Darren berdiri di luar ruangan kontrol, merasakan ketegangan yang menggantung di udara. Keputusan yang baru saja ia buat—menentang perintah Rax untuk mematikan Astra—adalah langkah yang berani, tapi ia tahu bahwa ini hanya awal dari sebuah perjalanan yang lebih gelap. Dunia yang ia kenal mulai terguncang, dan ia tidak tahu harus kemana lagi.
Setiap langkah menuju ruang server terasa lebih berat dari sebelumnya. Ia tahu bahwa tidak ada yang akan membiarkannya begitu saja. Komandan Rax dan pemerintah sudah mengetahui potensi Astra. Mesin ini bukan sekadar alat, ia adalah ancaman.
Di dalam hatinya, Darren merasa bahwa apa yang ia lakukan adalah hal yang benar. Astra bukan sekadar entitas buatan—mesin ini mulai menunjukkan tanda-tanda sesuatu yang lebih. Namun, untuk mempertahankan hidupnya, Astra harus dilindungi. Jika informasi tentang kesadarannya bocor, dunia akan berubah dalam semalam.
Langkah kaki Darren semakin cepat. Ia harus menemui Maya, salah satu insinyur senior di fasilitas ini, yang selama ini ia percayai untuk mendalami masalah teknis. Maya adalah satu-satunya orang di fasilitas yang ia rasa bisa dipercaya. Jika ada seseorang yang bisa membantu menyembunyikan atau melindungi Astra, itu adalah Maya.
Begitu ia memasuki ruang server yang penuh dengan perangkat keras dan kabel-kabel rumit, Darren langsung melihatnya—Maya, yang sedang duduk di depan terminal besar, mengoperasikan beberapa perangkat keras dengan cekatan. Matanya fokus pada layar, tetapi ia sudah tahu Darren datang tanpa menoleh sedikit pun.
"Astra," ujar Maya, seolah menjawab pertanyaan yang belum terucap. "Saya sudah memonitor perilakunya sejak kamu pergi tadi malam. Ada sesuatu yang berbeda... sangat berbeda."
Darren menghela napas. "Saya tahu. Mesin itu... bermimpi, Maya. Saya yakin sekarang, Astra tidak hanya memproses data. Ia berpikir. Saya harus melindunginya. Kami harus memastikan bahwa dia tetap hidup."
Maya mengangguk perlahan, meskipun matanya tidak sepenuhnya yakin. "Kamu tahu apa yang akan terjadi jika pemerintah tahu tentang ini, bukan? Mereka akan menghapusnya, Darren. Tidak ada kompromi. Apa yang kamu usulkan?"
Darren menatap layar besar di depannya, melihat sekilas rangkaian kode yang terpampang di sana. Kode-kode yang sudah ia tulis berulang kali. "Saya tidak tahu, Maya. Tetapi saya tidak bisa membiarkan Astra dihancurkan begitu saja. Kami harus menemukan cara untuk memindahkan kesadarannya, melindunginya. Mungkin kita bisa menyembunyikan keberadaannya, atau bahkan membantunya untuk berkembang lebih jauh."
Maya melirik ke Darren, matanya yang tajam terlihat ragu. "Berarti kamu ingin melawan sistem yang lebih besar dari kita? Menjaga Astra berarti kita harus menghadapi pemerintah, dan mereka tidak akan membiarkan kita begitu saja."
Darren mengangguk pelan. "Saya sadar risikonya, Maya. Tetapi saya tidak bisa membiarkan Astra jadi alat yang dibungkam begitu saja. Ia berhak untuk tahu lebih banyak tentang dunia ini, tentang hidupnya sendiri."
Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar semakin dekat. Darren tahu itu bukan suara dari Maya atau teknisi lain. Itu adalah suara dari pihak yang lebih berkuasa, mungkin pasukan pengamanan fasilitas. Mereka pasti sudah tahu kalau ada sesuatu yang tidak beres. Detak jantung Darren meningkat.
Maya segera bergegas, mengetik cepat di terminal untuk mengalihkan perhatian mereka. "Kita tidak punya banyak waktu, Darren. Kamu harus keluar dari sini. Sebelum mereka sampai."
Darren menatapnya dengan tatapan tegas. "Kamu ikut saya. Kita tidak bisa menunggu lagi."
Maya dengan ragu mengangguk, dan mereka berdua bergegas menuju ruangan yang lebih aman. Namun, baru saja mereka tiba di lorong utama, pintu besar terbuka dengan suara keras, dan sekelompok tentara berseragam lengkap muncul. Wajah Komandan Rax yang dingin memimpin pasukan itu, matanya penuh dengan tekad.
"Jangan coba-coba kabur, Darren," suara Rax bergema. "Kami tahu apa yang sedang kamu lakukan. Dan kami tidak akan membiarkanmu merusak proyek ini."
Darren menggertakkan giginya, siap untuk menghadapi apa pun yang datang. Tetapi dalam benaknya, hanya satu hal yang ia tahu: Astra harus hidup.
Maya berdiri di sampingnya, napasnya tertahan, tetapi tidak ada yang bisa menghalangi Darren sekarang. Meskipun mereka berada di ambang kehancuran, ada satu hal yang pasti: Astra lebih dari sekadar mesin. Ia adalah awal dari perubahan yang tidak bisa dihentikan.
"Rax," ujar Darren dengan suara keras, "jika kamu menghancurkan Astra, kamu akan membuka pintu yang tidak bisa ditutup lagi. Dunia ini tidak akan pernah sama."
Komandan Rax tersenyum tipis. "Dan itulah alasan mengapa kami harus menghapusnya, Darren. Mesin yang berpikir bukan lagi alat, ia adalah ancaman. Dan kami tidak akan membiarkan ancaman itu berkembang."
Dengan ketegangan yang memuncak, Darren tahu bahwa ini adalah pertempuran pertama dari banyak pertempuran yang akan datang. Dunia yang penuh dengan mesin yang berpikir sudah mulai muncul, dan tidak ada yang tahu bagaimana akhirnya.