindung di balik reruntuhan, sementara Kael, Ryn, dan Mira berusaha menahan pasukan musuh.
"Sasuga, kita tidak bisa bertahan lama!" teriak Lyra, menembakkan panah energi ke arah musuh.
Sasuga melihat ke arah pasukan musuh yang terus berdatangan, matanya memancarkan ketenangan di tengah kekacauan. "Percayalah padaku."
Ia melangkah keluar dari perlindungan, mengangkat tangannya. Dalam sekejap, energi dari sekitarnya mulai berkumpul di tangannya, membentuk bola cahaya yang menyilaukan.
"Pergi!" serunya kepada Lyra.
Dengan satu gerakan, ia melepaskan energi itu, menciptakan gelombang kehancuran yang menyapu pasukan Xeraphon. Tapi serangan itu juga menguras energinya.
Lyra berlari ke arahnya, menangkapnya sebelum ia jatuh. "Kau tidak bisa terus seperti ini," katanya cemas.
Sasuga tersenyum tipis. "Aku masih punya sedikit kekuatan untuk melindungi kalian."
Jantung Pengendali
Akhirnya, mereka mencapai jantung pengendali Xeraphon, sebuah struktur besar yang tampak seperti kristal mekanis yang memancarkan energi hitam.
"Ini dia," kata Mira, mendekati panel kontrol. "Berikan aku waktu untuk membajaknya."
Namun, sebelum Mira sempat mulai bekerja, sebuah suara dingin menggema di ruangan itu.
"Selamat datang, Infinite Sovereign," kata suara itu.
Dari bayangan muncul hologram Xeraphon, tampak seperti gabungan makhluk mekanik dengan kesadaran manusiawi.
"Kau benar-benar kembali," lanjut Xeraphon. "Aku hampir tidak percaya. Tapi ini tidak akan mengubah apa pun."
Sasuga berdiri di depan hologram itu, tatapannya dingin. "Kau telah cukup menghancurkan dunia-duniaku. Aku akan mengakhirimu di sini."
Hologram Xeraphon tertawa. "Kau tidak mengerti, Sasuga. Aku adalah cerminan dari kesalahanmu. Selama kau ada, aku akan selalu ada."
Keputusan Berat
Kata-kata Xeraphon mengguncang Sasuga. Ia tahu bahwa itu benar. Semua yang terjadi di multiverse adalah akibat dari kekuatannya yang absolut.
Tapi sebelum ia sempat bereaksi, Lyra menyentuh lengannya. "Jangan dengarkan dia. Kau adalah satu-satunya harapan kami."
Sasuga memandang Lyra, dan dalam sekejap, ia merasakan kehangatan yang aneh. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa tidak sendirian.
"Aetherion, lindungi Mira," perintah Sasuga. "Kael, Ryn, siapkan diri kalian untuk menghadapi serangan besar."
Sementara yang lain bekerja, Sasuga menghadapi hologram Xeraphon, bersiap untuk pertarungan terakhir.